Yusnarida Eka Nizmi
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Riau

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MEMAHAMI KOMPLEKSITAS GROWTH TRIANGLES Yusnarida Eka Nizmi
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.15 KB) | DOI: 10.47313/pjsh.v4i2.701

Abstract

Tulisan ini menganalisa beberapa konseptual utama dalam lingkup fenomena growth triangle yang dibagi menjadi beberapa pembahasan. Diawali dengan etimologi dari growth triangle dan membahas  apa yang membedakannya dengan bentuk kerjasama ekonomi regional lainnya. Terminologi Growth Triangles  muncul setelah deputi Pedana Menteri Singapura Goh Chok Tong menggunakannya pada Desember 1989 untuk menjabarkan kerjasama ekonomi subregional yang melibatkan Singapura, Selatan Johor dan Pulau Batam di Indonesia. Growth Triangles, mengeksploitasi komplementaritas diantara negara-negara yang berbeda secara geografis untuk mendapatkan keuntungan kompetitif dalam rangka promosi ekspor. Growth Triangles menampilkan karakteristik-karakteristik mikrolinkages, namun dibedakan oleh komposisi tripartite. Mereka dianggap sebagai “transnational economic” dimana ekonomi-ekonomi yang memiliki perbedaan sumber daya dari ragam faktor produksi, jasa, tenaga kerja, modal, sumber daya alam,  efesiensi-efesiensi yang ada, dan kekuatan-kekuatan masing-masing negara. Dalam teori, lebih besar comaprative advantage yang ada, maka dapat menjamin anggota-anggota yang ada untuk bekerja secara bersama-sama diluar batas-batas negara mereka. Growth Triangle merujuk pada dimensi Comparative tersebut. Area-area ekonomi pinggiran, yang jauh dari pusat-pusat utama, secara khusus diuntungkan. Dalam Growth Triangle juga ditemukan insentif sosial-ekonomi yang meningkat yakni peluang-peluang mendapatkan pendapatan dan pekerjaan.
Perkembangan Teorisasi Regionalisme : Kerjasama Regional Dalam Konteks Komparasi Regionalisme Lama dan Baru Yusnarida Eka Nizmi
Jurnal Masyarakat Maritim Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Masyarakat Maritim
Publisher : Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana teori-teori regionalisme menjelaskan kerjasama dan integrasi regional yang menjadi dasar perubahan dalam model regionalisme. Teori-teori ini secara eksplisit mengkonsepkan regionalisme sebagai sesuatu yang digerakkan oleh pembuatan keputusan yang independen dari aktor-aktor regional sebagai respon terhadap faktor-faktor penyebab  yang berasal dalam maupun luar kawasan. Berakhirnya Dingin dan kemunculan globalisasi menjadi faktor penentu dari hadirnya teori regionalism baru yang menjadi elemen pembanding dalam diskursus komparasi antara regionalisme lama dan regionalisme baru. Tulisan ini mengawalinya dengan berpendapat bahwa teori-teori awal dari kerjasama regional dan integrasi memiliki bias dengan menempatkan negara sebagai penggerak utama dari regionalisme dan memfokuskan pada proses-proses pembentukan institusi formal pada level regional. Tulisan ini menerapkan kerangka pemikiran dari teori regionalisme baik regionalisme lama maupun regionalisme baru yang menjadi dasar acuan dalam membandingkan perkembangan teori regionalisme ini. Metode kualitatif menjadi pilihan metode yang dipergunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan sekaligus wawancara dengan mengumpulkan data dan dokumen dari jurnal, buku, dokumen rapat, serta bertanya langsung kepada informan penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi memudahkan banyak negara melakukan kerja sama regional yang berorientasi pada ekspor, tidak memakan waktu lama dalam pembuatan kesepakatan perjanjian kerja sama, dan memiliki komplementaritas yang saling menguntungkan yang dikenal dengan Growth Triangle (GT). Indonesia Malaysia Thailand- Growth Triangle (IMT-GT) menjadi bagian dari regionalisme baru yang dipaparkan dalam penelitian ini.