Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis Karakter Klinikopatologik pada Kasus Karsinoma Payudara Subtipe Luminal A Like Andi Susanto; Birgitta Maria Dewayani,; Bethy Surjawathy Hernowo
Majalah Patologi Indonesia Vol 30 No 3 (2021): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.292 KB) | DOI: 10.55816/mpi.v30i3.477

Abstract

BackgroundMolecular subtypes of breast carcinoma, luminal A like has the best prognosis, but in the previous studies there were cases thatshowed poor clinical outcomes. This study attempted to investigate the clinicopathological characteristics in luminal A like subtypebreast carcinoma.MethodsThis study is a cross sectional study. The samples used were 67 medical records of patients with luminal A like subtype breastcarcinoma in January 2014 to June 2019 period from Hasan Sadikin Hospital, Bandung. According to estrogen receptor (ER) andprogesteron receptor (PR) expression status by adding both intensity and distribution scores, the data were divided into twosubgroups: low histoscore (<7) and high histoscore (≥7). Clinicopathological characteristics (age, TNM stage, treatment, location,histologic type, grading and metastasis) were evaluated for each subgroup.ResultsFrom 67 luminal A like subtype breast carcinoma patients, 73.13% were in the high histoscore subgroup, with higher percentage oflow grade histopathologic features (63.27%). There were no significant differences in age and TNM staging between the twosubgroups. Among 67 breast carcinoma patients, 43 were diagnosed in advanced stages. There were significant differences inlymph nodes metastasis between the two subgroups (p-value 0.013), however, there were no significant difference in metastasis toother organs.ConclusionThis study shows that 73.13% of patients with luminal A like subtype breast carcinoma have a high histoscore of hormone receptor.Low histoscore subgroups luminal A like subtype breast carcinoma will metastasize to lymph nodes.
Kondisi Sosial Ekonomi Petani Karet di Desa Simpang Mesuji Kecamatan Simpang Pematang Andi Susanto; I Gede Sugiyanta; Edy Haryono
JPG (Jurnal Penelitian Geografi) Vol 6, No 4 (2018): Jurnal Penelitian Geografi (JPG)
Publisher : JPG (Jurnal Penelitian Geografi)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.603 KB)

Abstract

This study aimed to Describe Of Social Economic Condition Of Rubber Farmers In Simpang Mesuji Village Simpang Pematang District, with the point of study on age, education, number of children, land area, production, income, and fulfillment of minimum basic needs. This research method wos descriptive, population of 213 head of family then the sample is taken as many as 15% (32 head of family). Collection data used observation, questionnaires, and documentation. Data analysis using percentage table. The results showed that: 1. Most of the rubber farmer productive age economical, 2. Most of the rubber farmer basic education, 3. Most of the rubber farmer have little children, 4. average land area of rubber farmer 1,39 ha/head of family, 5. average production of rubber latex per head of family 267,94 kg/month, 6. average income Rp1.360.502,00/month/head of family, 7. Most of the rubber farmer not worth living.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani karet di Desa Simpang Mesuji Kecamatan Simpang Pematang, dengan titik kajian pada umur, pendidikan, jumlah anak, luas lahan, produksi, pendapatan, dan pememenuhan kebutuhan pokok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, populasi sebanyak 213 KK kemudian sampel diambil sebanyak 15% (32 KK). Pengumpulan data dengan teknik observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tabel persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Sebagian besar petani karet berusia produktif ekonomis, 2. Sebagian besar petani karet berpendidikan dasar, 3. Sebagian besar petani karet memiliki anak sedikit, 4. Rata-rata luas lahan petani karet 1,39 ha/KK, 5. Rata-rata produksi getah karet per KK 267,94 kg/bulan, 6. Rata-rata pendapatan Rp1.360.502,00 per bulan/KK, 7. sebagian besar petani karet tidak hidup layak.Kata Kunci: ekonomi, petani karet, sosial
PENINGKATAN MUTU WARUNG PECEL POWER RANGER DI TEGAL BESAR JEMBER ANDI SUSANTO
Kasbana Vol 1 No 1 (2021): Januari
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darul Falah Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53948/kasbana.v1i1.9

Abstract

TQM (Total Quality Manajemen) merupakan suatu pendekatan filosofi berbasis budaya dalam sistem manajerial pada organisasi yang mengutamakan kualitas dalam mencapai keberhasilan dengan cara memuaskan pelanggan. TQM dalam dunia bisnis terbukti menuai peningkatan hasil yang signifikan, termasuk usaha kecil dan menengah. Salah satu usaha yang mengaplikasikan TQM ini adalah Warung Pecel Power Ranger di Tegal Basar Jember. Warung tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan, dalam hal ini para pembeli, sehingga tetap eksis dan ramai dikunjungi konsumen di tengah perbagai pecinta kuliner di Jember. Warung tersebut menurut hemat penulis termasuk warung yang telah melakukan inovasi dan perubahan terus menerus dengan pendekatan TQM.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi TQM dan inovasi strategi pemasaran dalam usaha mikro yang berfokus pada kepuasan pelanggan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang berkenaan dengan fenomena di lokasi penelitian berdasarkan pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warung pecel tersebut telah menerapkan TQM sehingga tampak ramai pembelinya. Indikator TQM yang diterapkan terdiri dari a). fasilitas; bersih, sederhana, nyaman. b). produk; rasa khas dan terjangkau. c).pelayanan; komunikasi santun, ramah, cepat dan tanggap. d). jaminan; setiap pembeli yang memberikan masukan atau komplain terhadap layanan atau produk yang tidak sesuai akan diganti. bersikap empatik merupakan inovasi strategi layanan jasa yang berupa perhatian dan kepedulian terhadap konsumen yang selalu dilakukan dengan ucapan salam dan ucapan terima kasih, menjawab salam, selalu tersenyum dan menyimak permintaan pelanggan
REAKTUALISASI PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN METODE SEGITIGA BOLA PADA MASJID DAN MUSHOLLA ANDI SUSANTO; Diana Nurfadilah; Siti Zaenab
Kasbana Vol 1 No 2 (2021): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darul Falah Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53948/kasbana.v1i2.25

Abstract

An understanding of the Qibla direction is very important for Muslims, because facing the Qibla is one of the legal requirements for performing prayers. Although now the technology to determine the Qibla direction is sophisticated, it is necessary to know how to determine the actual Qibla direction. The determination of the direction of the Qibla with the spherical triangle method is based on a triangle on the surface of the globe which is formed by three large circles of the globe, namely two circles of the earth's longitude and one circle of Qibla. The intersection of the three large circles forms three points, namely point A (Makkah), point B (the location where the Qibla direction will be calculated), and point C (the North Pole). The steps in determining the Qibla direction include: (1) Prepare the data needed in calculating the Qibla direction of a place, namely latitude and longitude data for the Kaaba (Makkah city), as well as latitude and longitude data for the location/city to be calculated. the qibla direction; (2) Calculation of the Qibla direction using the formula , with: B = Angle of the direction of the Qibla of a place, C = The difference between the longitude of the Kaaba and the longitude of the place where the Qibla direction is being sought, a = 90o – tp (latitude), and b = 90o – ka (Kaaba latitude); (3) Calculation of true Qibla azimuth from true north in a clockwise direction, where true Qibla azimuth = 360o – Qibla direction angle (B); (4) Determination of the actual Qibla direction by measuring using an arc ruler as large as true Qibla azimuth from true north.
Entrepreneurial Leadership Nabi Muhammad Saw dalam Peristiwa Hijrah Andi Susanto
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 3 No 2 (2022)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v3i2.191

Abstract

This article departs from the problem of leadership, which cannot get da'wah organizations out in a crisis situation. This is especially the case for da'wah leaders or organizations with da'wah missions. This article describes the entrepreneurial leadership carried out by the Prophet Muhammad SAW in the early prophetic events until the migration to Medina. This article uses an entrepreneurial leadership theory approach, and uses a qualitative library research approach. The results of this study show that the Prophet Muhammad had the ability to (1) take risks in taking opportunities to achieve da'wah goals, (2) creativity in finding existing opportunities, (3) visionary in providing energy to human resources, (4) innovative in utilizing resources to implement ideas in da'wah efforts.
MANAJEMEN TERMINASI UMAR BIN KHATTAB DALAM KASUS PEMBERHENTIAN KHALID BIN WALID Andi Susanto
INTELEKSIA - Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : STID Al-Hadid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.243 KB) | DOI: 10.55372/inteleksiajpid.v2i2.110

Abstract

Artikel ini berangkat dari permasalahan terminasi SDM, yang mengakibatkan gejolak dalam organisasi dan berpotensi memecah belah kekuatan organisasi sehingga tidak bisa mencapai tujuan organisasi. Hal ini, khususnya pada SDM yang memilki peran besar dalam berkembangnya organisasi dakwah atau organisasi dengan misi dakwah. Artikel ini, mengangkat manajemen terminasi yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam kasus terminasi Khalid bin Walid sebagai SDM. Artikel ini, menggunakan pendekatan teori Good Endings: Managing Employee Terminations, dan menggunakan pendekatan metode kualitatif library research. Hasil dari studi ini menunjukkan (1) Umar bin Khattab melakukan manajemen terminasi dengan mengembangkan pedoman temu duga pemutusan hubungan kerja dengan Khalid bin Walid, (2) Umar bin Khattab melakukan terminasi kepada Khalid bin Walid dengan mempertimbangkan penyampai terminasi yang tepat, perihal terminasi sesuai pedoman yang sudah dibuat, momen penyampaian terminasi yang sesuai dengan konteks masalah, tempat disampaikannya terminasi yang bisa netral diterima, penyampaian alasan yang logis terminasi yang bisa diterima, dan cara penyampaian terminasi yang bisa diterima.
AKAD ARIYAH TERHADAP BOLPOIN YANG BERKURANG SUBSTANSINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ANDI SUSANTO; Nur Muslimah
Kasbana Vol 3 No 2 (2023): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Darul Falah Bondowoso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam adalah agama yang sempurna dan merupakan penutup bagi agama agama sebelumnya, dan sesungguhnya agama yang benar hanyalah agama islam. Islam mengatur segala aspek manusia yang mengantarkannya pada fitrahnya sebagai manusia, menghamba pada tuhannya. Salah satunya Muamalah yang mengatur hubungan antar manusia, hubungan sosial, atau hablum minannas. Macam macam muamalah antanya: Jual Beli, Khiyar, Mukhabarah, Muzara'ah, Musaqah, Ariyah, Utang Piutang, Syirkah dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan di bahas akad ariyah yang merupakan bagian dari kegiatan mu’amalah. Ariyah (pinjam meminjam) adalah satu dari berbagai macam fiqih muamalah. Pinjam meminjam ialah membolehkan kepada orang lain mengambil manfaat sesuatu yang halal untuk mengambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, dan dikembalikan setelah diambil manfaatnya dalam keadaan tetap tidak rusak zatnya. berdasarkan ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah, ‘ariyah didefinisikan Kebolehan memanfaatkan sesuatu tanpa imbalan. Jadi yg dimaksud dengan al-‘ariyah merupakan memberikan manfaat suatu barang dari seseorang pada orang lain secara cuma-cuma (gratis) Jika digantikan menggunakan sesuatu atau terdapat imbalannya, maka hal itu tak bisa disebut al-‘ariyah. Jumhur ulama fiqh, menyatakan bahwa rukun dan syarat ‘ariyah ada tiga, yaitu: kedua belah pihak (Mu`ir/Peminjam dan Musta`ir/Pemberi Pinjaman), adanya barang (objek yang dipinjamkan) dan sighat.