Daisy Radnawati
Program Studi Arsitektur Lanskap, Institut Sains dan Teknologi Nasional

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG Anendawaty Roito Sagala; Adityas Prasetyo; Dwi Abdul Syakur; Nur Rahmah Amania; Daisy Radnawati; Ray March Syahadat; Priambudi Trie Putra
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.102 KB)

Abstract

Keberadaan ruang terbuka merupakan unsur penting yang dapat menjaga keberlanjutan ekologi suatu kota. Kota cenderung menghabiskan ruang-ruang terbuka yang ada untuk pemenuhan aspek ekonomi sehingga lanskap perkotaan bersifat sangat dinamis. Kecamatan Gedebage di Kota Bandung merupakan kawasan yang dipersiapkan menjadi pusat pemerintahan Kota Bandung. Hal ini telah tertuang di dalam master plan Kecamatan Gedebage. Tujuan penelitian ini adalah merencanakan Taman Kota Gedebage sebagai ruang terbuka hijau menggunakan delapan atribut kota hijau. Metode penelitian yang dilakukan yaitu studi pustaka primer dan sekunder. Taman Gedebage direncanakan berdasaran delapan atribut kota hijau yaitu green planning dan green design, green community, green open space, green building, green energy, green transportation, green water, dan green waste.Kata Kunci : Atribut kota hijau; ekologi; dinamis; keberlanjutan; lanskap perkotaan; ruang terbuka hijau.
MEWUJUDKAN KAMPUNG BANDAN SEBAGAI KAMPUNG KOTA BERKELANJUTAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ASIAN NEW URBANISM Desy Fatmala Makhmud; Fitria Nurhasanah; Indah Ulfia Utami; Syifa Khansha; Daisy Radnawati; Ray March Syahadat
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.355 KB)

Abstract

Kampung kota merupakan fenomena yang banyak terjadi terutama di lanskap kota pada negara-negara berkembang. Salah satu kampung kota yang ada di Indonesia yaitu Kampung Bandan, Ancol, Jakarta Utara. Kepadatan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh kampung ini, dengan perbandingan kebutuhan ruang terbuka yang minim, derajat ketertutupan ruang, dan keterdekatan antar bangunan. Kepadatan dan keterbatasan dapat mengurangi kreativitas bagi manusia penghuninya untuk bertindak dan berperilaku. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan ada ruang-ruang sisa di dalam kampung Bandan. Dengan segala permasalahan yang ada maka perlu diadakan suatu penataan kampung yang berkelanjutan. Penataan yang benar akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik di dalamnya. Studi dilakukan pada bulan Oktober-November 2016. Analisis data dilakukan secara komparatif terhadap teori kampung kota berkelanjutan berdasarkan pendekatan Asian New Urbanism berupa rekomendasi yang menjadi dasar dalam menciptakan konsep kampung kota yang berkelanjutan dengan inovasi instrumen perencanaan Asian New Urbanism.Kata Kunci : Instrumen perencanaan; keberlanjutan; kebutuhan ruang; kepadatan; konsep; lanskap; lanskap kota; penataan kampung; rekomendasi; ruang terbuka
Konsep bentuk kujang sebagai salah satu identitas eksistensi budaya Sunda dalam perencanaan taman di Kota Bogor Daisy Radnawati; Yusi Febriani; Eli Nurhayati
Jurnal Arsitektur Lansekap Vol.4, No.1, April 2018
Publisher : Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.288 KB) | DOI: 10.24843/JAL.2018.v04.i01.p12

Abstract

Kujang form concept as an identity of Sundanese culture existence in Bogor urban park planning. City Park is a public space where people gather and do various activities in it. There are several functions of urban parks such as community associations, sports venues, environmental education, health promotion and aesthetic value. Some of the city parks in Bogor are Malabar Park, and Empang Park which is surrounded by residential areas and is mainly used as a sports vessel. Contrary to its function, the activity has not been supported by facilities that can provide user comfort and security. The problems seen in the existing condition of the park in Bogor are generally very bad and unkempt, some of the park has no recreational facilities or other supporting facilities that can be used by the public, has no strong character or identity, and has not connected between parks (connecting park). Researchers collect data through direct observation at the research site. Researchers looked at the entire site including physical aspects (accessibility, entrance, circulation path, road dimension, climatology), biophysical (vegetation and wildlife) aspects, and socio-cultural aspects (park visitor behavior). Observations are used by researchers as additional information in the study. Field survey in this research can be obtained by observation, interview and documentation. The concept of connecting park is applied to provide connectivity between parks that have an identity and can present the elements and appropriate park facilities so as to provide satisfaction, pleasure, comfort, and security to the user. Kujang as traditional weapon of Sundanese applied as the form and design concept of the parks.