Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSEP MELESTARIKAN BUDAYA MELALUI UPAYA PENGHIJAUAN LINGKUNGAN KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Pridson Mandiangan; Amperawan Amperawan; Sukarman Sukarman
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.711 KB)

Abstract

Ide pembuatan musik kolintang diawali dari kondisi lingkungan di seputar kampus dengan adanya tumpukan kayu-kayu bekas yang berpotensi menjadi sumber kotoran dan penyakit, serta mendegradasi nilai estetika dan keindahan kampus maka upaya pemanfaatan kayu-kayu bekas menjadi alat musik tradisional kolintang menjadi solusi kecil dalam mengatasi ancaman pencemaran lingkungan tersebut. Suatu realitas bahwa musik kolintang kemudian menjadi suatu sarana pembinaan, bagi mahasiswa dalam menyalurkan hoby dan mengekspresikan diri dalam bidang seni, maka secara khusus musik kolintang juga telah menjadi alat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari sekelompok dosen, sehingga sangat berpontensi untuk menjadi unit usaha kampus. Memperhatikan bahan baku musik kolintang berupa kayu, terutama pohon waru, sangat berpotensi menimbulkan persepsi keliru terutama kepada para pengamat dan pemerhati lingkungan, bahwa pembuatan alat musik kolintang dapat mengancam lingkungan berupa ekploitasi tanaman dan hutan yang merusak system lingkungan hidup. Suatu ide kreatif ingin diwujudkan dalam konsep produksi musik kolintang di Politeknik Negeri Sriwijaya, didesain dalam suatu sistem yang dapat menjaga dan memelihara lingkungan kampus yang hijau dan sehat sambil melestarikan budaya, diimplementasikan dalam artikel dengan judul “Konsep Melestarikan Budaya melalui Upaya Penghijauan Lingkungan Kampus Politeknik Negeri Sriwijaya”.Kata Kunci : Ide Kreatif, Musik Kolintang, Pohon Waru, Penghijauan Lingkungan
Prototip Musik Kolintang Dengan Teknologi Abakod Di Politeknik Negeri Sriwijaya Pridson Mandiangan; Amperawan -; L. Suhairi Hazisma
PANGGUNG Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.302 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i2.1

Abstract

Berdasarkan pengalaman, kendala utama dalam belajar dan berlatih musik kolintang adalah metode pembelajaran yang bersifat manual yakni melalui instruksi dari pelatih dengan menyebutkan nama-nama kord yang harus diketuk, sehingga kerap terjadi kesalahan dalam menerima instruksi tersebut. Kesalahan itu sangat mungkin terjadi  karena nama-nama kord kecuali kord A, semuanya berhuruf vocal “e” (C,D,E,F,G,B), sehingga sulit dibedakan apalagi ditengah suara keras musik kolintang yang tengah dimainkan. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi atas permasalahan tersebut dengan menciptakan sebuah alat bantu pengajaran berupa aplikasi teknologi yang diberi nama “Abakod”.  Alat ini berfungsi sebagai petunjuk kord, kepada pemain sehingga  tidak perlu lagi dikomando, pemain cukup berkonsentrasi pada lampu indikator yang terpasang pada bilah-bilah nada kolintang. Bilah-bilah nada  yang menyala itulah  yang diketuk. Tahun pertama penelitian menghasilkan prototype Abakod, dan telah dilakukan uji coba cara kerjanya berjalan sesuai dengan yang diinginkan.Kata kunci: kebudayaan, kolintang, kord, prototype Abakod.
Peningkatan kompetensi kewirausahaan melalui program pengembangan produk unggulan daerah kain khas daerah Palembang Bainil Yulina; Evada Dewata; Anggeraini Oktarida; Pridson Mandiangan; Nurul Aryanti; Welly Ardiansyah
Unri Conference Series: Community Engagement Vol 2 (2020): Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/unricsce.2.310-316

Abstract

Entrepreneurial competence is a fundamental factor possessed by someone who has more abilities, which makes him different from someone who has average abilities. Entrepreneurial competence is an individual characteristic which includes attitudes and habits, where entrepreneurs can achieve and maintain business success. KUBE Griya Kain Tuan Kentang is located in the Tuan Kentang 4 area of Ulu Palembang and houses 25 Palembang-style cloth craftsmen. Weaving fabrics and batik with a unique special pattern. These are increasingly popular and are known to be used as materials for fashion designs for clothing, accessories for necklaces and bags. Moreover, the Palembang local government made the woven cloth a mandatory garment for official uniforms on Fridays and special days. This condition provides a great opportunity for KUBE to improve the quality of its production to foreign countries The problem with Kube Griya Kain Tuan Kentang has human resources with limited competence, is not able to speak English actively, knowledge of bookkeeping and preparation of financial reports as well as knowledge and application of taxes on business activities Palembang woven fabrics. The Regional Superior Product Development Program for Palembang's unique woven fabrics is an activity of implementing science and technology from the Sriwijaya State Polytechnic funded through the Director General of Higher Education as an effort to develop the cultural assets of the Palembang area in the form of tajung, blongsong and jupri woven fabrics. This activity aims to spur and develop superior woven fabrics typical of the Palembang region as an effort to improve quality, product quantity, distribution and marketing. To improve entrepreneurship competence, practical English language training was held, Financial Report Preparation, Selling Price Calculation and Determination, Calculation and Determination of Sales Tax for Kube Administrators and MSME Owners The method of implementation is carried out by disseminating activities, holding scheduled training in accordance with the agreement and mentoring activities, to see the success of the activity an evaluation is held by means of monitoring and distributing questions. The resulting output is in the form of increased knowledge for administrators and managers, in other words the Entrepreneurship Competence of Human Resources of Kube Griya Tuan Kentang has increased by 45%.
PENGENALAN ALAT MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG DI SD XAVERIUS IV PALEMBANG Pridson Mandiangan
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.565 KB)

Abstract

Abstract Experts and cultural observer indicates that globalization has reduced the awareness and the compassion of the young people including students towards our own culture. They even failed to understand and even considered our national culture is old-fashioned, obsolete, and outdated. Pursuing and conducting our own culture is regarded as an old fashioned attitude, while on the other hand idolizing foreign culture is regarded as an advancement. The author has taught Kolintang for the past forty years, but never experienced teaching lessons in schools, as the interest and awareness of the students for Kolintang music culture is getting lesser as time goes by. Moreover, the absence of Kolintang instrument in government agencies, companies, schools and other institutions in Palembang has been an indicator for the phenomenon stated above. The Implementer Team as collegiate society, want to contribute for the introduction effort of stimulating the interest of students toward their own culture. The problem is lack of awareness and compassion from the students in Palembang, especially into Kolintang musical instrument. Through this community service program, a single unit of Kolintang musical instrument will be produced for the partner, and it can be used as a visualization of traditional music as a lesson, and it also can be collaborated with other modern musical instruments to be played in extracurricular activity at school. Keywords: awareness, traditional music, kolintang, modern music Abstrak Berbagai pihak terutama para ahli dan pemerhati budaya nasional mengindikasikan bahwa globalisasi telah menggerus perhatian, kecintaan dan kepedulian generasi muda termasuk anak-anak sekolah pada budaya bangsa sendiri. Dapat dikatakan sebagai “gagal faham”, dimana budaya nasional kita dianggap sebagai hal yang kuno, usang dan ketinggalan zaman. Mempelajari serta mengaplikasikan kebudayaan sendiri dianggap sebagai suatu sikap kuno dan tidak mengikuti zaman, tetapi menggandrungi budaya asing dipandang sebagai suatu kemajuan dan gaya hidup modern. Pengalaman empiris penulis selama melatih musik kolintang sejak era delapan puluhan, tidak pernah melatih di sekolah-sekolah, serta semakin hilangnya rasa kecintaan dan kepedulian terhadap seni budaya musik kolintang. Juga, semakin berkurangnya keberadaan musik kolintang di instansi pemerintah, perusahaan, sekolahsekolah dan lembaga lain yang ada di Palembang dan sekitarnya, menjadi indikasi fenomena diatas. Tim Pelaksana sebagai masyarakat perguruan tinggi, ingin berkontribusi pada upaya-upaya pengenalan untuk menstimulasi rasa kecintaan anak-anak sekolah khususnya, pada hasil budaya bangsanya sendiri. Permasalahannya adalah kurangnya kepedulian dan kecintaan para siswa-siswi sekolah di kota Palembang, terhadap musik tradisional kolintang. Melalui program pengabdian kepada masyarakat ini, akan dihasilkan satu unit alat musik kolintang untuk mitra, dapat dijadikan visualisasi musik tradisional untuk pembelajaran, juga dapat dikolaborasikan dengan alat musik modern untuk dimainkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.