Syam Rachma Marcillia
Departemen Teknik Arsitektur Dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PLACEMAKING KAWASAN PERMUKIMAN DOME NGLEPEN SEBAGAI KAWASAN DESA WISATA Pratama, Dandi Raviandaru; Marcillia, Syam Rachma
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 2, No 2 (2019): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v2i2.990

Abstract

Dome house is a settlement relocation post-earthquake disaster housing in Nglepen, Yogyakarta. The ability of residents to restore the situation makes this settlement now better known as a tourist village. Placemaking is happening to change the settlement that was built with the concept of relocation of housing into a tourist village. Even from the tourism of these settlements benefit. This study aims to find out how placemaking occurs and the factors that affect in dome settlements. The method used is a qualitative method by identifying the points of variables and indicators in the study area in accordance with the conditions of observation in the field, then process the data generated and analyze it based on related theories. The approach taken is to raise the theory of placemaking. The results showed that the occurrence of placemaking in dome settlements became a tourist village is very high so the need for direction of the development of placemaking can be applied so that the image of dome settlements is maintained.
KETERKAITAN KUALITAS RUANG DENGAN ADAPTASI SPASIAL DI ASRAMA SEKOLAH LUAR BIASA Widodo, Eko; Marcillia, Syam Rachma
MODUL Vol 20, No 01 (2020): MODUL vol 20 nomor 1 tahun 2020 (10 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.126 KB) | DOI: 10.14710/mdl.20.01.2020.66-74

Abstract

Kualitas lingkungan merupakan aspek penting yang memiliki kontribusi bagi kebutuhan akomodasi yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk diantaranya kesehatan mental dan fisik. Belum tersedianya standar baku perencanaan asrama sekolah berimplikasi pada variasi setting fisik yang beragam, sehingga menarik untuk dikaji terkait beberapa aspek kualitas lingkungannya. Studi ini dilakukan di tiga asrama sekolah luar biasa yang memiliki setting fisik berbeda dengan fokus amatan adalah anak tunagrahita. Metode penelitian dilakukan dengan menerapkan konsep Habitability Threshold yang terdiri dari psychological, functional, dan physical comfort pada kuesioner untuk memperoleh data persepsi dan penilaian kualitas asrama SLB dari anak tunagrahita. Selanjutnya data tersebut akan direkonsiliasikan dengan pemanfaatan ruang dan adaptasi spasial di ruang-ruang terukur (privat, semipublik, dan publik) berdasarkan pemetaan perilaku place centered mapping. Hasil studi menunjukkan, bahwa kualitas ruang yang dimiliki oleh ketiga lokasi studi terbilang baik. Hal ini dapat dilihat dari angka penilaian yang diperoleh, serta besaran prosentase pemanfaatan ruang yang lebih tinggi daripada adaptasi spasial yang dilakukan anak tunagrahita. Walaupun demikian, beberapa aspek masih menjadi perhatian penting, antara lain voice control, luasan. dan temperature.
CITRA UBUD BALI BERDASARKAN PETA KOGNISI MASYARAKAT Anggi, Mutiara; Pramitasari, Diananta; Marcillia, Syam Rachma
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4229.962 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v7i1.34859

Abstract

Berbagai kota maupun wilayah di Indonesia banyak memiliki potensi pariwisata yang menarik sehingga dikunjungi oleh turis dari berbagai macam negara. Salah satunya adalah area Ubud Bali yang memiliki banyak destinasi wisata dan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pariwisatanya. Perkembangan yang pesat tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan kepadatan lingkungan yang tidak terkendali dan berubahnya citra Ubud sebagai kawasan alam dan pedesaan yang tenang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui citra Ubud berdasarkan kognisi spasial yang tergambar melalui peta kognisi (cognitive map) masyarakatnya. Citra Ubud tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk perkembangan area Ubud nantinya. Penelitian yang dilakukan di area Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali ini menggunakan metode penelitian pemetaan kognisi (cognitive mapping). Melalui metode ini sebelas responden diminta untuk menggambarkan sketsa peta area Ubud dengan menunjukkan lima elemen kota menurut Kevin Lynch, yaitu landmark, node, path, district, dan edge. Dari sebelas cognitive map yang tergambar, didapatkan hasil bahwa Ubud memiliki citra kawasan sebagai kawasan wisata yang masih memegang kuat budayanya. Hal ini ditunjukkan melalui perempatan Ubud dan Monkey Forest sebagai elemen spasial yang tertanam kuat dalam kognisi responden.IMAGE OF UBUD BALI BASED ON COGNITIVE MAP OF THE DWELLERSVarious regions in Indonesia have many attractive tourism potentials and are visited by tourists from various countries. One of them is the area of Ubud, Bali, which has many tourist destinations and continues to grow to meet the needs of tourism. This rapidly growing tourism will raise some concerns about uncontrolled urban density and the alteration of Ubud’s image as a peaceful and natural rural area. Therefore, this research was conducted to find out the image of Ubud based on the dwellers’ spatial cognition, which is drawn through their cognitive maps. This image of Ubud is expected to be used as a consideration for the development of the Ubud area. The research was conducted in the area of Ubud, Gianyar, Bali, and used cognitive mapping as the research method. Through this method, eleven respondents were asked to sketch the maps of Ubud area by showing five city’s elements, according to Kevin Lynch. Those elements are landmark, node, path, district, and edge. From eleven cognitive maps drawn, the obtained result is that Ubud has the image of a tourist area that still holds a strong culture. This is shown through the intersection of Ubud and Monkey Forest as spatial elements that are firmly embedded in the respondents’ spatial cognition.
MEKANISME PEMANFAATAN RUANG PADA SHARED TERITORIES KOMUNITAS TRADISIONAL BETWEEN TWO GATES KOTAGEDE Marcillia, Syam Rachma; Modouw, Mesabia Pramudhita
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 2 (2020): September (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i2.1305

Abstract

Komunitas Between Two Gates di Kotagede merupakan komunitas tradisional yang memiliki karakter unik dimana lahan atau ruang pribadi direlakan untuk kepentingan umum yaitu ruang bersama.  Studi ini memiliki tujuan untuk memahami seperti apa pemanfaatan ruang bersama tersebut dan bagaimana mekanisme pemanfaatannya. Penelitian ini menggunakan metode deduktif kualitatif dengan observasi lapangan dan wawancara. Keseluruhan rumah berjumlah 9 kasus pada komunitas tersebut menjadi amatan. Hasil menunjukan bahwa teritori bersama yang digunakan untuk kepentingan pribadi maupun publik sehingga pemilik rumah memiliki mekanisme dalam mengatur privasinya untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya. Mekanisme ini terdiri dari konsensus bersama, batasan teritori fisik yang jelas baik secara fisik maupun behavioral untuk menciptakan hubungan kekerabatan, kerukunan dan semangat berbagi serta sikap persatuan dalam komunitas tersebut.
KARAKTERISTIK ELEMEN FISIK PADA AKTIVITAS KRIMINAL DI KAWASAN PASAR SANGGENG, MANOKWARI BARAT Syifaullinnas, Syifaullinnas; Marcillia, Syam Rachma
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 3 (2021): Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i3.37633

Abstract

Perubahan lingkungan fisik perkotaan dengan kondisi tertentu diiringi dengan terjadinya peningkatan aktivitas kriminal. Kawasan Pasar Sanggeng merupakan kawasan yang berkembang pesat sebagai pusat perekonomian di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat dengan tingkat kriminalitas tinggi. Salah satu upaya pencegahan aktivitas kriminal adalah menerapkan konsep CPTED yang mengkaji aspek pencegahan melalui pendekatan desain. Peneliti bertujuan mengidentifikasi karakter elemen fisik kawasan pada aktivitas kriminal di Kawasan Pasar Sanggeng dengan menggunakan metode deduktif kualitatif. Temuan karakteristik elemen fisik pada titik terjadinya aktivitas kriminal adalah bangunan tanpa pagar, orientasi fasad menghadap jalan, pencahayaan fasad tidak memadai, bukaan tidak sesuai standar, fasad masif, kondisi bangunan terawat, dan tidak memiliki pencahayaan jalan. Kondisi tersebut dipengaruhi tingkat aksesibilitas kawasan yang tinggi disertai rendahnya nilai akses kontrol kawasan, teritorialitas rendah, serta kurangnya pengawasan alami. Berdasarkan hasil temuan tersebut, diharapkan Pemerintah Manokwari dan perencana dalam pengembangan Kawasan Pasar Sanggeng turut memperhatikan elemen-elemen fisik kawasan sebagai alat untuk mengurangi terjadinya aktivitas kriminal. Kata Kunci: Aktivitas Kriminal; CPTED; Elemen Fisik: Pencegahan Kriminal.
Kepuasan Individu Terhadap Preferensi Tempat Duduk di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Fadhilah Siti Aniisah Haryono; Kartika Tristanto; Norma Melinda; Syam Rachma Marcillia
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 9, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.76 KB) | DOI: 10.22441/vitruvian.2020.v9i3.003

Abstract

Perpustakaan merupakan tempatp yang pada umumnya digunakkan untuk meminjam buku, aktivitas belajar dan mengerjakan tugas. Aktivitas belajar dan mengerjakan tugas membutuhkan kenyamanan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas karena pengguna bisa lebih fokus dan berkonsentrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan individu terhadap prefensi tempat duduk di perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Studi penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan yang kemudian hasil data tersebut diolah menggunakan skala diferensial semantik 5 poin. Kemudian data tersebut disesuaikan dengan tempat duduk yang dipilih pengguna. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa  pengguna perpustakaan dalam melakukan kegiatan belajar mandiri, lebih puas menggunakan tipe kursi individu dibandingkan dengan kursi grup. Data menunjukkan bahwa tingkat privasi memiliki defisit yang cukup tinggi, sedangkan furnitur dianggap tidak begitu penting karena memiliki defisit yang rendah. Berdasarkan data pemilihan tempat duduk, hasil terbanyak adalah yang jauh dari jalur sirkulasi yang memungkinkan adanya gangguan terhadap privasi. Meski begitu pada kenyataanya, tempat duduk tersebut masih belum memenuhi harapan mereka.
Ekspresi Bangunan Sebagai Perwujudan Kepercayaan dan Kearifan Lokal Pada Bangunan Tradisional Nusantara Eugenius Pradipto; Syam Rachma Marcillia
Tesa Arsitektur Vol 17, No 2: Desember 2019
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v17i2.1274

Abstract

Traditional buildings in Indonesia consist of various types and expressions, with one common thread, namely that each building has the same belief in the big world and the small world. This belief is represented in the building as the head (top), body (center) and feet (bottom) as a part of the building. In the common spatial relationship, the building's central space as the center point, the balance point between the upper and lower rooms as well as the decotomic part around them. This paper aims to describes local wisdom that is manifested in buildings as a form of expression of community trust in responding to situations and conditions of the natural environment and local climate. The content analysis method was carried out to study the influence of different tropical climate types in the western and eastern parts of Indonesia. The results of the analysis show that the influence of tropical humid climate types in the western and eastern parts of Indonesia on buildings is distinguished by the expression of the shape of the roof, walls and floors. Buildings in the western part of Indonesia are affected by a humid tropical climate with more rainfall and higher humidity than in the eastern part of Indonesia.
PLACE ATTACHMENT ABDI DAN MASYARAKAT TERHADAP PURI UBUD DI KABUPATEN GIANYAR, BALI Eko Widodo; Diananta Pramitasari; Syam Rachma Marcillia
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 6 No 2 (2019): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v6i2a6

Abstract

Abstrak_Place attachment sebagai bentuk keterikatan individu terhadap suatu tempat pada umumnya bisa diwujudkan ke dalam ikatan batin, makna, kepuasan, serta ikatan sosial yang dapat dilihat dari perlakuan seseorang terhadap objek yang berada di sekitarnya. Puri Saren Agung Ubud sebagai salah satu destinasi pariwisata berskala internasional memiliki kecenderungan untuk berkembang dan berubah mengikuti kebutuhannya, termasuk ancaman invasi terhadap karakter dan identitas budaya lokal di kawasan Ubud. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji sejauh mana place attachment terhadap Puri Saren Agung Ubud masih dimiliki oleh abdi (pegawai puri) dan masyarakat di sekitarnya, beserta jenis keterikatannya. Penentuan responden dilakukan dengan pendekatan purposive sampling pada dua kategori yang berbeda, yaitu internal user (abdi) dan surrounding community (masyarakat) yang memiliki keragaman jenis kelamin, usia, tugas dan tanggung jawab/ pekerjaan, serta lama bekerja/ tinggal di sekitar Puri Saren Agung Ubud berdasarkan variabel Place Attachment, meliputi: Place Identity, Place Dependence, Social Bond, dan Architecture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterikatan terhadap Puri Saren Agung Ubud lebih banyak dipengaruhi oleh makna dan keterikatannya; keindahan, kenyamanan, dan kepuasan; serta kenangan dan ikatan khusus yang dihadirkan oleh Puri Saren Agung Ubud. Selain itu ikatan yang terbentuk pada masing-masing penggunanya memiliki tingkatan yang berbeda. Jenis keterikatan abdi terhadap Puri Saren Agung Ubud lebih bersifat ikatan batin dan emosional, sementara keterikatan yang dimiliki oleh masyarakat lebih bersifat kepentingan ekonomi dari keberadaan Puri Saren Agung Ubud sebagai salah satu destinasi pariwisata. Sekalipun demikian, tanggung jawab secara adat untuk menjaga kelestarian dan eksistensi Puri Saren Agung Ubud masih dimiliki oleh abdi dan masyarakat di sekitarnya.Kata kunci: Puri Saren Agung Ubud; Place Attachment; Abdi; Masyarakat; Variabel Arsitektur. Abstract_ Place attachment as a form of individual or group attachment toward a place, in general, can be manifested into an inner bonding, meaning, satisfaction, and social bonding that can be seen from one's treatment to the objects around them. Puri Saren Agung in Ubud as an international tourism destination has a tendency to develop and change to meet its needs, including the threat of invasion of local cultural character and identity in the Ubud area. This research was conducted for assessing to what extent place attachment to Puri Saren Agung in Ubud is still owned by Abdi (internal user) and the surrounding community, along with the type of attachment. Respondent determination was done by using purposive sampling approach in two different categories, namely internal user (Abdi) and surrounding communities that have a diversity in sex, age, duties and responsibilities/jobs, the length of working/staying around Puri Saren Agung in  Ubud based on Place Attachment variables, including Place Identity, Place Dependence, Social Bond, and Architecture. The results showed that the attachment to Puri Saren Agung in Ubud is more influenced by its meaning and attachment; beauty, comfort, and satisfaction; as well as memories and special bond presented by Puri Saren Agung Ubud. Besides, the bonds that are formed in each user have a different level. The type of Abdi's attachment to Puri Saren Agung in Ubud is more of an inner and emotional bond, while the attachment held by the community is more of economic interest from the existence of Puri Saren Agung in Ubud as a tourism destination. Even so, customary responsibility for maintaining the preservation and existence of Puri Saren Agung in Ubud still belongs to Abdi (internal user) and the surrounding community.Keywords: Puri Saren Agung in Ubud; Place Attachment; Abdi (Internal User); Surrounding Community; Architectural Variable.
KETERKAITAN RUANG INTERAKSI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN KUALITAS HIDUP DI SEKOLAH LUAR BIASA Syam Rachma Marcillia; Eko Widodo
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 7 No 1 (2020): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v7i1a1

Abstract

Abstrak_Interaksi sosial pada umumnya didefinisikan sebagai hubungan antara dua individu atau lebih yang diwujudkan dalam suatu aktivitas pada tempat tertentu. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial pada praktiknya membutuhkan dukungan melalui interaksi sosial dan lingkungan yang kondusif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji keterkaitan ruang interaksi sosial ABK dan kualitas hidup di Sekolah Luar Biasa (SLB). Pengamatan behavior mapping dengan teknik place centered mapping diterapkan dalam penelitian ini untuk memperoleh data terkait karakter pengguna, setting fisik, dan pola aktivitas yang terjadi. Terkait penilaian kualitas hidup ABK, peneliti mengadaptasi instrumen Kidscreen-52 dengan mengambil aspek Physical dan Psychological Well-Being, Moods and Emotions, Autonomy, dan Social Support and Peers. Kelima aspek tersebut disusun ke dalam kuesioner, selanjutnya melibatkan 29 ABK dengan berbagai jenis ketunaan dan jenjang kelas sebagai responden. Hasil studi menunjukkan bahwa lingkungan SLB memiliki peran positif sebagai ruang interaksi sosial, selain mampu memenuhi kelima aspek kualitas hidup ABK tersebut di atas. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa interaksi sosial ABK juga dipengaruhi oleh jenis ketunaan dan jenjang kelas, selanjutnya akan berpengaruh pada preferensi setting fisik dan jenis aktivitas yang dilakukan.Kata Kunci: Ruang Interaksi; Karakter Pengguna; Setting Fisik; Kualitas Hidup; Kidscreen-52.  Abstract_ Social interaction is generally defined as the relationship between two or more individuals which is manifested in an activity at a particular place. Special needs children as an inseparable part of social life in practice require support through social interactions and conducive environment to improve their life quality. This research examined the interrelationship of social interaction space for special needs children and their life quality at special needs school. Behaviour mapping observation using place centred mapping techniques was applied to obtain data related to user characters, physical settings, and patterns of activities that occur. Regarding the assessment of life quality, researchers adapted the Kidscreen-52 instrument by taking aspects of Physical and Psychological Well-Being, Moods and Emotions, Autonomy, and Social Support and Peers. These aspects were compiled into a questionnaire and then distributed to 29 special needs children as respondents. The results showed that the school environment has a positive role as a space for social interaction and to accomplish the five aspects of life quality of the special needs children. Also, it revealed that their social interactions were also influenced by the type of disability and grade level, which affected the physical setting preferences and the varieties of undertaken activities.Keywords: Interaction Space; User’s Character; Physical Setting; Life Quality; Kidscreen-52.
PHYSICAL ELEMENTS OF ACCESSIBILITY FOR WAYFINDING IN AN INFORMATION DEFICIT TOURISM AREA Isabella Nindya Laksita; Syam Rachma Marcillia
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 7 No 2 (2020): Nature
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v7i2a1

Abstract

Abstrak_ Riset ini menyelidiki desa Sanggrahan sebagai pemukiman padat dan perkembangan organik yang sudah tumbuh dari waktu ke waktu menjadi pusat industri rumah tangga bakpia, sebagai tujuan wisata kuliner yang penting di Yogyakarta. Tujuan dari riset ini yaitu untuk menyelidiki pengaruh unsur-unsur fisik aksesibilitas sebagai strategi pencarian arah turis di wilayah defisit data untuk keberlanjutan kawasan pariwisata. Metode riset ini merupakan pemetaan kognitif dan kuesioner terbuka. Hasilnya menunjukkan bahwa di wilayah defisit data, turis cenderung melewati jalan dengan konektivitas yang lebih baik dari semula. Minimnya data di desa, memungkinkan turis menggunakan elemen fisik kota untuk mencari informasi aksesibilitas seperti jalan, simpul, tepi, dan landmark sebagai panduan untuk mencari jalan mencapai toko bakpia, meskipun kondisi fisik elemen dari aksesibilitas ini tidak memadai. Sebaliknya, konsep distrik digunakan oleh turis untuk mengetahui posisi mereka di distrik penjualan Bakpia Pathuk.Kata kunci: Elemen Fisik; Mencari Jalan; Desa Sanggrahan.Abstract_This study investigates Sanggrahan village as a dense and organic growth settlement that has developed over time into a center of bakpia-making home-industry, a crucial culinary tourism destination in Yogyakarta. The purpose of this research is to investigate the influence of physical elements of Accessibility to the tourists-wayfinding strategy in an information deficit area for the sustainability of the tourism area. The method of the study is cognitive mapping and open-ended questionnaires. The results show that in the information deficit area, tourists tend to go through paths with more excellent connectivity from their origins. In the village, the lack of information allows tourists to utilize the physical elements of the city for accessibility information such as paths, nodes, edges, and landmarks as guidance for wayfinding to reach the bakpia shops, even though these physical elements of accessibility conditions are inadequate. In contrast, the concept of the district is used by tourists to know their position in the Bakpia Pathuk sales district.Keywords: Physical Elements; Wayfinding; Sanggrahan Village