Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Prediction Model of Basal Stem Rot (BSR) Based on Ganoderma Boninense Using UV/Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy Zaqlul Iqbal; Lutfi Mahmudah; Bambang Susilo
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi Pertanian Vol 15, No 2 (2021): TEKNOTAN, Desember 2021
Publisher : Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jt.vol15n2.1

Abstract

Basal Stem Rot (BSR) disease was considered as the most destructive disease in oil palm tree. Ganoderma boninense. fungi causing BSR on oil palm tree, could release cell wall degrading enzymes (CWDE) which responsible to degrade polysaccharide on oil palm tree cell wall such as cellulose and lignin into reducing sugar. In this research optical measurement using UV/Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy (DRS) was utilized to qualify and quantify BSR level based on its reducing sugar. Several stages were conducted to qualify and quantify reducing sugar comprising sample preparation, spectral data acquisition and chemometrics analysis. Health Stem (HS) and Infected Stem (IS) were prepared. The two stem condition were dried and powdered separately then mixed into 5 mixtures from both stems (100% HS, 75% HS + 25% IS + 50% HS + 50% IS, 25% HS +75% IS and 100% IS) and duplicated to produce 10 total sample. Reducing sugar was measured for each sample. Other than that, spectrum acquisition data was conducted using UV/Vis DRS. In the final stage, chemometrics analysis was performed where reducing sugar was set as response and spectral data was set as predictor. The result showed that Principal Component Analysis (PCA) could well classify 4 group of mixtures. While for quantitative analysis, Partial Least Square (PLS) and Support Vector Machine Regresion (SVR) were used to develop prediction model of reducing sugar. PLS showed low performance with the highest R2 val and R2 cal accounting for 0.218 and 0.019 and RMSEC and RMSECV were 0.019 and 0.023, respectively. Besides, SVMR using first derivative savitzky-golay (DG1) preprocessing showed high R2 cal and R2 val accounting for 0.823 and 0.701 with RMSEC and RMSECV were 0.012 and 0.028, respectively.
Optimasi Produksi Tepung Porang dari Chip Porang Secara Mekanis dengan Metode Permukaan Respons Anni Faridah; Simon Bambang Widjanarko; Aji Sutrisno; Bambang Susilo
Jurnal Teknik Industri Vol. 13 No. 2 (2012): Agustus
Publisher : Department Industrial Engineering, University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/JTIUMM.Vol13.No2.158-166

Abstract

Porang Tuber (Amorphophallus oncophyllus) has high Glucomanan content which is very useful in food and non food industry as well as in medical industry. The only main problem in development of porang flour is its Calcium Oxalate content that stipulates irritation (itchiness) and health disorder. Optimization study of diminution (reduction) content of Calcium Oxalate during mechanical grinding process using stamp mill and blowing fractionation. Optimization was performed by applying Response Surface Model (RSM), central composite model. Three variables i.e. weight of porang chip, grinding time and grinding speed were studied in order to study the Calcium Oxalate content as a response. Response model obtained was quadratic which was acquired at 1.3 kg porang optimum weight; grinding time 17.4’8”; and grinding speed at 19,23 rpm. Optimum Calcium content has been predicted at 0.2978% which was 0.3% in actual, decrease 92,12% 
Kinetic Model of Biodiesel Processing Using Ultrasound Bambang Susilo
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.023.1.%p

Abstract

Ultrasound is predicted to be able to accelerate the chemical reaction, to increase the conversion of plant oil into biodiesel, and to decrease the need of catalyst and energy input. The application of ultrasound for processing of biodiesel and the mathematical model were conducted in this research. The result of the experiments showed that the ultrasound increased reaction rate and the conversion of palm oil into biodiesel up to 100%. It was better than the process with mechanical stirrer that the conversion was just 96%. The duration to complete the process using ultrasound was 1 minute. It was 30 to 120 times faster than that withmechanical stirrer. Ultrasound transforms mechanical energy into inner energy of the fluids and causes an increasing of temperature. Simultaneously, natural mixing process undergo because of acoustic circulation. Simulation with experiment data showed that the acceleration of transesterification with ultrasound was affected not only by natural mixing and increasing temperature. The cavitation, surface tension of micro bubble, and hot spot accelerate chemical reaction. In fact, transesterification of palm oil with ultrasound still needs catalyst. It needs only about 20% of catalyst compared to the process with mechanical stirrer.Keywords : Biodiesel, transesterification, mathematical modeling, ultrasoundDiterima: 16 September 2008; Disetujui: 10 Pebruari 2009
Pengaruh Penambahan Konsentrasi CMC dan Lama Pencelupan pada Proses Edible Coating Terhadap Sifat Fisik Anggur Merah (Vitis vinifera L.) Dian Anggianda Marpaung; Bambang Susilo; Bambang Dwi Argo
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.972 KB)

Abstract

Beberapa cara untuk mempertahankan kualitas dan kesegaran buah serta memperpanjang umur simpan buah, yaitu dengan menyimpan buah pada ruang pendingin (suhu rendah), pada ruang bertekanan dan modifikasi atmosfer ruangan. Akan tetapi penyimpanan ini membutuhkan biaya yang cukup mahal, oleh karena itu perlu dicari cara atau solusi lain dengan pelapisan buah menggunakan larutan edible coating dari lidah buaya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penambahan konsentrasi CMC dan lama pencelupan terhadap sifat fisik buah anggur merah serta mengetahui perlakuan terbaik akibat penambahan CMC dan lama pencelupan pada proses edible coating terhadap sifat fisik buah anggur merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu lama pencelupan (A) antara lain 3 menit, 5 menit, 7 menit, dan 9 menit serta penambahan konsentrasi cmc (B) antara lain 1%, 2%, dan 3% b/b. Lama penyimpanan anggur merah yaitu 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Analisa keragaman hasil akan dilakukan dengan analisa ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah umur simpan anggur merah berpengaruh terhadap kekentalan, kekerasan dan susut bobot. Hasil organoleptik terhadap anggur merah berpengaruh pada parameter warna, aroma, rasa sampai penyimpanan 15 hari masih diterima oleh panelis secara umum sedangkan untuk aroma panelis sudah tidak menyukai. Perlakuan terbaik dan terjelek terhadap anggur merah pada mikrostruktur dengan menggunakan SEM yaitu perlakuan A3B1 (terbaik) dan perlakuan A2B2 (terjelek). Kata Kunci : CMC, Edible Coating, Lidah Buaya, Anggur Merah
Rancang Bangun Rangkaian Pengendali Suhu Air pada Fotobioreaktor Vertikal Dendy Satyabima; Bambang Susilo; Yusuf Hendrawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.301 KB)

Abstract

Fotobioreaktor vertikal merupakan alat simulasi untuk pengembangbiakan atau budidaya mikroalga. Fotobioreaktor yang ada akan disempurnakan yaitu adanya penambahan rangkaian pengendali suhu air dengan menggunakan sensor suhu LM35 dan mikrokontroler Atmega 16 sebagai pusat kontrolnya dengan maksud untuk mengendalikan suhu air yang dibutuhkan pada pertumbuhan mikroalganya. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengendalikan suhu air sehingga tidak melebihi suhu optimal untuk pertumbuhan mikroalga, suhu yang terlalu tinggi yang diterima mikroalga dapat menurunkan tingkat pertumbuhannya. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah suhu air pada drum mikroalga dapat terkontrol dalam arti tidak melebihi dari suhu optimal dari pertumbuhan mikroalga, sistem kontrol juga bekerja dengan baik karena dapat mengontrol keadaan pompa air sesuai dengan suhu yang dibutuhkan. Mikroalga yang dikembangkan dalam fotobioreaktor dapat bertahan hingga berumur 7 hari.
Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas Kertas Berbahan Baku Nata de Soya Chandra Satya Pujiarga; Bambang Dwi Argo; Bambang Susilo
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.165 KB)

Abstract

Limbah cair industri tahu merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Limbah cair tahu yang mengandung protein dan asam-asam amino cukup tinggi ini bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan nata dengan bantuan Acetobacter xylinum. Sifat dari nata yang memiliki selulosa seperti serabut pada semua tumbuhan berkayu, memungkinkan untuk dijadikan sebuah lembar kering atau kertas dari nata. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sifat fisik kertas dari bahan baku nata de soya, lama waktu pengeringan yang efektif serta mengetahui interaksi antara suhu pengeringan dengan lama pengeringannya. Bahan dasar Nata de Soya dalam penelitian ini dikeringkan dengan kombinasi perlakuan suhu (50ºC, 70ºC dan 90ºC) dan lama pengeringan (4,6,8,10 dan 12 jam) menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK). Analisa kertas dilakukan berdasarkan sifat kertas meliputi kuat tarik, elongansi (presentasi pemanjangan), ketebalan, swelling (ketahanan terhadap air), warna dan kehalusan. Hasil penelitian menunjukkan sifat kertas meliputi nilai elongansi 1-3.6%, ketebalan 0.0106-0.0266cm, daya serap air 0.028-0.012gram/cm²hari, massa jenis 0.0233-0.0343gram/cm3, daya penusukan 1.16-15.03kg/cm2, permeabilitas uap air 0.0116-0.0643gram/cm2hari, pengkerutan 0.7589-6.8771%, daya bakar 0.5633-1.0033detik dan kadar air 5.12-9.33%. Untuk mendapatkan nilai optimal pada penelitian diatas minimal dibutuhkan waktu 6 jam untuk proses lama pengeringan agar lembar kering nata de soya terbentuk dengan sempurna. Kata Kunci: Nata de Soya, pengeringan, kertas
Studi Pengaruh Penambahan Air dan Suhu Pemanasan terhadap Viskositas Petis Ikan (Inpress, JKPTB Vol 1 No 2) Rohani Haryati Fitriyah; Bambang Susilo; Nur Komar
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.424 KB)

Abstract

Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengenceran dan suhu pemanasan terhadap viskositas petis ikan. Viskositas petis ikan akan diturunkan hingga mendekati parameter acuan berupa viskositas saus Indofood. Petis ikan ditambahkan air sebanyak 20,30,40, dan 50 % dari 100 ml bahan kemudian dipanaskan pada suhu 60 ºC,70 ºC, dan 80 ºC. Perlakuan tersebut mampu menurunkan viskositas petis ikan dari 729430 cp menjadi 1303 cp. Nilai ini (1303 cp) merupakan viskositas yang paling mendekati parameter acuan untuk pengemasan petis ke dalam botol.
Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Menggunakan Destilasi Vakum Dony Fahmi; Bambang Susilo; Wahyunanto Agung Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.875 KB)

Abstract

Kenaikan harga bahan bakar minyak dan perkiraan tentang penurunan produksi minyak bumi pada masa yang akan datang serta ketergantungan yang besar terhadap sumber energi minyak bumi. Salah satu bahan pembuatan bioetanol adalah kulit nanas karena penggunaan bahan pangan sebagai bahan baku bioetanol dapat mengancam ketersediaan bahan-bahan pangan jika tidak dilakukan dengan arif dan bijaksana dalam pengelolaannya. Kulit nanas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi, oleh karena itu kulit nanas potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan perlakuan monofaktor yaitu suhu destilasi vakum dengan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan respon yang diamati adalah rendemen dan kadar etanol destilat. Dilakukan penentuan kondisi optimum proses sehingga dihasilkan produk etanol yang optimal. Perlakuan yang diberikan dibagi dalam 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali. Adapun taraf perlakuan yang digunakan adalah suhu destilasi vakum 40˚ C, 50˚ C dan 60˚ C pada tekanan mutlak 31 Kpa. Pada penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas menggunakan destilasi vakum, nilai kadar etanol destilat tertinggi yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 21,250%, suhu yang paling optimal dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan suhu 500C. Nilai rendemen tertinggi yang diperoleh dalam penelitian pemurnian etanol hasil fermentasi kulit nanas dengan menggunakan destilasi vakum ini adalah 1,166%.
Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Biogas terhadap Emisi Gas Buang Mesin Generator Set Rendhi Prastya; Bambang Susilo; Musthofa Lutfi
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.782 KB)

Abstract

Penelitian ini mempelajari pengaruh penggunaan biogas terhadap emisi gas buang yang dihasilkan oleh mesin generator set dan untuk operasional genset berbahan bakar bensin menjadi berbahan bakar biogas perlu dilakukan modifikasi pada bagian karburator. Pemasukan biogas palingmudah dan efektif adalah dimasukkan ke dalam intake manifold. Zat-zat yang merugikan dalam gas buang adalah karbon dioksida, oksigen dan karbon monoksida. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Orsat Apparatus pada pembebanan 0/tanpa beban, 300, 540, 840, 1140 Watt. Dari hasil pengujian menunjukkan semakin besar pembebanan pemakaian bahan bakar semakin naik, kadar emisi gas buang karbon dioksida mengalami kenaikan, kadar emisi gas buang oksigen mengalami penurunan, dan kadar emisi gas buang karbon monoksida juga mengalami penurunan. Kadar CO2 tertinggi yang dihasilkan mesin genset ketika menggunakan bensin sebesar 2,54%, sedangkan ketika menggunakan biogas sebesar 2,40%. Kadar O2 tertinggi ketika menggunakan bensin sebesar 18,66%,sedangkan menggunakan biogas sebesar 15,60% dan kadar CO yang dihasilkan oleh bensin sebesar 5,06% sedangkan biogas hanya sebesar 0,20%. Kata kunci: Emisi gas buang, biogas, genset
Studi Kelayakan Finansial dan Kebutuhan Utilitas Proses Produksi “Stiff Oorid Mango” Ugali Instant Kaya Nutrisi dalam Upaya Penanggulangan Malnutrisi pada Anak – Anak di Kenya - Afrika Halimatus Sa'diyah; Aji Sutrisno; Agustin Krisna Wardani; Bambang Susilo
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.858 KB)

Abstract

Malnutrisi merupakan masalah yang banyak terjadi di negara berkembang termasuk Kenya. Kasus malnutrisi yang banyak terjadi di Kenya adalah protein-energi malnutrisi dan defisiensi vitamin A. Pengembangan ugali (Stiff Oorid Mango) melalui fortifikasi mangga dan kacang tunggak dapat mengatasi masalah protein-energi malnutrisi dan defisiensi vitamin A di Kenya. Selain itu, pemilihan mangga sebagai Fortifikasi β-karoten yang pro-vitamin A pada produksi  Stiff Oorid Mango bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan mangga yang selama ini terbuang di Kenya.  Kelimpahan bahan baku tersebut dapat menjadi peluang besar bahwa produk baru Stiff oorid mango dapat diaplikasikan di Industri. Untuk mengetahui kelayakan produksi Stiff oorid mango, maka dilakukan analisis kelayak finansial dan kebutuhan utilitas. Aspek kelayakan finansial yang dianalisis yaitu Harga Pokok Produksi (HPP), Break Even Point (BEP), R/C Ratio dan Net Present Value (NPV). Sedangkan, aspek kebutuhan utilias yang dianalisis kebutuhan water system dan Sewage System. Penelitian ini bertujuaan mengetahui analisis finansial dan kebutuhan utilitas proses produksi Stiff oorid mango bila diterapkan di Industri. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial, harga pokok produksi setiap kemasan Stiff Oorid Mango adalah Rp 2.020, atau setara K Sh. 17,91,  dengan  nilai Break Even Point (BEP) yaitu 12.739 kemasan,  dan R/C ratio 1.41 sehingga produk tersebut efisien untuk dijalankan karena >1. Analisis utilitas stiff oorid mango ini menganalisisis kebutuhan water system (distribusi pengolahan air bersih) bersumber dari dept well yang diolah dengan aerasi dan sand filter, dan Sewage System (pengolahan limbah)  menggunakan metode fisik meliputi penyaringan, equalisasi, penyeragaman, pendinginan dan filter pasir  dan metode biologis meliputi kolam aerasi dan lagoon.   Kata Kunci : Stiff oorid mango, Malnutrisi, Analisis Kelayakan Finansial, dan Kebutuhan Utilitas