Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KONSEP KAMPUNG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA La Ode Abdul Rachmad Sabdin Andisiri; Ishak Kadir; Muhammad Zakaria Umar
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.716 KB) | DOI: 10.22441/vitruvian.2018.v8i2.002

Abstract

Pembangunan perdesaan adalah bagian integral dari pembangunan Indonesia, hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia dan sumber daya manusia di perdesaan masih sangat rendah sehingga, arah pembangunan desa sebaiknya mengutamakan manusia dan penciptaan lapangan kerja. Penelitian ini bertujuan (1)  mengetahui fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat perdesaan sebagai prasarana belajar, (2) menemukan rumusan kawasan binaan kampung kerja sebagai kawasan aglomerasii pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya masyarakat desa. Penelitian ini diselenggarakan di Kabupaten Muna dan metode penelitian ini berlandaskan pada paradigma post-positivisme yakni metode studi kasus pendekatan kualitatif dimana aspek – aspek yang dianalisis adalah angkatan kerja, sektor ekonomi, kebutuhan bangunan, infrastruktur, dan zonasi keruangan. Penelitian ini menemukan dua temuan (1) kebutuhan akan fasilitas yang dibutuhkan untuk peningkatan kualitas angkatan kerja, (2) rumusan model kawasan binaan kampung pendidikan dan pelatihan kerja sebagai kawasan aglomerasi peningkatan sumber daya manusia perdesaan.Rural development is an integral part of Indonesia's development, the essence of development is human development and human resources in rural areas are still very low so that the direction of rural development should prioritize humans and job creation. The objetives of this research are (1) find out the facilities needed by rural communities as learning infrastructure, (2) find the formulation of the working area of the working village as an educational agglomeration area as an effort to improve the quality of rural community resources. This research was conducted in Muna Regency and this research method was based on the post-positivism paradigm, a case study method of qualitative approach where the aspects analyzed were labor force, economic sector, building needs, infrastructure, and spatial zoning. This study found two findings (1) the need for facilities needed to improve the quality of the workforce, (2) the formulation of the model of the village built area of education and job training as an agglomeration area to increase rural human resources.  
ARSITEKTUR BANGUNAN GEREJA SUMBER KASIH DI KELURAHAN KANDAI, KECAMATAN KENDARI, KOTA KENDARI ishak kadir; La Ode Muhammad Ilham; salniwati salniwati
SANGIA JOURNAL OF ARCHAEOLOGY RESEARCH Vol. 4 No. 2: December 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/sangia.v4i2.1086

Abstract

This study describes the architecture of the Sumber Kasih Church building in Kendari District, Kendari City. The purpose of this study is about the characteristics of the Sumber Kasih Church building, influencing factors in church architecture, and church architectural style. This study uses a study of architectural concepts and tropical architecture. This research is a descriptive qualitative type with inductive reasoning using architectural, stylistic, and morphological analysis as supporting analyzes in this research. Based on this research, it can be concluded that the Sumber Kasih Church building has uniform and simple characteristics. The characteristics of this building can be found on the church roof which is in the shape of a saddle, the shape of the gable roof is made with a slope of 40º to function as to drain the falling rainwater. The gable shape of this church is also often found in the houses of local people. Based on the factors that influence the architectural form, the Sumber Kasih Church building is influenced by two factors, namely cultural factors and climatic factors. Based on its architectural form, Sumber Kasih Church is influenced by tropical architectural styles and traditional architecture of the local culture.
PENGARUH ARSITEKTUR KOLONIAL PADA RUMAH ADAT KAMALI BAADIA, KELURAHAN BAADIA, KECAMATAN MURHUM KOTA BAUBAU siswardin siswardin; ishak kadir; salniwati salniwati
SANGIA JOURNAL OF ARCHAEOLOGY RESEARCH Vol. 4 No. 2: December 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/sangia.v4i2.1088

Abstract

The Kamali Baadia traditional house as the last palace of the Buton Sultanate, combines the traditional architectural concepts of Buton and Colonial architects, for this purpose the research aims to find out the architectural form, explain the colonial architectural forms that affect the architectural characteristics of the Kamali Baadia traditional house and to determine the significance of the influence of Colonial architecture on the architectural form of the Kamali Baadia traditional house. This type of research is qualitative, primary and secondary data sources, literature studies, observations, interviews and documentation using morphological analysis, technology, style and significance analysis of component changes. The architectural form of the Kamali Baadia traditional house is a stilt house with an L-shaped floor plan arranged two floors facing North. The Kamali Baadia traditional house is divided into three components, namely legs, body and roof. The influence of Dutch colonial architecture on the Kamali Baadia traditional house is the Indische Empire Style architectural style with a floor plan on the first floor, a shield roof, a two-leaf door inside motif and a two-leaf window as well as an internal motif. Significant analysis of the sign by the influence of Dutch colonial architecture Indische Empire Style architecture has not been significant.
PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL BUTON PADA HUNIAN MASYARAKAT DESA WAKALAMBE KECAMATAN KAPONTORI KABUPATEN BUTON Kartika Damayanti Nur; Ishak Kadir; Asri Andrias Herman B
Jurnal Malige Arsitektur Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKRumah atau hunian masyarakat Desa Wakalambe merupakan salah satu hunian yang ada di KabupatenButon. Adanya beberapa aspek yang dapat membuat bergesernya arsitektur tradisional Buton pada rumah yaknikurangnya pemahan terhadap arsitektur tradisional Buton, bahkan sampai ke taraf ekonomi yang kurangmemadai. Membuat masyarakat membangun berdasarkan intuisi dan kondisi yang ada. Ini dapat menjadi dasarpertimbangan bagaimana Arsitektur Tradisional Buton diterapkan oleh masyarakat Desa Wakalambe kedalamhunian atau rumah. Metode penelitian yang digunakan yakni metode kualitatif. Hasil penelitian yang diperolehyaitu, penerapan arsitektur tradisional Buton pada hunian masyarakat Desa Wakalambe dilihat dari topologi dantipologi yang didasarkan oleh elemen fix, semi fix dan non fix. Dimana pada elemen fix antara lain pemaknaanarah ujung pohon, letak kabelai berada di tengah rumah, terdapat spasial ruang yaitu yaroa, kamara dan rapu,begitupun pada arah vertikal yaitu kapeo, karona banua dan pa, jumlah 4 tingan tada, jumlah anak tangga ganjil,menggunakan pintu geser dan jendela geser dan sistim engsel dan terdapat pabate segi tiga. Sedangkan padaelemen semi fix antara lain terdapat tatengkala, pada rumah terdapat ragam hias tora, totora, sala-salapa danjalima pada pabate. Dan pada elemen non fix antara lain melakukan ritual pembangunan rumah dan melakukanritual haroa.Kata Kunci: Arsitektur Tradisional Buton, Rumah Masyarakat Desa Wakalambe, PenerapanABSTRACTHouse or residence of the people of Wakalambe Village is one of the dwellings in Buton Regency. There areseveral aspects that can make the traditional Butonnese architecture shift in the house, namely the lack ofunderstanding of traditional Butonnese architecture, even to an inadequate economic level. Making society buildbased on intuition and existing conditions. This can be the basis for consideration of how Buton TraditionalArchitecture is applied by the people of Wakalambe Village into their dwellings or houses. The research methodused is a qualitative method. The results obtained are, the application of traditional Butonese architecture to thehouses of the people of Wakalambe Village seen from the topology and typology based on fixed, semi-fixed andnon-fixed elements. Where the elements fix among others purport toward the end of the tree, where the kabelai isin the middle of the house, there is a spatial space that is yaroa, Kamara and Rapu,as well as in the verticaldirection that is kapeo, Karona banua and pa,number 4 tingan tada, the number of steps odd, using sliding doorsand sliding windows and hinge systems and there is a pabate triangular. While the semi-fixed elementsinclude tatengkala, in the house there are various decorations of tora, totora, sala-salapa and jalima on pabate.And the non-fixed elements include performing house construction rituals and performingrituals haroa.Keywords: Traditional Buton Architecture, Wakalambe Village Community House, Application
KONSEP EKSISTENSI RUANG BUDAYA PERMUKIMAN PESISIR SULAA DI KOTA BAUBAU Ishak Kadir; M. Arzal Tahir
Jurnal Malige Arsitektur Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.381 KB)

Abstract

ABSTRAKMasyarakat pesisir Sulaa umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional dan merupakan mata pencaharian utama sejak perkampungan Topa dihuni untuk pertama kalinya. Sulaa juga dikenal sebagai kampung tenunan kain tradisional khas Buton sebagai kegiatan ekonomi yang berbasis budaya. Kehidupan budaya dan spiritual begitu kental dalam kehidupan masyarakatnya, terutama kegiatan yang berhubungan dengan tradisi masyarakat Buton. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan eksistensi ruang budaya dan spiritual masyarakat dalam permukiman pesisir Sulaa sebagai bagian dari entitas dan realitas ruang sosial budaya masyarakatnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan analisis induktif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep eksistensi ruang budaya dan spiritual di Permukiman Pesisir Sulaa terbangun berdasarkan [i] pemahaman masyarakat bahwa ruang mempunyai nilai keberkahan yang dapat memberikan ketentraman hati, rezeki, kekuatan serta perlindungan bagi kehidupan mereka, [ii] fungsi penting ruang untuk aktivitas spiritual yang memberi kemanfaatan bagi keberlangsungan hidup masyarakat, yaitu keberkahan rezeki yang melimpah, keselamatan dan perlindungan bagi permukiman mereka. Kesadaran budaya dan spiritual menjadi referensi tata ruang dan tata kesadaran masyarakat yang memiliki pola fungsional dan transendental.Kata kunci: eksistensi ruang, budaya, Sulaa
KONSEP RUANG BERMUKIM MASYARAKAT ABELI DI KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI Ishak Kadir; Annas Maruf; Burhan Said; Akbar Musibar
Jurnal Malige Arsitektur Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Malige Arsitektur
Publisher : Jurnal Malige Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Abeli memiliki karakteristik ruang permukiman pesisir dan dataran rendah serta wilayah perbukitan dengan topografi perbukitan yang bergelombang. Keragaman suku bangsa yang menghuni menyebabkan keragaman sosial budaya dan ekonomi masyarakatnya. Keragaman komunitas yang heterogen berbaur membangun kawasan permukiman dengan latar belakang kehidupan yang beragam pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep ruang bermukim masyarakat di Kecamatan Abeli dengan berbagai faktor yang mempengaruhnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Analisis SIG dengan Teknik Overlay menggunakan software Arc-Gis 10.3 digunakan untuk mengetahui pola permukiman dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep ruang permukiman di Kecamatan Abeli yaitu ruang permukiman  pesisir dengan pola sejajar dan memanjang mengikuti garis pantai dan ruang permukiman perbukitan dengan pola sejajar dan memanjang mengikuti jalan dan sebagian tersebar menjauh dari prasarana jalan. Konsep ruang bermukim masyarakat di Kecamatan Abeli dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan/Topografi, sosial budaya, sejarah, ekonomi dan kerawanan bencana. Kata Kunci : Konsep ruang, permukiman, Abeli ABSTRACT Abeli has the characteristics of coastal settlements and low-lying areas and hilly areas with uneven, steep topography. The diversity of ethnic groups that inhabit causes the socio-cultural and economic diversity of the people. Diverse heterogeneous communities mingle to build residential areas with different backgrounds in life. This research aims to determine the concepts of community-living spaces in Abeli District with various factors affecting them. This research uses a qualitative method with descriptive analysis. The GIS analysis with Overlay Technique using Arc-Gis 10.3 software is used to determine settlement patterns and influencing factors. The results showed that the concept of residential space in Abeli Subdistrict is coastal settlement space with parallel and elongated patterns following the coastline and hilly residential areas with parallel and elongated patterns following the road and partially spread away from the road infrastructure. The concept of community-living spaces in Abeli District is influenced by physical/environmental topography, socio-cultural, historical, economic and disaster vulnerability. Keywords: Spatial concept, settlement, Abeli
Analisis Prioritas Konsep Dan Strategi Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kecamatan Nambo Sitti Astija; Ishak Kadir; Dewi Nurhayati Yusuf
Jurnal Perencanaan Wilayah Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Perencanaan Wilayah
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.767 KB) | DOI: 10.33772/jpw.v6i1.17335

Abstract

Kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Nambo terbagi atas Kluster Pudai – Nambo (Kelurahan Bungkutoko, Petoaha, Nambo) dan Kluster Tondonggeu – Sambuli. Tipologi permukiman di Kecamatan Nambo merupakan dataran rendah dan tepi air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis skala prioritas, menentukan konsep dan strategi penanganan kawasan kumuh di Kecamatan Nambo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis pembobotan indikator prioritas kawasan kumuh berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 2 Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan kumuh di Kecamatan Nambo terbagi atas dua klasifikasi prioritas yaitu kumuh sedang, status lahan tidak legal dan pertimbangan lainnya tinggi dan kumuh sedang, status lahan tidak legal dan pertimbangan lain sedang. Berdasarkan kondisi kekumuhan di Kecamatan Nambo maka konsep/ pola penanganan kawasan permukiman kumuh yaitu permukiman kembali. Rumusan strategi; penyiapan lahan, rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian, rehabilitasi/ perbaikan infrastruktur permukiman dan rehabilitasi/ perbaikan proteksi kebakaran. Kata Kunci : Kawasan Kumuh, Konsep, Nambo, Prioritas, Strategi
Lingkungan Permukiman Sehat dengan Penerapan Septic tank Muka Air Tanah Tinggi dalam Proses Penanganan Limbah Kakus Padat di Desa Mata Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Ishak Kadir; La Ode M. Golok Jaya; Ranno Marlany Rachman; Annas Ma'ruf; Santi Santi; La Ode Amrul Hasan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Terapan Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Vokasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpmit.v4i2.28166

Abstract

Desa Mata Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan memiliki karakter topografi lingkungan permukiman yang menarik karena kelompok rumah masyarakat sebagian berada pada wilayah muka air tanah tinggi dan sebagian kelompok rumah masyarakat berada di dataran yang terjadi genangan air tinggi pada saat hujan tinggi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan, umumnya masyarakat belum memiliki septic tank dan tidak memahami pengelolaan limbah rumah tangga khususnya limbah kakus yakni kotoran pada manusia.Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan  partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan lingkungan sehat dengan penerapan septic tank muka air tanah tinggi dalam proses penanganan limbah kakus padat di Desa Mata Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan, serta terbangunnya jamban dalam upaya peningkatan sanitasi lingkungan sehat dengan penerapan septic tank muka air tanah tinggi dalam proses penanganan limbah kakus padat di Desa Mata Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan.Berdasarkan hasil survey dan identifikasi kondisi sanitasi masyarakat Desa Mata Wawatu meskipun mayoritas masyarakat telah memiliki septic tank diseluruh dusun tapi masih terdapat 18 unit rumah yang menggunakan cumplung atau cubluk. Perlu ada usaha untuk membantu dalam proses pergantian ke septic tank air muka tanah tinggi.
Karakteristik Fisik Hunian Permukiman Bantaran Sungai Lasolo Nuzul Iqra Muhammad; Ishak Kadir; Sitti Rosyidah; I Made Krisna Adhi Dahrma
Reka Karsa: Jurnal Arsitektur Vol 10, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v10i1.7964

Abstract

AbstrakKota Kendari merupakan salah satu Kota perdagangan dan jasa yang berkembang pesat sehingga menimbulkan daya tarik bagi masyarakat luar untuk urbanisasi sehingga menimbulkan kepadatan penduduk. Salah satu permukiman yang memiliki kepadatan hunian yang tinggi yakni di bantaran Sungai Lasolo. Fenomena yang berkembang pada kawasan permukiman ini yakni adanya bangunan yang berdiri di tepian tanggul sungai padahal hal tersebut bertentangan dengan regulasi yang ditetapkan, Keberadaan permukiman pada daerah tepian tanggul membahayakan penghuni dan mengganggu ekologi tepian sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskriptifkan karakteristik bentuk hunian di Bantaran Sungai Lasolo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sebagai upaya memaknai suatu fenomena dengan menganalisis data berdasarkan indikator keteraturaan bangunan, kualitas bangunan, dan kepadatan bangunan. Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi sample hunian di permukiman RT.002/RW.001 Kelurahan Sanua, kemudian dianalisis berdasarkan indikator tersebut. Hasil penelitian pada zona 1 diketahui bahwa tampilan bangunan secara visual tidak beraturan karena dipengaruhi arah aliran sungai sehingga berpola linear memanjang dengan komposisi kepadatan bangunan yang besar. Dari segi material didominasi oleh bahan dasar kayu serta penempatan ruang lebih bersifat terbuka, Beberapa hunian berada pada daerah sempadan sungai dengan orientasi bangunan yang menghadap kearah sungai.Kata Kunci: Bantaran Sungai Lasolo, Bentuk hunian, Karakteristik, Permukiman,FenomenologiAbstractKendari City is one of the cities of trade and services that is growing rapidly so that it attracts outsiders to urbanize, causing population density. One of the settlements that has a high residential density is on the banks of the Lasolo River. The phenomenon that develops in this residential area is the existence of buildings that stand on the banks of river embankments even though this is contrary to established regulations. This study aims to describe the characteristics of residential forms on the Lasolo Riverbank. This study uses a qualitative descriptive method with a phenomenological approach as an effort to interpret a phenomenon by analyzing data based on indicators of building regularity, building quality, and building density. The data collection method was carried out by observing the residential sample in the settlements of RT.002/RW.001, Sanua Village, then analyzed based on these indicators. The results of the research in zone 1 show that the visual appearance of the building is irregular because it is influenced by the direction of the river flow so that it has an elongated linear pattern with a large composition of building density. In terms of material, it is dominated by wood base material and the placement of the space is more open. Some of the dwellings are located on the river border area with the orientation of the building facing the river.Keywords: Lasolo Riverbank, Residential form, Characteristics, Settlement, Phenomenology
RAGAM HIAS NISAN PASSULARA KONYINA KABALLANGAN DI DESA KABALLANGAN KECAMATAN DUAMPANUA KABUPATEN PINRANG Nur Hidayah; Ishak Kadir; Sandy Suseno
SANGIA JOURNAL OF ARCHAEOLOGY RESEARCH Vol. 7 No. 1: June 2023
Publisher : Laboratorium Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/sangia.v7i1.2177

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan unsur-unsur ragam hias dan unsur budaya yang mempengaruhi nisan pada Komplek Makam Passulara Konyina Kaballangan di Desa Kaballangan, kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan terdiri dari beberapa tahap seperti studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan morfologis dan stilistik. Berdasarkan hasil penelitian, ragam hias nisan pada kompleks Makam Passulara Konyina Kaballangan dihiasi dengan motif yang berupa geometris, yang lainnya adalah flora, dan inskripsi tulisan Aksara Arab dan Lontara. Berdasarkan temuan bentuk dan temuan ragam hias kedua makam tersebut menunjukan bahwa adanya unsur budaya yaitu megalitik, budaya lokal dan budaya Islam yang berkembang di daerah Pinrang.