Willy F. Maramis
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Medical Humanities In Medical Schools Willy F. Maramis
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.681 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v3i1.763

Abstract

The reflections on education by John W. Alexander and UNESCO (United Nations Educatiol, Scientific and Cultural Organization), show that a “good doctor” and a medical specialist (including a psychiatrist), must not only be competent in empathic communication, clinical knowledge and clinical skills, but more so in humanities (especially in morals, ethics and bioethics) and soft skills. Humanities and soft skills education is therefore very important in medical schools. The main objectives in humanities education are mainly in the affective domain. Relevant and effective learning experiences must therefore be provided. For this, small group discussions is at present the most effective one, is not so difficult to do and also financially affordable. There is an added beneficial effect, this is that the fasilitators will also experience an enrichment in moral development. A model of a humanities curriculum and of a moral dilemma discussion group is presented. There are no principal differences between morals, ethics or bioethics education for undergraduates and that for residents (including psychiatric residents), only the moral dilemma cases may be adjusted to the level of education and more specific to the specialty.
Kedokteran Keluarga = Family Medicine Willy F. Maramis
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.774 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v2i2.847

Abstract

Pendahuluan Mengapa profesi kedokteran dikatakan profesi yang mulya? Karena profesi kedokteran menolong manusia yang sakit dan menderita. Dan menolong sesama manusia karena kasih adalah rahmat dan karunia Tuhan bagi yang menolong dan yang ditolong. Mungkin pula karena dahulu pengobatan orang sakit dilakukan juga oleh para imam dan dukun yang melayani masyarakat dalam hal spiritual dan keagamaan. Banyak penyakit dipercaya karena pengaruh roh jahat, sehingga pantas kalau para imam dan dukun yang menangani mereka. Sejak Hippokrates (460 – 370 BC) ilmu pengobatan mulai dipelajari secara ilmiah sehingga perlahan-lahan mulai dipisahkan dari tugas para imam. Sekarang telah terpisah sama sekali sebagai ilmu kedokteran modern. Namun kita melihat banyak cara pengobatan tradisional yang masih erat hubungannya dengan hal-hal spiritual, dengan roh-roh, bahkan dengan agama. Tidak sedikit dokter jaman sekarang pun masih tertarik pada hal-hal paranormal dalam kesehatan. Dalam pengobatan tradisional sejak dahulu kala sampai sekarang, dan dalam ilmu kedokteran pun sampai dengan perang dunia ke-2, pertolongan manusia yang sakit adalah individual. Tidak dapat disangka, kedokteran individual (individual medicine) atau kedokteran klinik (clinical medicine) adalah penting. Namun makin lama makin disadari bahwa untuk melayani kesehatan seluruh masyarakat, kedokteran klinik saja tidak cukup. Bila diteliti betul, kalau masyarakat sudah lebih sehat, itu bukan karena ilmu kedokteran, melainkan karena ekonomi dan pendidikan sudah lebih baik. Dengan demikian ilmu kedokteran maju juga dan memberi andil kepada perbaikan kesehatan masyarakat, namun tetap dipraktekkan sebagai clinical atau hospital based medicine. Bayangkan kalau keadaan ekonomi dan pendidikan tidak maju, bagaimana dengan kesehatan masyarakat. Lihat saja, misalnya Afrika, atau tidak usah jauh-jauh, lihat saja pada beberapa bagian negara kita sendiri, misalnya Papua. Sejak akhir perang dunia ke-2 dan terutama sejak Deklarasi Alma Ata, Kazakhstan, 6-12 September 1978, mengenai Primary Health Care (PHC), studi dan 68 Willy F. Maramis pendidikan kesehatan masyarakat mulai berkembang sampai sekarang, dengan berbagai istilah: misalnya kesehatan masyarakat (community health), kedokteran masyarakat (community medicine), community based medicine, community oriented medicine, dsb., tergantung pada aspek mana yang mau diberi tekanan, sehingga ontologi, epistemiologi dan axiologinya berbeda. Sekarang KKI dan Dikti serta Depkes menganjurkan kedokteran keluarga (family medicine) dan kedokteran primer (primary health care, seruan deklarasi Alma Ata 36 tahun yang lalu). Kedokteran klinik terlalu mahal, sebagian besar masyarakat tidak dapat menjangkaunya. Negara maju pun merasa terlalu berat, sampai ada yang sedikit atau banyak sudah menerapkan “socialized medicine”. Pemerintah dan para pendidik juga ingin mencegah, jangan sampai terjadi “defensive medicine”, bukan “preventive medicine”, atau “commodity oriented doctors” dan bukan “community oriented doctors”, dsb. Anjuran WHO adalah agar dalam sistem kesehatan suatu negara, sarana kesehatan harus dapat diperoleh, dapat dicapai dan dapat diterima (available-accessable and acceptable) oleh masyarakat. Kalau boleh saya tambah, harus juga affordable (mampu dibayar atau dibeli).
My Lecturer Willy F. Maramis
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.701 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v4i1.1784

Abstract

Bioetika dan Bioteknologi dalam Dunia Modern Willy F. Maramis
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.006 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v1i2.858

Abstract

Dalam diskusi-diskusi tentang moral dan etika, kita harus membedakan sesuatu hal yang didiskusikan itu termasuk dalam bidang etika, sopan-santun atau disiplin. Moral (filsafat moral) atau etika adalah ilmu (bukan agama), dan dengan demikian menggunakan penalaran ilmiah, untuk menetukan apakah suatu perilaku individu atau kelompok individu baik atau jahat (right or wrong). Biarpun tidak ada batas yang jelas, ada baiknya bila dibedakan antara etika (ethics), etika kedokteran (medical ethics), bioetika (bioethics) dan etika biomedik (biomedical ethics). Bioteknologi (Biotechnology) adalah teknologi yang melakukan intervensi dalam proses kehidupan. Cakrawala teknologi adalah kemungkinan-kemungkinan, sedangkan cakrawala etika adalah tujuan. Suatu alat hasil teknologi dapat dipakai untuk membangun atau pun menghancurkan manusia. Tidak ada teknologi yang netral. Karena itu ada kebutuhan akan pengarahan dan penilaian dalam teknologi, khususnya bioteknologi. Banyak sekali usaha telah dan sedang dilakukan dalam bioteknologi dan telah banyak sekali penemuan telah muncul. Hanya beberapa yang dibicarakan disini dan sekaligus disinggung secara singkat aspek etikanya. Tidak mungkin dibicarakan disini penyelesaiannya secara terperinci. Silakan pembaca yang budiman memikirkan atau mendiskusikan tentang itu dengan teman sejawat atau orang lain