Benyamin Margono
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengembangan Manajemen MRSA Pneumonia Nosokomial Hasil Uji ZEPHyR Benyamin Margono
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.168 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v1i1.843

Abstract

Semua infeksi MRSA ditandai oleh genotip mecA, yang mengkode protein pengikat (PBP’s, PBP2A) di dinding sel, sehingga menimbulkan penurunan afinitas dalam mengikat penisilin anti staphylococus, fenotipik ini berlaku untuk semua antibiotik gol β-lactam, dan juga dapat menjadi resisten untuk kelas antibiotik seperti: macrolides, lincosamides, aminoglycosides, fluoroquinolones, tetracyclines, and sulfonamides. Faktor risiko independen terkait dengan infeksi MRSA adalah: rawat inap 12 bulan terakhir, onset lambat dari HAP, pembedahan, makanan enteral, dan pemberian antibiotik sebelumnya: aminoglycoside (7,9x), levofloxacine (7,2x), macrolide (5x), vancomycin (4.3x), dan βL/βLI (β-lactam/β lactamase inhibitor) (2,3 x). Kebanyakan pedoman infeksi mendukung penggunaan vancomycin atau linezolid jika dicurigai MRSA. Percobaan ZEPHyR adalah suatu studi acak terkontrol dengan rasio 1:1 linezolid q12h 600 mg IV vs vancomycin 15 mg / kg BB IV q12h selama 7-14 hari, Hasil klinis bermakna lebih baik linezolid daripada vancomycin, meskipun angka kematian pada 60 hari tidak menunjukkan perbedaan. Linezolid secara keseluruhan menunjukkan keamanan dan profil tolerabilitas yang memuaskan. Ringkasan: Indikasi linezolid adalah pneumonia dengan etiologi Staphylococus aureus nosokomial baik MSSA / MRSA atau Streptococus pneumoniae yang sensitif terhadap penisilin. Kombinasi terapi diberikan bila diduga gram negatif patogen. Dosis IV sama dengan dosis oral 600 mg BID, dosis pediatrik: 10 mg/kg/8 jam. Lama pengobatan 10-14 hari.
Optimalisasi Penggunaan Antibiotik Pada Pneumoni Nosokomial : Applikasi Klinik Benyamin Margono
JURNAL WIDYA MEDIKA Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1240.4 KB) | DOI: 10.33508/jwm.v1i1.844

Abstract

Mengoptimalkan hasil terapi antibiotik perlu penggunaan yang tepat waktu dan tepat dosis, sedangkan penjabaran terapi antibiotik yang tidak aktif terhadap organisme sasaran, inisiasi terapi yang tertunda, perubahan rejimen yang tidak perlu dapat menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit, peningkatan kematian, lama rawat inap, durasi penggunaan antibiotik, semua mengarah pada peningkatan biaya. Strategi pada infeksi berat adalah terapi dini, empiris, tepat, adekuat, dapat mengurangi kematian sebanyak 50%. Pilih antibiotik yang paling tepat dan tidak menunda penggunaan antibiotik yang tepat sehingga terjadi kematian. Awal pengobatan empiris menggunakan dosis tinggi, antibiotik spektrum luas, kemudian dilakukan penilaian klinis setelah hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas didapat, dilakukan perubahan pemberian antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit (de-eskalasi) untuk meminimalkan resistensi, toksisitas dan biaya. Dianjurkan tidak memulai dengan antibiotik dengan aktifitas dan dosis rendah, kemudian baru melakukan peningkatan ketika efek klinis tidak memuaskan. Antibiotik β-lactam adalah yang paling sering diresepkan pada infeksi, sebesar 54,4% dari semua antibiotik. Aktifitas β-lactam tergantung pada waktu, artinya waktu di atas MIC (T> MIC) sangat penting dalam menentukan terapi yang memadai. Untuk efektivitas klinis: T> MIC adalah> 40% dari interval dosis, sedangkan maksimum untuk dapat membunuh infeksi berat Gram (-) patogen: disarankan T> MIC lebih dari 70%, pemberian obat dengan cara infus kontinyu dimaksudkan untuk mempertahankan kadar tunak pada ≥ 50% sepanjang interval dosis (8-10 x MIC). Infus kontinyu Cefepime dapat dengan cara mengencerkan 3-4 gram cefepime dalam 1 L Dextrose 5% dan diberikan laju aliran konstan. Cefepime memiliki aktivitas antimikroba terhadap spektrum luas Gram (+) dan Gram (-) patogen, juga aktivitas anti pseudomonas. Sehubungan dengan hal tersebut di depan direkomendasikan sebagai monoterapi pada infeksi berat bila diduga Psudomonas aerugenosa terlibat, tetapi bila terbukti infeksi disebabkan Pseudomonas aerugenosa dianjurkan kombinasi, baik Aminoglycosida (Amikin) atau Quinolon (Cipro atau Levofloksasin).