Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PREDIKSI CBR LAPANGAN PADA PONDASI MATRAS DI ATAS TANAH LUNAK DIPERKUAT TIANG - TIANG BAMBU MENGGUNAKAN FORMULA KLASIK TERZAGHI Suyuti Suyuti; Muhammad Rizal; Yuni Damayati
TERAS JURNAL Vol 10, No 1 (2020): Volume 10 Nomor 1
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v10i1.262

Abstract

Tanggul adalah sering dibangun di atas deposit tanah sangat lunak or deposit gambut. Dimana, lapisan tanah tersebut memiliki konsistensi yang sangat rendah dengan kohesi tak terdrainase cu < 12,5 kN/m2. Disamping itu, juga memiliki potensi deformasi besar akibat pembebanan. Sistem pondasi tradisional tanah lunak adalah telah banyak digunakan masyarakat untuk menopang beban-beban. Karena itu, sistem pondasi tersebut harus sesuai persyaratan desain stabilitas dan deformasi (DPU., 2005). Prosedur pelaksanaan konstruksi tanah dasar dengan perkuatan cara pondasi tradisional disebut sebagai matras, dimana konstruksinya: (i) penggalian tanah matras, (ii) pemasangan tiang bambu, (iii) peletakan material tanah lunak distabilisasi semen sebagai matras, dan (iv) perawatan matras, and (v) pengujian CBR lapangan. Sayangnya, metode di atas belum bisa diterapkan di lapangan oleh insinyur lokal. Karena itu, penelitian ini adalah  difokuskan prediksi CBR lapangan pada pondasi matras menggunakan formula klasik Terzaghi. Variasi parameter jari-jari piston CBR yakni R0 = 2,5 cm ~ 10 cm, sudut penyebaran beban ß = 5o ~ 30o, tebal matras 22 cm adalah telah dikerjakan dengan bebarapa simulasi. Hasil prediksi nilai CBR pondasi matras adalah ditemukan CBR = 4,9% ~ 5,1%. Hasil CBR pengujian faktual pada uji model adalah sebesar 4,9%. Akhirnya, Hasil prediksi CBR dan observasi CBR lapangan adalah sama sebesar 4.9% untuk penggunaan piston faktual R0 = 2,5 cm. Penelitian perhitungan untuk memprediksi CBR lapangan dapat diterapkan oleh insinyur.
EVALUASI TINGGI EMBANKMENT JALAN PADA TANAH LUNAK DIPERKUAT GEOTEXTILE DAN FONDASI CERUCUK Suyuti Suyuti
TERAS JURNAL Vol 10, No 2 (2020): Volume 10 Nomor 2 September 2020
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v10i2.320

Abstract

Abstrak Kalimantan memiliki daratan rendah tanah lunak mencapai kedalaman 25 m. Tanah lunak memiliki kapasitas dukung rendah dan deformasi besar untuk menopang beban-beban. Infrastruktur seperti embankment untuk konstruksi jalan di atas tanah dasar lunak, biasanya direncanakan dengan suatu tinggi rencana, meskipun embankment untuk konstruksi jalan sering runtuh akibat lemahnya kekakukan tanah dasar tersebut. Ada beberapa pedoman teknik telah dipublikasikan bagaimana cara membangun embankment di atas tanah lunak, tetapi pedoman tersebut hanya menunjukkan prosedur kerja konstruksi, di mana ujung pangkal fondasi cerucuk seperti kayu atau bambu adalah diikat dengan cara konvensional. Konstruksi embankment harus memenuhi untuk kriteria stabilitas dan penurunan. Penelitian ini untuk pemenuhan persyaratan stabilitas seperti faktor keamanan embankment dihubungkan dengan kapasitas dukung tanah lunak dengan perkuatan untuk mengevaluasi tinggi embankment disediakan dengan beberapa formula empiris berdasarkan aturan geoteknik. Hasil simulasi perhitungan diperoleh tinggi embankment kritis Hcr sebesar 1,06 m untuk kohesi tanah cu sebesar 11,5 kN/m2 dan Hcr sebesar 1,70~1,73 m untuk kohesi cu sebesar 17,5 kN/m2 dengan fondasi cerucuk berjarak s sebesar 10D. Variasi susunan cerucuk berjarak s of 3,3D memberikan nilai signifikan kapasitas dukung batas dan konstruksi embankment lebih tinggi, hal ini adalah tidak memberikan nilai signifikan oleh indeks plastisitas tanah. Kata kunci: tinggi embankment, tanah lunak, geotextile, fondasi cerucuk  Abstract Kalimantan island has lowlands of soft soil in down depth 25 m. The soft soil has low bearing capacity and large deformation to support loads. Infrastructure such as embankment for road construction on the soft soil, it is usually planned by a height target. However, the embankment for road construction is often collapsed due to weak stiffness of soil subgrade. Therefore, the local government has been used geotextile and installed timber pile for reinforcing the soft soil.  There are several technique guidelines published how to build embankment on soft soil, but that guidelines are only shown the prosedure for working the construction. The soft soil installed timber pile perior to lay geotextile and construct an embankment. Where the top of cerucuk foundation such as timber or bamboo is tied by conventional system. The embankment construction have to satisfy for stability and settlement criteria. In this research, the stability requirement such as factor of safety of embankment is conducted by bearing capacity of soft soil with reinforcement to evaluated a critical height of its embankment, which is provided by several empirical formula based on rule of geotechnics. The simulation results were obtained critical height of embankmentt Hcr of 1,06 m for soil cohesion cu of 11,5 kN/m2 and Hcr of1,70 ~ 1,73 m for cohesion cu of 17,5 kN/m2 with cerucuk foundation on spacing s of 10D. Variation of rearrange of cerucuk spacing s of 3,3D are given significant values of ultimate bearing capacities, and more heighly of embankment construction, it is not given a significant value by plasticity index of soil. Keywords: Embankment height, soft soil, geotextile, cerucuk foundation
KARAKTERISTIK BETON BERONGGA RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MATERIAL LOKAL KOTA TERNATE Muhammad Ridho; Arbain Tata; Suyuti Nurdin
Journal of Science and Engineering Vol 4, No 2 (2021): Journal Of Science And Engineering (JOSAE)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/josae.v4i2.4041

Abstract

AbstrakPembangunan jalan secara umum menggunakan perkerasan lentur atau kaku yang kedap air. Untuk mencegah masalah kerusakan jalan yang disebabkan oleh genangan air, saat ini banyak cara baru untuk mengendalikan aliran air pada permukaan perkerasan. Salah satu altrnatif dalam pengendalian air pada permukaan perkerasan adalah dengan menggunakan beton berongga. Dalam hal ini penggunaan beton berongga adalah sebagai bahu jalan yang berfungsi sebagai drainase sehingga dapat meneruskan aliran air ke dalam tanah, diharapkan beton berongga ini dapat mencegah berkurangnya kekuatan perkerasan utama yang disebabkan oleh genangan air, serta dapat meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan yang ramah lingkungan.Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh bentuk agregat dalam campuran beton berongga terhadap nilai porositas, permeabilitas dan kuat tekan yang akan di aplikasikan pada taman dan jalur pejalan kaki. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Agregat yang digunakan terdiri dari batu pecah dan batu tidak pecah variasi 0,5-1 cm, 1-2 cm, dan 2-3 cm dengan  faktor air semen (FAS) 0,40. Pengujian dilakukan pada umur perawatan basah 28 hari. Berdasarkan penelitian yang tlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari variasi agregat yang digunakan campuran optimal diperoleh pada campuran dengan variasi 0,5-1 cm dan 1-2 cm yang menghasilkan nilai kemampuan merembeskan air yang tinggi. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 0,5-1 cm didapatkan nilai porositas 39,24%, permeabilitas sebesar 0,179 (cm2/detik) dan kuat tekan 3,450 MPa. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 1-2 cm didapatkan nilai untuk porositas yaitu 37,97%, dengan permeabilitas 0,162 (cm2/detik) dan kuat tekan sebesar 6,074 MPa. Beton berongga dengan variasi agregat kasar 1-3 cm didapatkan nilai porositas 33,80%, permeabilitas 0,148 (cm2/detik) dan kuat tekan 4,401 MPa.   Kata kunci: beton berongga, permeabilitas, porositas, kuat tekan, faktor air semen. 
Pendampingan Pradesain Tanggul Pantai pada Kawasan Permukiman Sidangoli Gam Zulkarnain K. Misbah; Suyuti Suyuti
Jurnal Pengabdian Khairun Vol 1, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/jpk.v1i2.5596

Abstract

ABSTRAKProvinsi Maluku Utara memiliki Jumlah desa pesisir sebanyak 856 Desa (79 % Dari Jumlah 1.079 Desa), dinama banyak permukiman desa-desa yang berhadapan langsung dengan lautan pasifik di pulau Halmahera. Desa Sindangoli Gam adalah berada di kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Dimana desa ini sebelumnya berada di pesisir pantai yang banyak tanaman pohon bakau. Namun saat ini sudah habis karena abrasi pantai yang sangat dahsat. Nelayan memiliki tradisi membangun rumah-rumah di wilayah pesisir dengan konstruksi sederhana dan arsitektur tradisional.Metode survey untuk menyusun pradesain tanggul pantai dengan metode survey lapangan dan pengukuran/pengamatan di sekitar pantai. Survey mata pencarian, kondisi abrasi sekitar rumah warga, eksisting bangunan dan survey pengamatan pasang surut gelombang, geometri abrasi pantai serta batimetri.Hasil pradesain perletakan konstruksi penahan abrasi pantai yang menggunakan beton inovasi tetrapod untuk sepanjang kurang lebih 800 m, tinggi 2m, lebar atas 3 m, dan lebar bawah 7,50m dengan jumlah tetrapod sebanyak 7,520 buah.Kata Kunci: Sidangoli gam, Tanggul, Abrasi, Cerucuk, Batu kosong
Pendampingan Perbaikan Kawasan Permukiman Akibat Kerentanan Kerusakan DesaToseho Kota Tidore Kepulauan Suyuti Suyuti; Zulkarnain K Misbah
Jurnal Pengabdian Khairun Vol 1, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/jpk.v1i2.5609

Abstract

Maluku Utara selaku provinsi dengan memiliki jumlah desa pesisir sebanyak 856 Desa, banyak desa-rumah berlokasi berhadapan langsung dengan lautan pasifik di Pulau Halmahera sehingga rawan terhadap bahaya abrasi. Desa Toseho adalah berada di kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan. Desa ini terdapat permukiman tradisional sejak tahun 1980 dengan menggunakan konstruksi sederhana dengan material lokal, dimana warga ini sebagai nelayan dan petani. Namun terjadi abrasi serius di Toseho pantai. Metode survey adalah dikerjakan survey lapangan seperti pengamatan kondisi rumah, kondisi alam, prasarana infrastruktur. Pengukuran lapangan seperti pasang surut gelombang, dimensi abrasi pantai, material tanah dan material lainnya. Selanjutnya, perhitungan kerentanan pantai dengan menggunakan data pengukuran lapangan. Hasil studi perbaikan kawasan abrasi Toseho dengan kerentanan pantai tinggi 69,3 yang tergantung pada garis pantai, lebar dan panjang garis pantai terabrasi, penggunaan lahan, litologi tanah, kemiringan pantai.Kata Kunci: Pendampingan, Perbaikan kawasan, Abrasi, Geobag geotextile