Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG KOMPOSIT BETON NORMAL-BETON NON PASIR TAMPANG T Yovie Chandra
TERAS JURNAL Vol 1, No 1 (2011): Teras Jurnal, Vol.1, No.1, Maret 2011
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.337 KB) | DOI: 10.29103/tj.v1i1.60

Abstract

Inovasi dan teknologi konstruksi beton sekarang ini sedang mengembangkan penggunaan beton non-pasir sebagai bahan bangunan di mana pembuatannya mudah, cepat dan dapat diaplikasikan pada struktur rumah sederhana. Untuk itu perlu penelitian perilaku dan karakteristik balok komposit antara beton normal dan beton non-pasir dalam memikul beban yang bekerja pada suatu struktur dengan blok tekan beton diusahakan di daerah sayap. Spesimen berupa 3 benda uji yang terdiri dari 1 buah balok T beton normal, 1 buah balok komposit T, dan 1 buah balok T beton non-pasir dan diuji dengan gaya vertikal yang sama besar pada sepertiga bentang. Beton normal dirancang f’c=20 MPa dan beton non pasir dirancang dengan perbandingan volume semen kerikil 1:2. Data pengujian yang diambil berupa nilai beban, regangan dan lendutan dianalisis sehingga diperoleh kapasitas momen, kekakuan, daktilitas. Melalui pola retak akibat beban statis diperoleh jenis keruntuhannya. Selain itu juga dilakukan penelitian pendukung yaitu pengujian kuat lekat antara baja tulangan dan pengujian gaya geser friksi pada balok T komposit. Hasil pengujian lentur pada balok T BK-1 dan BNP- 1 dibandingkan terhadap beton BN-1 diperoleh penurunan kapasitas sebesar 1,35 % dan 8,53 %. Analisis daktilitas balok BK-1 dan BNP-1 bila dibandingkan terhadap balok BN-1 diperoleh penurunan daktilitas sebesar 4,98 % dan 12,68 %. Penurunan nilai kekakuan lentur balok BK–1 dan BNP– 1 mencapai 1,46 % dan 6,49 % terhadap balok BN-1. Pola retak balok BN-1, BNP-1 dan BK-1 adalah keruntuhan lentur dimana terjadi retak dimulai dari tengah bentang sampai sepertiga panjang balok dan semakin melebar menuju sumbu netral penampang. Hasil pengujian kuat lekat beton non-pasir dengan tulangan diameter 12 mm diperoleh sebesar 8,1848 MPa. Hasil pengujian geser friksi menunjukkan kuat geser sebesar 2,111MPa .Kata kunci : Komposit, Kapasitas Momen, Daktilitas, Kekakuan
STUDI KOMPARASI BASE SHEAR PADA GEDUNG MENGGUNAKAN BASE ISOLATOR DAN NON BASE ISOLATOR ahmad ridho siagian; Wesli Wesli; Yovi Chandra; Said Jalalul Akbar
TERAS JURNAL Vol 7, No 2 (2017): Vol. 7 Nomor 2, September 2017
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.057 KB) | DOI: 10.29103/tj.v7i2.134

Abstract

Perencanaan struktur gedung di Indonesia masih minim dalam penggunaan base isolator pada wilayah gempa kuat seperti Aceh. Penelitian ini mengkombinasikan antara base isolator dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) sebagai sistem penahan gaya gempa di wilayah gempa kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perbandingan respon gempa struktur fixed base SRPMK dan struktur SRPMK base isolator pada bangunan tingkat 10. Kedua struktur di analisis dengan spectrum respon dan data gempa yang digunakan adalah data gempa kota Banda Aceh dengan bantuan program Extended Three Dimensional Analysis of Buliding Systems (ETABS) 2016. Respon struktur yang ditinjau adalah gaya geser dasar (base shear), waktu getar alami, perpindahan (displacement), simpangan antar lantai (interstory drift) dan kapasitas penampang kolom tepi dan tengah pada struktur base isolator SRPMK. Dari hasil penelitian diperoleh gaya geser dasar struktur fixed base sebesar 9677,44 kN arah x dan 9649,26 kN arah y sedangkan struktur base isolator 5871,16 kN arah x dan 5854,27 kN arah y, kemudian hasil waktu getar alami struktur fixed base sebesar 1,178 detik dan struktur base isolator 2,277 detik, dan hasil simpangan antar lantai paling besar terletak di lantai 2 struktur base isolator yaitu 18,948% mereduksi simpangan antar lantai fixed base dan struktur memenuhi peraturan SNI 03-1726-2012 untuk penggunaan isolasi yaitu 46,51 mm. Kapasitas penampang kolom struktur fixed base pada lokasi pinggir yaitu 0,292 dan 0,427 pada lokasi tengah sedangkan nilai kapasitas penampang kolom struktur base isolator pada lokasi pinggir yaitu 0284 dan 0,374  pada lokasi tengah. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa penggunaan base isolator dapat mereduksi gaya geser arah x mencapai 40% dan arah y mencapai 39%, kemudian dapat memperpanjang waktu getar alami struktur bangunan dua kali. Hal ini menyebabkan gaya gempa yang bekerja semakin kecil dan dimensi kolom dapat diperkecil. Kata Kunci  : SRPMK Base isolator, Analisis respon spektrum, ETABS 2016
Studi Penempatan Dinding Geser Terhadap Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung Fadlan Effendi; Wesli Wesli; Yovi Chandra; Said Jalalul Akbar
TERAS JURNAL Vol 7, No 2 (2017): Vol. 7 Nomor 2, September 2017
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.87 KB) | DOI: 10.29103/tj.v7i2.133

Abstract

Dinding geser adalah slab beton bertulang yang dipasang pada posisi vertikal pada sisi gedung tertentu yang berfungsi menambah kekakuan struktur dan menyerap gaya geser yang besar seiring dengan semakin tingginya struktur. Ketika dinding geser ditempatkan pada lokasi tertentu yang cocok dan strategis, dinding tersebut dapat digunakan secara ekonomis untuk menyediakan tahanan beban horisontal yang diperlukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi tata letak dinding geser terhadap waktu getar alami fundamental struktur gedung serta gaya geser dasar dan simpangan antar lantai yang terjadi dan gaya-gaya dalam pada bangunan akibat adanya beban gempa. Semua variasi dinding geser di analisis dengan bantuan program Extended Three-dimensional Analysis Building System (ETABS). Hasil penelitian ini waktu getar alami fundamanetal yang paling kecil terdapat pada model 5 dengan nilai sebesar 0,957 detik sedangkan yang paling besar terdapat pada model 3 sebesar 1,264 detik. Untuk nilai drift yang paling besar terdapat pada model 6 sebesar 30,322 mm sedangkan nilai yang paling kecil terdapat pada model 3 sebesar 12,128 mm. Untuk nilai geser dasar hanya model 6 yang memenuhi syarat SNI 03-1726-2012 sedangkan yang lain tidak memenuhi sehingga harus dilakukan pembesaran gaya geser. Pemodelan simetris pada model 4, model 5, model 6 memiliki nilai gaya dalam yang kecil. Sehingga dari semua pemodelan dinding geser pada pemodelan simetris yang memenuhi semua syarat SNI 03-1726-2012 dan memiliki gaya-gaya dalam yang kecil. Kata kunci: Dinding geser, waktu getar alami fundamental struktur
Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Campuran Tanah Diatomae Emi Maulani; Yovi Chandra; Jafrizal Jafrizal
Sisfo: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol 6, No 1 (2022): Sisfo: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Vol. 6, No. 1, Mei 2022
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/sisfo.v6i1.7973

Abstract

Peningkatan produksi sangat diperlukan sebagai bahan pembentuk batu bata alternatif. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya mengganti sebagian material dasar bata campuran tanah diatomei. permsalahan yang dilihat asalah pengujian abu sekam dalam melihat tekanan batu bata utnuk menghasilkan kualits dari bata tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengaruh abu sekam terhadap kuat tekan batu bata campuran tanah diatomae. Metode berdasarkan standar SNI untuk pengujian penyerapan air, kerapatan semu, kuat tekan, dan ASTM C373-88 untuk pengujian berat jenis bata. pengujian dilakukan dengan ukuran bata (10x10x10). Tanah diatomae merupakan substitusi 50% tanah lempung, sedangkan tanah diatomae disubstitusikan dengan abu sekam padi sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% terhadap volume tanah diatomae. Hasil pengujian kuat tekan batu bata  rata-rata menurun dari batu bata 0% abu sekam dengan kuat tekan 5,6 MPa menjadi 5,28 MPa di abu sekam 5 % dan semakin menurun seiring bertambahnya abu sekam padi. sedangkan nilai penyerapan air semakin meningkat sebesar 36 %. selanjtunya Hasil penelitian untuk masing-masing pengujian abu sekam 5% terhadap tanah diatomae menghasilkan sifat mekanis yang paling baik diantara persentase campuran lainnya. Semakin banyak campuran batu bata mengakibatkan terjadinya penurunan kuat tekan dan nilai penyerapan air yang semakin tinggi.
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN BATU BATA KLINGKER SEBAGAI MATERIAL PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON TANPA PASIR Yovi Chandra
TECHSI - Jurnal Teknik Informatika Vol 12, No 3 (2020)
Publisher : Teknik Informatika Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/techsi.v12i3.9192

Abstract

Pada penelitian ini dimaksudkan untuk memanfaatkan limbah batu bata yang mengalami overheatdalam proses pembakaran sebagai alternatif pengganti agregat kasar pada beton tanpa pasir. Batubata klingker mempunyai bobot yang sederhana dalam pembuatannya dan mampu menyerap airsehingga mempunyai potensi sebagai agrergat beton ringan. Beton tanpa pasir adalah beton ringanyang didapat dengan menghilangkan agregat halus campuran beton normal. Penelitian dilakukandi Laboratorium Universitas Malikussaleh. Batu bata klingker berasal dari kawasan GampongReuleut Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Batu bata klingker yang diperoleh daridapur batu bata tradisional, dipecahkan terlebih dahulu menggunakan martil. Batu bata klingkerdiayak dengan menggunakan saringan 19 tertahan 4,75 mm. Benda uji dipersiapkan sebanyak 36buah berbentuk silender 15cm x 30cm. Fas yang digunakan 0,45 dengan perbandingan volume 1: 3untuk 4 variasi benda uji pada umur beton yang berbeda yaitu 0%, 25%, 50% dan 100%. Dari hasilpengujian kuat tekan beton tanpa pasir pada variasi 0% umur 7 hari didapat : 17,94 Mpa, umur 14hari : 16,78 Mpa, dan umur 28 hari: 15,01 Mpa. Pada variasi 25% umur 7 hari : 19,22 Mpa, umur14 hari : 14,85 Mpa, dan umur 28 hari : 16,59 Mpa. Pada variasi 50% umur 7 hari didapat : 13,99Mpa, umur 14 hari : 11,71 Mpa, dan umur 28 hari : 10,27 Mpa. Dan pada variasi 100% umur 7hari didapat : 14,99 Mpa, umur 14 hari : 15,91 Mpa dan umur 28 hari : 11,81 Mpa, tetapiumumnya kuat tekan yang dapat dicapai 10,27 – 19,22 MPa, maka beton tanpa pasir dari agregatbatu bata klingker dapat dimanfaatkan untuk beton non struktural seperti area parkir, trotoarpejalan kaki, rabat beton dan halaman terbuka.
Kajian Kuat Tekan Beton Beragregat Halus Pasir Pantai Pasca Bakar Dengan Variasi Waktu Water Curing Syarifah Asria Nanda; maulani emi; Yovi Chandra
TERAS JURNAL Vol 12, No 2 (2022): Volume 12 Nomor 2, September 2022
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v12i2.671

Abstract

Abstrak Material beton salah satu bahan penyusunnya adalah pasir (agregat halus). Pasir pantai sebagai bahan penyusun beton menjadi pilihan oleh masyarakat pesisir. Kebakaran meninggalkan kekhawatiran akan struktur beton yang mengakibatkan penurunan terhadap kekuatan beton. Untuk menggembalikan kekuatan beton pasca bakar perlu dilakukan proses pemulihan. Penelitian menggunakan pasir pantai sebagai pengganti agregat halus pada beton yaitu mengetahui besar kuat tekan untuk beton beragregat pasir pantai pasca bakar dan metode waktu water curing. Penelitian dilakukan di Laboratorium dengan metode eksperimental. Benda uji dibuat 15 sampel berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian kuat tekan beton dengan waktu 28 hari tanpa pembakaran, pasca bakar 350°C, dan pasca bakar 350°C dengan water curing pada umur 7, 14 dan 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan untuk beton beragregat halus pasir pantai sebesar 17,90 Mpa dan pasca bakar 350°C sebesar 10.41 Mpa. Perlakuan beton pasca bakar 350°C beragregat halus pasir pantai dengan water curring umur 7,14 dan 28 hari berturut-turut adalah 12,20 Mpa, 13,69 Mpa, dan 14,89 Mpa. Pemulihan beton pasca bakar 350°C dengan water curing 28 hari menunjukkan kenaikan kuat tekan beton yang maksimal bahwa pengaruh perawatan (curing) pada beton pasca pembakaran sangat mempengaruhi pengembalian kuat tekan beton beragregat halus pasir pantai. Kata kunci: kuat tekan beton, pasca bakar, waktu water curing, pasir pantai.   Abstract One of the materials for making concrete is sand (fine aggregate). Beach sand as a material for making concrete is the choice of coastal communities. The fire left a concern for the concrete structure which resulted in a decrease in the strength of the concrete. To restore the strength of post-combustion concrete, it is necessary to carry out a recovery process. Research using beach sand as a substitute for fine aggregate in concrete is to determine the compressive strength for post-burnt aggregated beach sand and the method of water curing time. The research was conducted in a laboratory with an experimental method. The test specimens were made of 15 cylindrical samples with a diameter of 15 cm and a height of 30 cm. Testing the compressive strength of concrete with a time of 28 days without burning, post-burning 350°C, and post-burning 350°C with water curing at the age of 7, 14 and 28 days. The results of the compressive strength test for fine aggregated beach sand are 17.90 Mpa and post-burnt 350°C is 10.41 Mpa. The treatment of post-burned concrete at 350°C with fine aggregated beach sand with water curring at the age of 7.14 and 28 days, respectively, was 12.20 Mpa, 13.69 Mpa, and 14.89 Mpa. Recovery of post-burned concrete at 350°C with water curing 28 days showed an increase in the maximum compressive strength of concrete that the effect of curing on post-combustion concrete greatly affects the return of the compressive strength of fine-aggregated concrete on beach sand. Keywords: compressive strength of concrete, post burn, water curing time, beach sand.
Uniaxial Stress-Strain Behavior for Material Pavement Stabilization by Using Zeolite Hamzani Hamzani; Munirwansyah Munirwansyah; Muttaqin Hasan; Sugiarto Sugiarto; Burhanuddin Burhanuddin; Yovi Chandra
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Master Program of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v3i1.435

Abstract

The characteristics of semi-flexible pavement (SFP) are strongly influenced by the proportion of cement mortar content filling the voids in the mixture. SFP behavior due to repeated traffic loads causes the pavement structure to experience stress and strain around the wheel axis, resulting in a rapid decline in performance with cracks and permanent defects. Evaluation of the properties of the mixture on the stress-strain parameters of the influence of additives and substitution of many SFP mixture-forming materials has been carried out. The purpose of this study was to determine the stress-strain models of SFP with the effect of waste tire rubber (WTR) additives in asphalt and Aceh natural zeolite substitution in cement mortar under uniaxial compressive load. The porous asphalt mixture is designed in accordance with the optimum asphalt content and open graded aggregate based on the specifications of Bina Marga Regulation 2010 and Australian Asphalt Pavement (AAPA) 2004. The composition of zeolite in SFP mixture can affect the stress behavior, where zeolite can inprove quality of the mortar cement so that it can slow down the development of the SFP mixture flatness and the maximum stress obtained is 17 MPa at 5% zeolite composition. The bilinear model of stress-strains was proposed the results show a good agreement with experimental results.
Experimental Study on Utilizing Polyethylene Terephthalate Waste as a Substitute for Coarse Aggregate in the Production of Lightweight Concrete Yulius Rief Alkhaly; Yovi Chandra; Lis Ayu Widari
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Department of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v3i2.436

Abstract

Concrete is a building material that consists of a mixture of aggregate and paste. Normal concrete has a unit weight of 2200 kg/m3 to 2500 kg/m3. In addition to normal concrete, lightweight concrete is also known which has a unit weight of less than 1900 kg/m3. The research was conducted to produce lightweight concrete by using aggregate from polyethylene terephthalate (PET) plastic waste as a substitute for coarse aggregate. This study used 40 cylindrical samples of 150 mm x 300 mm with variations in the use of PET aggregates of 25%, 50%, and 100% of the volume of coarse aggregate. The results show that the use of PET aggregates produces concrete with a decrease in compressive strength of 26%–39% and a decrease in water absorption of 2%–32% from normal concrete. Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) testing showed that the concrete with PET aggregates had a lower wave propagation velocity compared to normal concrete. Moreover, Schmidt hammer and splitting tensile test showed that concrete with PET aggregates had lower rebound number and split tensile strength compared to normal concrete. PET substitution percentages of 25% and 50% resulted in unit weights of 2218 kg/m3 and 2102 kg/m3, respectively, which rule out the use of lightweight concrete. However, 100% PET substitution has a unit weight of 1855 kg/m3 with a compressive strength of 14.16 MPa, which can be categorized as moderate structural lightweight aggregate concrete.
Kuat Tekan Beton Ringan Non-Pasir Pada Pemanfaatan Batu Karang Simeulue Sebagai Alternatif Agregat Kasar Wesli Wesli; Adlianis Fuadi; Yovi Chandra
TERAS JURNAL : Jurnal Teknik Sipil Vol 13, No 2 (2023): Volume 13 Nomor 2, September 2023
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v13i2.979

Abstract

Abstrak Batu karang mati banyak ditemukan di pulau Simeulue dan tersebar hamper disetiap pesisir pantainya. Dalam hal Pembangunan daerah, penggunaan bahan penyusun beton seperti agregat kasar sering kali didatangkan dari luar pulau sehingga harganya menjadi mahal. Dalam penelitian ini ingin memanfaatkan batu karang mati sebagai agregat kasar pada campuran beton ringan non-pasir dan beton normal. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui besarnya variasi batu karang yang dapat dimanfaatkan untuk agregat kasar pada beton ringan non-pasir dan beton normal. Perencanaan campuran beton dibuat berdasarkan SNI 7656:2012. Faktor air semen untuk semua variasi adalah 0,40. Pengujian kuat tekan dan porositas daerahdilakukan pada umur beton 28 hari. Berdasarkan hasil analisis data pada peneltian ini dinyatakan bahwa Agregat batu karang Simeulue ini tidak bisa dimanfaatkan dalam campuran beton ringan non-pasir, akan tetapi dapat dimanfaatkan dalam campuran beton normal yang memenuhi kriteria untuk beton struktural minimal kuat tekan 17 MPa. Kata kunci: Batu karang, Beton non-pasir, Beton ringan, Beton ringan non-pasir, Kuat tekan beton  Abstract Dead corals are found on Simeulue Island and are scattered on almost every coast. In terms of regional development, the use of concrete constituent materials such as coarse aggregate is often imported from outside the island so the price is expensive. In this study, we wanted to use dead coral rock as a coarse aggregate in a mixture of non-sand and normal lightweight concrete. The purpose of this study was to determine the variety of rocks that can be used for coarse aggregate in non-sand lightweight concrete and normal concrete. Concrete mix planning is based on SNI 7656:2012. Water cement factor for all variations is 0.40. The compressive strength and regional porosity tests were carried out at the age of 28 days of concrete. Based on the results of data analysis in this study it was stated that the Simeulue rock aggregate cannot be used in non-sand lightweight concrete mixtures, but can be used in normal concrete mixtures that meet the criteria for structural concrete with a minimum compressive strength of 17 MPa. Keywords: Rock, No fines concrete, Lightweight concrete, Non-sand lightweight concrete, Compressive strength
ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA BUNDARAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PTV VISSIM 9.0 DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi kasus Bundaran Cunda Jalan Merdeka Timur, Jalan Medan-Banda Aceh) Lis Ayu Widari; T.M.Riski Olanda; Yovi Chandra; Maryana Maryana; Zuraida Zuraida
Jurnal Teknologi Terapan and Sains 4.0 Vol 4, No 3 (2023): Jurnal Teknologi Terapan & Sains
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tts.v4i3.14610

Abstract

Congestion and delays often occur in several sections and intersections of Lhokseumawe City roads. Currently the City of Lhokseumawe has implemented a regional traffic control system at several intersections, but at the Cunda roundabout, Jalan Merdeka Timur (direction out of town), Jalan Medan - Banda Aceh (National Cross Road), which does not yet have traffic control or signs. other warnings causing traffic jams. This research was conducted at the Cunda Roundabout in Lhokseumawe City with the aim of seeing the condition and performance of the roundabout. The data needed in this study include vehicle volume characteristics, road geometry and other secondary data. The method used for this research is the 1997 Indonesian Road Capacity Manual and a 3-dimensional simulation based on Vissim. The results of the analysis show that the peak hour on Monday at 17.00-18.00 WIB is 7616 vehicles/hour with a degree of saturation of 1.104, based on MKJI the DS value for roundabouts < 0.75, the roundabout performance is no longer able to accommodate traffic loads and long queues. , especially from Jalan Merdeka Timur and Jalan Medan – Banda Aceh. After re-planning the roundabout from unsignaled to signaled by adding traffic light settings, so that a better degree of saturation is obtained, which is 0.78. The obtained value of the degree of saturation indicates that the intersection is not close to saturation, and the performance is starting to stabilize with a value of DS is still smaller than 0.85 (the 1997 MKJI requirement for signalized intersections), so the roundabout performance becomes more effective.