Fathorrahman Fathorrahman
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

TIPOLOGI POLITIK PENCITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE Fathorrahman Fathorrahman
Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.475 KB) | DOI: 10.30651/lf.v1i2.558

Abstract

Penelitian terhadap novel yang berjudul Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan (1) tipologi politik pencitraan fatamorgana, (2) tipologi politik pencitraan kamuflase, (3) tipologi politik pencitraan hantu, dan (4) tipologi politik pencitraan nomad. Data penelitian ini adalah novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye dan sejumlah buku acuan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan teori simulasi pencitraan Jean Baudrillard. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan teknik analisis kualitatif. Tahapan yang dilakukan dengan teknik ini melalui reduksi data, penyajian data, interpretasi data, dan kesimpulan data. Hasil analisis data menunjukkan bahwa (1) cerminan politik pencitraan fatamorgana ditemukan dalam bentuk konsep yang berasal dari pikiran tokoh cerita dan pengarang sendiri,  (2) politik pencitraan kamuflase ditemukan pada sosok tokoh cerita, Thomas, Rudi, Tuan Shinpei, Jenderal Bintang Tiga, dan Petinggi Partai yang berperilaku bukan yang sesungguhnya, (3) politik pencitraan hantu ditemukan melalui peristiwa dalam rangkaian cerita yang memiliki dampak perasaan takut, sedih, dan trauma, dan (4) politik pencitraan nomad ditemukan pada para tokoh cerita yang selalu berubah-rubah pendirian, berganti-ganti identitas diri, untuk penyesuaian diri terhadap suatu keadaan dan kepentingan yang diinginkan. Dengan demikian, tipologi politik pencitraan dalam karya sastra merupakan pencitraan yang tidak hanya bertumpu pada realitas tetapi melampaui realitas atau hiperrealitas sehingga sulit dicarikan referen dalam dunia nyata.