Bharoto Bharoto
Center for Technology of Nuclear Industry Materials, National Nuclear Energy Agency, Puspiptek Area, Serpong, Tangerang 15314, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP SEMARANG burhan, endi; bharoto, bharoto; malik, abdul
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1760.497 KB)

Abstract

Universitas Diponegoro sebagai salah satu institusi pendidikan Tinggi terkemuka di Indonesia memiliki peranan dan fungsi yang cukup penting dalam perkembangan dan peningkatan mutu pendidikan di Semarang khususnya dan Jawa Tengah Pada umumnya. Selain itu, keberadaan Universitas Diponegoro dapat dijadikan tolak ukur perkembangan dan mutu Pendidikan TInggi di Semarang. Untuk itu, agar dapat mengembangkan kemampuan mahasiswanya baik dalam bidang akademik (sesuai dengan jurusan dan kompetensi yang dipilih) maupun di bidang lain, dalam hal ini kemampuan pengembangan diri diluar kegiatan belajar mengajar, Universitas Diponnegoro menyelenggarakan dan mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti berbagai kegiatan Pengembangan diri, mulai dari kegiatan Organisasi, maupun kegiatan lain yang diwadahi oleh UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dari unit terkecil di tiap jurusan hingga tingkat Universitas. Dalam perkembangannya, kegiatan – kegiatan yang diwadahi UKM di tiap Universitas dipertemukan dalam sebuah pertemuan maupun kompetisi, untuk mengukur seberapa tinggi kemampuan Universitas tersebut dalam mengelola dan mengembangkan kemampuan mahasiswanya melalui kegiatan UKM. Sehingga untuk itu diperlukan fasisilitas yang mampu meningkatkan maupun meraih prestasi yagn diharapkan dari UKM tersebut, yang dapat dianggap sebagai Representasi dari sebuah Universitas. Salah satu UKM yang berprestasi bagi Universitas Diponegoro adalah UKM Bola Basket, prestasi yang pernah diraih diantaranya adalah tim putra mendapatkan juara pertama kompetisi LA Campus League 2011 Regional Jateng dan tim putri yang menjadi runner-up pada kompetisi yang sama di tahun 2012. Namun, prestasi yang cukup baik ini tidak dibarengi dengan pemenuhan fasilitas untuk pengembangan prestasi secara signifikan, untuk itulah diperlukan adanya sebuah fasilitas yang diharapkan mampu mempertahankan dan memenuhi kebutuhan kegiatan UKM Bola Basket Universitas Diponegoro.
TERMINAL ANTARMODA MONOREL – BUSWAY DI JAKARATA johansyah, johansyah; malik, abdul; bharoto, bharoto
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.091 KB)

Abstract

Jakarta merupakan pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk Indonesia ingin bekerja serta tinggal di kota jakarta. Jakarta memiliki penduduk lebih dari 9 juta jiwa, namun angka tersebut dapat naik drastis di siang hari pada waktu sibuk, jumlahnya dapat bertambah sekitar 2 juta jiwa ketika para Komuter (penduduk yang tinggal diluar kota jakarta) datang ke Jakarta untuk bekerja dan pulang lagi ke asal mereka pada malam hari, hal ini terjadi hampir setiap hari di kota jakarta. Salah satu permasalahan di kota jakarta yang terjadi karena padatnya penduduk dan semakin hari semakin memburuk adalah masalah kemacetan, hal ini terjadi karena jumlah kendaraan yang ada di kota jakarta semakin hari juga semakin mamadat dan pertumbuhan jalan tidak sesuai dengan penambahan kendaraan tersebut. Dari permasalahan tersebut pemerintah berupaya memberikan solusi dengan membuat dan merencanakan berbagai jenis transportasi massal yang memiliki jalur khusus sehingga dapat mengurangi permasalahan kemacetan di Jakarta. Antara lain yaitu perencanaan moda transportasi bus cepat (BRT) dengan sistem jalur bus khusus atau busway, dan moda transportasi berbasis rel yaitu kereta monorel yang memiliki jalur melayang diatas permukaan jalan. Dari upaya pemerintah diatas maka dibutuhkan sebuah Terminal Antarmoda yang berfungsi untuk mengintegrasikan antara busway dengan monorel sehingga dapat mempermudah pengguna dalam melakukan perpindahan moda transportasi . Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang Terminal Antarmoda serta program-program pemerintah yang mendukungnya, dan juga spesifikasi dari moda transportasi yang akan dipergunakan serta lokasi perencanaan. Sebagai kesimpulan, luaran program ruang yang diperlukan untuk merencanakan sebuah terminal antarmoda, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain.
FASILITAS PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA DI BEKASI DENGAN PENEKANAN DESAIN VERNAKULAR johan, rony; bharoto, bharoto; malik, abdul
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3320.036 KB)

Abstract

Kehidupan merupakan proses dalam menjalani beberapa tahapan peristiwa, diawali peristiwa kelahiran dan diakhiri peristiwa kematian. Setiap peristiwa biasanya membutuhkan proses perayaan yang dikenal dengan istilah ‘upacara’. Upacara menjadi bagian penting dalam perkembangan kehidupan manusia dari suatu keadaan ke keadaan lain. Hal ini menjadi salah satu landasan mengapa manusia berperan sebagai makhluk individu dan sosial. Manusia memerlukan orang lain untuk dapat melalui setiap peristiwa, termasuk dalam peristiwa pernikahan. Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting walaupun tidak menjadi suatu keharusan bagi setiap manusia. Oleh sebab itu, pernikahan dirasa perlu untuk disakralkan serta dikenang oleh setiap pihak yang terlibat melalui suatu upacara, baik upacara modern maupun upacara tradisional. Upacara pernikahan modern biasanya diselenggarakan sebagaimana kegiatan pesta resepsi pada umumnya, sedangkan upacara pernikahan tradisional diselenggarakan sesuai ritual adat yang bersangkutan. Namun tidak berarti setiap pengantin hanya menggunakan satu jenis perayaan saja. Ada kalanya pengantin menyelenggarakan dalam bentuk pesta dan upacara adat namun dalam waktu yang tidak bersamaan. Kelompok etnis merupakan salah satu bentuk perwujudan peran manusia sebagai makhluk sosial. Manusia mengikuti berbagai kegiatan sesuai tradisi adat yang bersangkutan termasuk mengikuti ritual adat. Kegiatan manusia tidak terlepas dari ruang, baik ruang yang sudah ada maupun ruang yang baru diciptakan. Di sinilah peran ritual adat kemudian menjadi salah satu pertimbangan utama yang mempengaruhi penataan ruang.
RENTAL OFFICE DI BSB CITY SEMARANG mukhlisin, muhammad; hartuti, sri; bharoto, bharoto
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1287.245 KB)

Abstract

Sektor investasi dan ekonomi yang terus berkembang terutama di bidang properti mengakibatkan proses urbanisasi masyarakat daerah semakin cepat. Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah mengalami dampak yang paling jelas. Hal ini juga disebabkan oleh tuntutan kehidupan yang semakin modern. PT. Karyadeka Alam Lestari sebagai pengembang BSB City Semarang sejak tahun 1997 terus mengembangkan konsep kota satelitnya untuk merespon fenomena ini. Perbukitan Mijen akan diubah menjadi sebuah kota modern yang menampung seluruh aspek kegiatan msayarakat. Pada 5 hingga 10 tahun kedepan kawasan CBD di kota satelit ini akan mulai dikembangkan. Dimana kawasan CBD ini akan menampung berbagai kegiatan bisnis, industri, niaga dan perdagangan yang terdiri dari fasilitas perkantoran berupa komplek rental office. Di sisi lain kegiatan manusia modern selalu dituntut serba cepat, efisien dan efektif, seringkali berdampak pada kehidupan sosialnya. Sebuah bangunan perkantoran yang akan mewadahi kegiatan industri dan bisnis di BSB City ini tentu tidak akan lepas dati kemungkinan itu. Karena kebiasaan masyarakat modern adalah individualis, realistis, anti sosial, dan bahkan seolah seperti robot. Terutama masyarakat yang bertindak di bidang industri (jasa/barang) kebiasan – kebiasan tersebut sering dijumpai karena ruang – ruang arsitektur yang diwujudkan selalu bersifat formal. Perkantoran dengan ruang – ruang yang bersifat informal melebur dengan ruang luar akan terasa lebih bebas sehingga sosialisasi dan komunikasi antar individu akan lebih mudah terjalin. Kehidupan sebagai makhluk sosial pun akan berjalan dengan normal.
TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG lutfi, Fathoni; malik, abdul; bharoto, bharoto
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.062 KB)

Abstract

Terminal merupakan suatu sarana fasilitas yang sangat dibutuhkan masyarakat berkaitan dengan transportasi darat. fungsi dari terminal masih sangat dibutuhkan untuk membantu moblitas masyarakat, meningkatkan perekonomian dan meningkatkan periwisata daerah setempat. Kabupaten Magelang merupakan daerah yang cukup berkembang dalam segi ekonomi dan pariwisatanya serta memiliki mobilitas manusia yang cukup tinggi. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya suatu terminal angkutan yang memadahi, yang mempertimbangkan keefektifan, kenyamanan, keamanan, serta estetika. Diharapkan usulan desain nanti dapat menjadikan Terminal Kabupaten Magelang ini menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian Kabupaten Magelang, serta menjadi ikon baru bagi Kabupaten Magelang.
MUSEUM BATIK YOGYAKARTA anindita, pinasthi; bharoto, bharoto; hartuti, sri
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1259.451 KB)

Abstract

Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang wajib dilestarikan. Minat masyarakat terhadap batik meningkat setelah UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpieces of The Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 dan setiap tanggal tersebut diperingati hari Batik Nasional, hal inilah yang membuat sebagian masyarakat Indonesia dari berbagai suku semakin gemar memakai batik pada acara formal maupun non formal. Yogyakarta sebagai kota yang mengedepankan seni batik sebagai ikon tradisi yang sangat dikagumi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal sudah memiliki wadah yang menaungi kegiatan preservasi, konservasi dan penelitian yaitu Museum Batik yang terletak di Jl. Dr. Sutomo 13A. Berdasarkan wawancara dengan Eko selaku Humas Museum Batik Yogyakarta pada 25 April 2014, saat ini museum masih belum bisa memaksimalkan penyajian pameran dikarenakan keterbatasan ruang untuk memamerkan batik yang ada. Maka ruang untuk memamerkan koleksi batik dalam museum dilakukan dengan pendekatan media pamer yang akan dipakai dalam setiap koleksi batik berdasarkan tema dan alur cerita.
TERMINAL PENUMPANG BANDARA PUSAKO ANAK NAGARI KAB. PASAMAN BARAT Masri, Ricky; malik, abdul; bharoto, bharoto
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.434 KB)

Abstract

Keberadaan Bandar Udara Pusako Anak Nagari Kabupaten Pasaman Barat, tadinya hanya berupa sarana penunjang transportasi bagi pejabat pemerintah setempat. Namun perkembangan transportasi udara dewasa ini yang terus meningkat membuat pemerintah daerah berupaya untuk mengembangkan bandara tersebut sebagai prasarana transportasi bagi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat sehingga nantinya mampu memberikan andil yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun nasional, terutama dalam memberikan kemudahan mobilitas bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat. Pengembangan bandara ini didasari perkiraan peningkatan jasa pengguna transportasi udara di Pasaman Barat dalam 10 tahun kedepan dimana terdapat lonjakan pengguna trasnportasi udara baik penumpang maupun kargo. Dalam  Master Plan Bandara Pusako Anak Nagari yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 446 Tahun 2012 menunjukan tahap pengembangan bandara yang membutuhkan sebuah bangunan terminal penumpang yang layak daripada bangunan saat ini yang hanya berfungsi sebagai kantor operasional.Terminal Penumpang Bandara Pusako Anak Nagari Kab. Pasaman Barat adalah bangunan masa tunggal dengan pemenuhan kebutuhan penggunaan bandar udara, baik penumpang, pengantar dan penjemput, karyawan maskapai, petugas pemerintah, dan pengelola Bandar udara. Sebagai hal yang paling pertama dilihat oleh pengunjung suatu daerah yang menggunakan transportasi udara, maka Bandar udara harus menjadi hal yang paling pertama kali memunculkan kesan ciri khas dari daerah tersebut. Maka acuan desain Bandar udara yang tepat di Bandara Pusako Anak Nagari adalah desain yang berdasarkan kebudayaan dan sejarah daerah tersebut yaitu kebudayaan Minangkabau yang menjadi suku nenek moyang masyarakat Pasaman Barat, sehingga bisa memunculkan citra dari daerah tersebut yang sulit untuk dilupakan.          Keberadaan Bandar Udara Pusako Anak Nagari Kabupaten Pasaman Barat, tadinya hanya berupa sarana penunjang transportasi bagi pejabat pemerintah setempat. Namun perkembangan transportasi udara dewasa ini yang terus meningkat membuat pemerintah daerah berupaya untuk mengembangkan bandara tersebut sebagai prasarana transportasi bagi masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat sehingga nantinya mampu memberikan andil yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian wilayah baik regional maupun nasional, terutama dalam memberikan kemudahan mobilitas bagi para pelaku ekonomi dan masyarakat. Pengembangan bandara ini didasari perkiraan peningkatan jasa pengguna transportasi udara di Pasaman Barat dalam 10 tahun kedepan dimana terdapat lonjakan pengguna trasnportasi udara baik penumpang maupun kargo. Dalam  Master Plan Bandara Pusako Anak Nagari yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 446 Tahun 2012 menunjukan tahap pengembangan bandara yang membutuhkan sebuah bangunan terminal penumpang yang layak daripada bangunan saat ini yang hanya berfungsi sebagai kantor operasional.Terminal Penumpang Bandara Pusako Anak Nagari Kab. Pasaman Barat adalah bangunan masa tunggal dengan pemenuhan kebutuhan penggunaan bandar udara, baik penumpang, pengantar dan penjemput, karyawan maskapai, petugas pemerintah, dan pengelola Bandar udara. Sebagai hal yang paling pertama dilihat oleh pengunjung suatu daerah yang menggunakan transportasi udara, maka Bandar udara harus menjadi hal yang paling pertama kali memunculkan kesan ciri khas dari daerah tersebut. Maka acuan desain Bandar udara yang tepat di Bandara Pusako Anak Nagari adalah desain yang berdasarkan kebudayaan dan sejarah daerah tersebut yaitu kebudayaan Minangkabau yang menjadi suku nenek moyang masyarakat Pasaman Barat, sehingga bisa memunculkan citra dari daerah tersebut yang sulit untuk dilupakan. 
CITY HOTEL DI KAWASAN STASIUN TUGU KOTA YOGYAKARTA Kurniadi, Gembong; Hartuti W, Sri; Bharoto, Bharoto
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1089.552 KB)

Abstract

Kota Yogyakarta merupakan tolak ukur bagi kemajuan berbagai sektor yang ada pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu sektor yang berkembang pesat dalam provinsi DIY pada umumnya dan Kota Yogyakarta pada khususnya, adalah pada sektor pariwisata. Pertumbuhan sektor pariwisata ini turut berimbas kepada sektor lain, yang juga ikut memperlihatkan kemajuan. Sektor – sektor tersebut antara lain sektor perhubungan dan sektor ekonomi. Untuk menunjang pertumbuhan sektor – sektor tersebut maka perlu adanya peningkatan fasilitas – fasilitas infrastruktur yang memadai pada Kota Yogyakarta. Salah satu infrastruktur yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pertumbuhan pariwisata adalah pembangunan bangunan – bangunan hotel.Diawali dari mempelajari kebutuhan fasilitas penginanpan pada Kota Yogyakarta, dan lokasi yang paling sesuai untuk pembangunan hotel tersebut. Didapatkan area Stasiun Tugu sebagai area yang dapat dikembangkan, dan membutuhkan hotel sebagai fasilitas transit dan menginap para bisnisman dan wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta. Area ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan ekonomi terpadu.Konsep gaya bangunan ditekankan pada konsep kontekstualisme. Yaitu sebuah konsep dimana gaya bangunan akan mengkuti konteks – konteks yang ada pada lingkungan sekitar. Dalam konteks ini perlu dibatasi cakupan wilayah yang akan diambil, sehingga tidak terlalu luas. Wilayah yang diambil adalah pada kawasan Stasiun Tugu dan Kawasan Malioboro yang merupakan ikon Kota Yogyakarta. Konsep ini dipakai agar bangunan tetap menampilkan nuansa daerah setempat, yang merupakan sebuah nilai postif dari Kota Yogyakarta.
RUMAH PRODUKSI VIDEO GAME INDIE DI BANDUNG Irwan Aryadi, Denny; Bharoto, Bharoto; Sardjono, Agung Budi
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1416.316 KB)

Abstract

Selama ini video game dianggap hanya sebuah media untuk bermain semata dan hanya ditujukan kepada kaum muda (anak-anak) saja. Video game dianggap sebagai sarana hiburan yang banyak menghabiskan waktu beraktivitas dan tidak berguna. Tidak semua pendapat tersebut adalah benar. Selain sebagai sarana hiburan, video game juga memiliki fungsi lain seperti sebagai media belajar yang menyenangkan tidak hanya untuk kaum muda (anak-anak) namun juga bagi kaum dewasa. Perpaduan antara pendidikan, seni, dan teknologi menjadi video game, membuat bisnis pengembangan video game banyak diminati karena memiliki potensi bisnis yang cukup besar. Hal ini ditandai dengan berbagai nama pengembang video game dengan rumah produksinya yang sudah dikenal oleh masyarakat dunia seperti Capcom, Konami, Rockstar Game, Naughty Dog, Team Bondi, dan masih banyak lagi. Tidak hanya pengembang besar saja, pasar video game juga banyak diminati oleh developer video game indie lokal yang sudah mulai banyak bermunculan. Beberapa di antaranya mulai bekerja secara profesional dengan adanya rumah produksi video game indie yang mereka bentuk sebagai wadah bekerja bagi para developer video game indie tersebut.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai rumah produksi video game, standar-standar mengenai tata ruang dalam rumah produksi video game, studi banding beberapa rumah produksi video game di Bandung dan rumah produksi video game di dunia, serta teknologi motion capture sebagai teknologi terkini yang digunakan dalam proses pembuatan video game. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Bandung, perkembangan dunia video game terutama indie di kota tersebut, serta beberapa event seputar dunia video game di Bandung.Sebagai produk, dilakukan perancangan desain Rumah Produksi Video Game Indie berupa gambar 2 dimensi dan 3 dimensi.
KRITIK TERHADAP PENYEDIAAN RUANG BAGI WANITA DALAM PERUMAHAN REAL-ESTATE Bharoto, Bharoto
TEKNIK Volume 29, Nomor 2, Tahun 2008
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.543 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v29i2.1932

Abstract

One of gender issues in architecture is domesticity, space in a home. According to feminist perspectivehome spatial design must be consider women’s spatial use for housework activities. Preliminaryresearch shows that mothers of a household tend to use kitchen, living room, and master bedroom intheir everyday activities so there must be connectedness appearance among those spaces. In fact, homedesign in Indonesia pays less attention to it. This research aimed to find out how far real-estatedeveloper accommodates the women’s spatial use for housework activities on their products. Data isobtained from 81 real estate advertisements on newspaper. The data is treated by content analysis tofind the offering items on the advertisement. The result show that 19% real- estate developers use facilityof housing and environment as superiority on their products and only 3.5% of them use householdspatial needs. It can be concluded that home design in Indonesia pay less attention to women’s spatialuse for housework activities