Articles
PERBANDINGAN KOMBINASI BERGANTIAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN CORE STABILITY DENGAN HANYA SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS LANSIA
Arif Pristianto;
Nyoman Adiputra;
Muhammad Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 4, No. 1, 2016
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (87.381 KB)
Memasuki usia lansia muncul permasalahan yang disebabkan penurunankemampuan serta kebugaran fisik. Degenerasi struktural pada sistemneuromuskuloskeletal dan sistem indera menyebabkan menurunnya keseimbangan statisdan dinamis. Keseimbangan statis merupakan komponen penting dalam menjaga posisitubuh agar postur tetap tegak serta sebagai awalan dalam memulai gerakan. Kurangnyaaktivitas fisik pada lansia menyebabkan penurunan keseimbangan statis. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui perbandingan antara kombinasi bergantian senam lansiadan latihan core stability dengan hanya senam lansia terhadap keseimbangan statislansia. Penelitian eksperimental dilakukan dengan pre and post test with control groupdesign selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu. Total sampel sebanyak 26orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol diberi program latihan hanyasenam lansia sedangkan kelompok perlakukan diberi program kombinasi bergantiansenam lansia dan latihan core stability. Pengukuran keseimbangan statis menggunakanfunctional reach test yang diukur sebelum dan sesudah program latihan pada masingmasingsubjek. Hasil penelitian pada kedua kelompok didapatkan data usia subjek 61-72 tahun, jenis kelamin pria dan wanita, berat badan 48-67 kg, dan tinggi badan 151-167 cm. Hasil uji masing-masing pengaruh didapatkan data keseimbangan statiskelompok kontrol p<0,05 dan kelompok perlakuan p<0,05. Berdasarkan ujikomparabilitas data setelah program latihan antara kedua kelompok menggunakanindependent t-test didapatkan nilai p>0,05. Simpulan yang didapatkan adalah programlatihan hanya senam lansia dan kombinasi bergantian senam lansia dengan latihan corestability sama-sama dapat meningkatkan keseimbangan statis lansia. Tidak adaperbedaan signifikan antara program latihan kombinasi bergantian senam lansia danlatihan core stability dengan hanya senam lansia terhadap peningkatan keseimbanganstatis lansia.
Program Fisioterapi pada Kondisi Pasca Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament (ACL) Fase I: A Case Report
I. Indriastuti;
Arif Pristianto
Physio Journal Vol 1, No 2 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (480.728 KB)
Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan prosedur pembedahan dengan mencangkokkan ACL menggunakan jaringan tendon (graft). Tindakan ini dilakukan untuk mengembalikan stabilitas pada lutut dan fiksasi sendi pasca cedera ACL. Kondisi pasca rekonstruksi ACL menyebabkan adanya komplikatif sehingga terjadi nyeri, oedema, penurunanan lingkup gerak sendi, kelemahan otot. Pelaksanaan program fisioterapi pada kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengauh pemberian intervensi fisioterapi berupa cryotherapy, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Range of Motion (ROM) exercise dan strengthening exercise dalam mengurangi oedema, mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot pada sendi lutut pasca rekonstruksi ACL. Metode penelitian ini dilakukan secara langsung kepada 1 responden dengan kondisi pasca rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament (ACL) fase 1 dengan pemberian terapi sebanyak 3 kali sesi terapi. Setelah dilakukan terapi sebanyak tiga sesi didapatkan hasil penurunan nyeri, penurunan oedema, peningkatan lingkup gerak sendi, dan peningkatan kekuatan otot. Kesimpulan yang didapat bahwa program fisioterapi komprehensif pada kasus pasca rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament fase 1 terbukti mampu mengurangi keluhan nyeri, oedema, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot.
Program Latihan Peningkatan Kemampuan Fungsional Pasien Post ORIF Fracture Collum femur hip dextra: a Case Report
Kurnia Kusuma Ramadhan;
Arif Pristianto
Physio Journal Vol 2, No 1 (2022): MARET
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (262.558 KB)
Collum femur merupakan tempat yang sering terjadi fraktur pada usia lanjut akibat jatuh dengan energi rendah karena tingkat estrogen yang rendah. Pada kasus ini pasien mengalami nyeri gerak dan nyeri tekan, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), penurunan kekuatan otot serta penurunan aktifitas fungsional. Penatalaksanaan fisioterapi yang diberikan yaitu active mobilization, active resisted exercise, core stability exercise, dan latihan pola jalan. Setelah dilakukan fisioterapi sebanyak 6 kali, diperoleh hasil penurunan nyeri dan peningkatan LGS pada hip joint. Kemampuan aktifitas dan fungsional dihitung menggunakan indeks barthel pasien memiliki ketergantungan moderat tetapi sudah mengalami peningkatan hingga kemandirian. active mobilization, active resisted exercise, core stability exercise, dan latihan pola jalan dapat mengatasi problematika post ORIF fracture collum femur dekstra.
PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PADA PEMAIN FUTSAL DI MALEO FUTSAL MAGETAN
Romadhoni, Dea Linia;
Herawati, Isnaini;
Pristianto, Arif
Jurnal Kesehatan Vol 11, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/jk.v11i1.7004
VO2max merupakan kemampuan olah daya aerobic terbesar yang dimiliki seseorang. Hal ini ditentukan oleh jumlah zat asam (O2) yang paling banyak dapat dipasok oleh jantung, pernapasan pada setiap menitnya. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi berupa usia, jenis kelamin, ras dan gen, keadaan latihan, tekanan darah dan denyut jantung. VO2max dapat diukur menggunakan bleep test. Program fisioterapis yang diberikan pada pemain futsal dalam meningkatkan VO2max antara lain adalah Circuit Training. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian circuit training terhadap peningkatan VO2max. Metode penelitian ini menggunakan quasi-experiment dengan desain penelitian pre and post test with control group design. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang. Uji statistik menggunakan wilcoxon test dengan hasil didapat ada pengaruh pemberian circuit training terhadap peningkatan VO2max pada pemain futsal dengan nilai p =Â 0,01 ( 0,05). Sedangkan untuk uji beda pengaruh didapatkan nilai p =Â 0,02 ( 0,05). Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian circuit training terhadap peningkatan VO2max.
KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) SELAMA WORK FROM HOME PADA DOSEN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Arif Pristianto;
Kurnia Kusuma Ramadhan;
Agus Widodo
Jurnal Kesehatan Vol 15, No. 1 (2022): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/jk.v15i1.17603
Latar Belakang: Work from Home merupakan bagian konsep dari telecommuting atau bekerja jarak jauh. Dalam hal ini, seseorang akan lebih fleksibel dalam menyelesaikan pekerjaannya, bagi yang kesehariannya bekerja di depan laptop melalui media online, biomekanika yang tidak baik dapat memicu terjadinya musculoskeletal disorders. Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan keluhan seseorang yang dirasakan mulai dari gejala yang terasa ringan hingga berat, sakit yang terjadi pada bagian muskuloskeletal meliputi bagian sendi, syaraf, otot maupun tulang belakang karena pekerjaan yang dilakukan tidak alamiah. Tujuan: mengetahui beban kerja saat Work from Home yang akan memunculkan keluhan muskuloskeletal pada dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional, karena data yang diambil hanya pada satu waktu saja dengan menggunakan kuesioner NASA-TLX. Hasil: hasil uji korelasi product moment bahwa pada penelitian ini variabel x dan variabel y dalam penelitian ini memiliki nilai p 0,05. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa variabel x dan y adalah correlated atau memiliki hubungan. Kesimpulan: adanya hubungan antara beban kerja berlebih pada saat bekerja dari rumah dengan keluhan musculoskeletal disorders.
GRIYA HABILITATIF PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (GRAHA PEGASUS) DI KECAMATAN KARANGANOM KABUPATEN KLATEN
Arif Pristianto;
Farid Rahman;
Rita Setiyaningsih
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 1 No 3 (2018): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (119.249 KB)
|
DOI: 10.36341/jpm.v1i3.519
Setiap anak yang terlahir di dunia ini dapat beresiko mengalami abnormalitas sehingga memerlukan penanganan khusus. Deteksi dini bagi anak berkebutuhan khusus dengan berbagai instrumen pemeriksaan yang ada menjadi cara terbaik agar kondisi anak dapat tertangani sejak awal. Selain itu pemberian terapi sejak awal dapat menunjang aktivitas sehari-hari seperti mengasah motorik kasar dan motorik halus. Di Indonesia sendiri terapi latihan untuk anak berkebutuhan khusus yang dilakukan fisioterapis masih belum banyak diketahui masyarakat apalagi mereka yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah. Beberapa orang tua bahkan hanya membiarkan anaknya tergeletak di rumah karena ketidaktahuannya dan biaya pengobatan. Bahkan beberapa dari mereka ada yang cenderung menutupi informasi tentang kondisi anaknya. Maka dari itu kami memberikan solusi yaitu dengan mendirikan Griya Habilitatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (Graha Pegasus). Program Graha Pegasus ini merupakan wadah untuk menampung anak berkebutuhan khusus dengan kondisi ekonomi keluarga menengah ke bawah di Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten untuk mendapatkan terapi secara gratis dan memberikan edukasi kepada orang tua maupun ke luarga tentang bagaimana menangani anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari terapi itu sendiri adalah pengembangan gerak dan fungsi tubuh anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan tidak bergantung kepada orangtuanya.
Pengaruh Pemberian Deep Neck Flexor Muscle Activation Terhadap Nyeri Leher: Critical Review
Yusria Apriliani;
Arif Pristianto;
Wijianto Wijianto;
Wahyuni Wahyuni
FISIO MU : Physiotheraphy Evidences Vol.2,No.3, Edisi Khusus ACMPTS 2021
Publisher : Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/fisiomu.v2i3.15194
Latar belakang Nyeri leher menyebabkan penurunan kekuatan otot, dan penurunan daya tahan otot sternocleidomastoid dan deep cervical flexor. Hal itu menyebabkan disfungsi mekanis dan nyeri kronis. Aktivasi deep cervical flexion muscle merupakan bentuk latihan penguatan pada otot, mampu memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan nyeri leher. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian deep neck flexor muscle activation pada nyeri leher Metode metode penelitian critical review dan desain studi randomized controlled trial menggunakan mesin pencarian literatur seperti Pubmed Central (PMC) dan Google Scholar, kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi jenis Quartile (Q1-3) menggunakan Scimago Journal and Country Rank (SJR) dan penilaian dengan PEDro scale Hasil Sebanyak 9 artikel yang digunakan sebagai landasan penelitian, pada DCF menunjukan penurunan nyeri dengan VAS. Kesimpulannya penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada latihan deep neck flexor muscle activation terhadap penurunan nyeri leher pada kondisi nyeri leher kronis maupun non spesifik. Pemberian deep neck flexor muscle activation yang terdiri dari craniocervical flexion, dan cervical stabilizating exercise. Latihan ini dilakukan dengan mendorong kepala kearah belakang dengan menjaga posisi kepala tetap lurus dan diberikan berupa tahanan hingga waktu yang sudah ditentukan Kata kunci nyeri leher, muscle activation, DFC
PENYULUHAN PEMBERIAN BABY MASSAGE DALAM MENINGKATKAN KUALITAS TIDUR BAYI USIA 11 - 25 BULAN DI POSYANDU HARAPAN BUNDA
Eka Widya Ningrum;
Arif Pristianto
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 5 No 1 (2021): Oktober
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36341/jpm.v5i1.1952
Tidur merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi bayi, karena kualitas tidur yang baik membantu proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Salah satu cara yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tidur bayi dengan pemberian baby massage. Teknik baby massage adalah memberikan sentuhan lembut pada kulit bayi agar merangsang peredaran darah dan menambah energi gelombang oksigen yang lebih banyak ke otak sehingga memacu sitem sirkulasi dan respirasi yang lebih baik. Rasa rileks dan nyaman akibat sentuhan massage mampu meningkatkan kualitas tidur bayi, meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh serta meningkatkan berat badan bayi. Tujuan program penyuluhan ini untuk mengetahui manfaat baby massage dalam meningkatkan kualitas tidur bayi usia 11 - 25 bulan. Metode kegiatan penyuluhan dengan memberikan edukasi di posyandu harapan bunda dan melakukan kunjungan ke rumah para ibu untuk pemberian baby massage serta membagikan kuisioner. Hasil kegiatan penyuluhan ini didapatkan tingkat pengetahuan pengetahuan para ibu tentang peran fisioterapi dan manfaat baby massage dalam kategori kurang dengan persentase 59% serta kualitas tidur pada balita rata – rata dalam kategori baik dengan persentase 73%. Simpulan dari kegiatan penyuluhan ini bahwa pemberian baby massage mampu meningkatkan kualitas tidur bayi usia 11 - 25 bulan.
Program Exercise Therapy dan Edukasi pada Pasien Post Hip Arthroplasty di Ruang Rawat Inap RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso: A Case Report
Prihantoro Larasati Mustiko;
Arif Pristianto
Physio Journal Vol 1, No 2 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (276.512 KB)
Berjalan merupakan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia. Proses berjalan merupakan kombinasi dari kekuatan otot, gaya berat dan kekuatan momentum khususnya pada tungkai. Salah satu sendi penting yang bergerak serta menopang berat badan saat berjalan adalah sendi hip/panggul. Bagian ini merupakan penghubung antara bagian axial tubuh dengan ekstremitas bawah. Dalam menjalankan fungsinya, sendi hip seringkali mengalami beberapa masalah baik yang bersifat degeneratif maupun non-degeneratif misalnya fracture dan hip osteoarthritis. Pada tahap lanjut tindakan yang dilakukan berupa operasi penggantian sendi hip dengan arthroplasty. Hip arthroplasty merupakan sebuah prosedur bedah penggantian sendi (joint replacement) pada sendi panggul yang mengalami destruksi. Pasien post hip arthroplasty akan mengalami beberapa perubahan dalam melakukan aktifitas fungsional dan rutinitasnya dalam sehari-harinya. Dalam hal terjadi perubahan fungsi sendi dan otot serta ligamen karena kekuatan yang menurun serta adanya rasa nyeri paska operasi. Keterbatasan gerak yang akan terjadi setelah operasi arthroplasty menjadi pekerjaan besar yang harus diselesaikan agar tidak mengakibatkan kecacatan. Kecacatan ini akan mengganggu fungsional dan gaya berjalan pada individu tersebut. Case report ini disusun untuk melihat sejauh mana perbaikan yang terjadi pada pasien dengan kondisi post hip arthroplasty. Tindakan yang diberikan berupa program exercise therapy sejak awal paska operasi dan edukasi untuk mendukung program. Program exercise baik latihan di bed maupun latihan berdiri, berjalan menggunakan alat bantu hingga pada kondisi rawat jalan. Pengukuran yang dilakukan menggunakan VAS dan HHS untuk melihat perkembangan subjek. Hasil dari tindakan cepat ini didapatkan pasien mengalami penurunan keluhan serta perbaikan pada kemampuan fungsional post hip arthroplasty.
Pengaruh Faktor Biopsikososial terhadap Kualitas Hidup pada Individu dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah: a Literature Review
Arif Pristianto;
Muhammad Taufik Ilyas;
Isnaini Herawati;
Taufik Eko Susilo
FISIO MU : Physiotheraphy Evidences Vol.3,No.2 Juli 2022
Publisher : Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/fisiomu.v3i2.17629
Nyeri punggung bawah tidak hanya terjadi karena adanya patofisiologi dari struktur anatomi pada tubuh khususnya punggung (back) tetapi juga bisa dikarenakan oleh sikap, kepercayan, dan perilaku. Keluhan pada individu terkait nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti biologi, psikologi dan sosial dari individu tersebut. Faktor biopsikososial pada individu dengan keluhan nyeri punggung bawah dapat dipengaruhi oleh intervensi yang berkaitan dengan rehabilitasi biopsikososial dimana dapat meningkatkan kualitas hidup individu. Kualitas hidup merujuk suatu keadaan fisik, emosional dan sosial individu serta kemampuan aktivitas pada kehidupanya sehari-hari. Kualitas hidup dapat dinilai secara kondisi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkunganya. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui adanya pengaruh intervensi biopsikososial terhadap kualitas hidup pada individu dengan keluhan nyeri punggung bawah. Metode yang digunakan pada studi ini yaitu literature review dimana jurnal yang akan diteliti menggunakan jenis penelitian randomized controlled trial. Artikel yang digunakan berdasarkan pencarian dari search engine dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Proses appraisal menggunakan PICO yang selanjutnya dilakukan appraisal dengan skala PEDro. Berdasarkan hasil review terdapat empat artikel dengan bias rendah dan dua artikel dengan moderate. Hasil review dari artikel dengan bias rendah menghasilkan simpulan bahwa faktor biopsikosial terbukti mempengaruhi kualitas hidup individu dengan keluhan nyeri punggung bawah.