Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Adaptation Of Sunflowers To Salinity Stress On Coastal Land Silvia Permata sari; Obel Obel; Elara Resigia; Winda Purnama Sari Purnama Sari; Jamsari Jamsari; Ali Rahmad; Seswita Seswita
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA) Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA)
Publisher : LPPM UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36378/juatika.v4i1.1697

Abstract

Sunflower is one of the oil-producing plants that potentially can be developed as a food raw material, industrial, medicine, and cosmetics. Sunflower cultivation needs to be conducted in various lands in Indonesia; one of them is coastal regions. However, on one side, these lands were included on marginal land because the high level of salinity constrains it. This research aims to determine sunflower growth and thrive on salinity stress in the coastal land. This research applies a random group design with five treatments consisting of two accession and three sunflower varieties with three repetitions. The research result shows that the sunflower accession Ha1 growth and thrive on salinity stress in coastal land was quite significant compared to the accession Ha15 and Kanigara, Helina IPB, and BM1 IPB varieties. Generally, sunflower can adapt to stress salinity in coastal land.
IDENTIFIKASI HAMA KUTUDAUN (Hemiptera: Aphididae) PADA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) DI KABUPATEN SOLOK SUMATERA BARAT Silvia Permata Sari; Irfan Suliansyah; Novri Nelly; Hasmiandy Hamid
Jurnal Sains Agro Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sains Agro
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jsa.v5i2.466

Abstract

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat bagi jutaan penduduk di dunia. Kutudaun (Hemiptera: Aphididae) merupakan salah satu hama penting pada tanaman jagung. Namun informasi tentang jenis kutudaun yang menyerang tanaman jagung hibrida di Solok, Sumatera Barat masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis spesies hama kutudaun yang menyerang tanaman jagung di Nagari Bukit Payo, Kecamatan Tanah Garam, Kabupaten Solok. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juni 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Tanaman jagung yang dijadikan sampel dipilih secara acak (sampling). Pengambilan kutudaun tersebut dilakukan sebanyak 2x dengan waktu pengambilan selama musim tanam jagung hibrida. Kutudaun diperoleh dengan cara mengumpulkan koloni kutudaun yang terdapat pada bagian daun, batang dan tongkol dari tanaman jagung. Kemudian kutudaun langsung dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang telah berisi alkohol 96% menggunakan kuas, lalu diberi label lokasi dan tanggal pengambilan sampel. Selanjutnya kutudaun sampel dibawa ke Laboratorium Bioekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas untuk mengetahui jenis dan jumlah individu kutudaun. Kutudaun diidentifikasi berdasarkan karakter morfologinya dengan menggunakan buku panduan Aphids on the World’s Trees, Aphids on the World Crops, Aphids on the World’s Herbaceous Plants and Shrubs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung hibrida di Kecataman Tanah Garam, Kabupaten Solok terserang hama kutudaun (Hemiptera: Aphididae), namun populasi kutudaun tergolong rendah yaitu 262 kutudaun. Kutudaun yang ditemukan pada tanaman jagung di Nagari Bukit Payo, Kec. Tanah Garam, Kab. Solok adalah sebanyak 2 spesies yaitu Rhopalosiphum maidis Fitch dan Myzus persicae. Rendahnya populasi kutudaun yang menyerang tanaman jagung hibrida tersebut disebabkan karena beberapa faktor, seperti varietas jagung, pola tanam, dan praktek budidaya yang dilakukan oleh petani setempat.Kata kunci: Populasi, Aphididae, Jagung, Identifikasi, Kutudaun
Respon Hama Wereng Coklat Nilaparvata lugens Stal. (Hemiptera: Delphacidae) Terhadap Ketahanan Dan Kerentanan Varietas Padi Rein Estefanus Senewe; Silvia Permatasari; Marietje Pesireron
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.51

Abstract

Brown planthopper (BPH) is one of the important pest insects that attack rice plants, which indirectly becomes a vector for the spread of grassy dwarf and empty dwarf diseases caused by viruses, and can consume a lot of food in a short time so that it can cause damage explosions and great losses. The aim of this study was to compare the eating response of brown planthopper to resistant and vulnerable rice varieties through the measurement of secreted honeydews. The study was conducted at the Toxicology Laboratory, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Rice seedlings for honeydew testing were 30 days after sowing. Testing was done by infesting 3 female BPH into a plastic cage with filter paper (Whatman No.40 9 cm in diameter) placed on the bottom, which had been sprayed with a solution of Ninhydrin 0.01 mg/ml in acetone. The treatment consisted of 3 rice varieties (Ciherang, IR-64 dan Pelita) on each ovened and non-ovened filter paper, with three replicates so that a total of 18 treatments were used by infesting each with the 3 female BPH nymphs. Whereas, 3 treatments with non-ovened papers, with 3 replicates, were infested with 3 female BPH imago each. So that the treatments involved a total of 27 feeding tubes. Honeydews released by BPH that ate on the test varieties for 24 hours were collected on filter papers and formed blue/purple spots. The extent of the honeydew spots formed was measured and analyzed. The results showed that the average value of phloem consumption in Ciherang, IR-64, and Pelita rice varieties showed that these three varieties were very susceptible to BPH sucking pests. The more food nutrients sucked by BPH pests from rice plants, the greater the number of honeydew spots and the wider the honeydew spots that were produced. The areas of honeydew spots of Pelita variety was 33.78 m2, IR-64 28.26 mm2, and Ciherang 22.44 mm2, respectively. Pelita rice varieties had a high susceptibility to BPH pests when compared to Ciherang and IR-64 because Pelita does not have resistance genes to BPH pests. Keywords: Ciherang, IR-64, Pelita, planthopper, rice, honeydew ABSTRAK Wereng batang coklat (WBC) merupakan salah satu serangga hama penting yang menyerang tanaman padi, yang secara tidak langsung menjadi vektor bagi penyebaran penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa oleh virus, serta dapat mengkonsumsi makanan yang banyak dalam waktu singkat sehingga dapat menimbulkan ledakan kerusakan dan kerugian yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon makan WBC pada varietas padi tahan dan rentan melalui pengukuran embun madu yang disekresikan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Toksikologi, Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bibit padi untuk pengujian embun madu digunakan saat berumur 30 hari setelah semai. Pengujian dengan menginfestasikan WBC betina ke dalam kurungan plastik yang di bagian bawahnya diletakkan kertas saring (Whatman No. 40 berdiameter 9 cm) yang telah disemprot dengan larutan Ninhidrin 0,01 mg/mL aseton. Perlakuan yang terdiri dari 3 varietas padi (Ciherang, IR-64 dan Pelita) pada masing-masing kertas saring oven dan tidak oven dan dengan tiga ulangan sehingga total terdapat 18 perlakuan dengan menginfestasikan masing-masing 3 ekor nimfa betina WBC. Sedangkan pada 3 perlakuan kertas saring tanpa oven, dengan tiga ulangan, yang diinfestasikan masing-masing berupa 3 ekor imago betina WBC. Sehingga total perlakuan seluruhnya meliputi sebanyak 27 tabung makan. Embun madu yang dikeluarkan oleh WBC yang makan pada varietas uji selama 24 jam tertampung pada kertas saring dan membentuk bercak berwarna biru/ungu. Luas bercak embun madu yang terbentuk diukur dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat konsumsi floem pada varietas padi Ciherang, IR-64 dan Pelita, menunjukkan bahwa ketiga varietas ini sangat rentan terhadap hama pengisap WBC. Semakin banyak nutrisi makanan yang disedot oleh hama WBC dari tanaman padi, maka semakin banyak jumlah spot bercak honeydew dan semakin luas spot bercak honeydew yang dihasilkan. Luas spot untuk varietas Pelita adalah 33,78 m2, IR-64 28,26 mm2, dan Ciherang 22,44 mm2. Varietas padi Pelita memiliki kerentanan yang tinggi terhadap hama WBC, bila dibandingkan dengan varietas Ciherang dan IR-64, karena varietas Pelita ini tidak memiliki gen ketahanan terhadap hama WBC. Kata kunci: Ciherang, honeydew IR-64, padi, Pelita, wereng
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN USAHA PERBENIHAN PADI BERSERTIFIKAT DI NAGARI SUNGAI BATANG, KECAMATAN TANJUNG RAYA, KABUPATEN AGAM Indra Dwipa; Irfan Suliansyah; Syafrimen Yasin; Dini Hervani; Silvia Permata Sari
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 11: April 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v2i11.5393

Abstract

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Membangun Nagari Tahun 2022 ini merupakan keberlanjutan kegiatan PKM Membantu Nagari Membangun Nagari tahun 2020 dan 2021, yang difokuskan kepada pengembangan dan pemberdayaan usaha perbenihan padi bersertifikat di Nagari Sungai Batang Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Lima kegiatan yang diberikan pada mitra PKM (KWT Semangat Berkarya) oleh Tim Pengabdian Unand, yaitu: 1). Sosialisasi teknologi pengeringan benih bersertifikat, 2). Penyuluhan dan sekolah lapang pengujian benih hasil penangkaran, 3). Sosialisasi penanganan hama gudang dan penyakit pasca panen, 4). Bimbingan teknis teknologi pengujian viabilitas benih berkualitas gabah hasil penangkaran, 5). Bimbingan teknis teknologi packing gabah hasil penangkaran. Lima kegiatan tersebut diberikan dalam bentuk sosialisasi dan sekolah lapang. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa kegiatan PKM sudah terlaksana dengan baik, sukses, dan capaian tercapai 100%. Pada kegiatan pengabdian ini juga memperlihatkan adanya kolaborasi berbagai instansi, seperti BPSB Provinsi Sumatera Barat, POPT Kabupaten Agam, Instansi pemerintahan setempat. Mitra dari kegiatan PKM ini sangat berterima kasih karena dilatih menjadi penangkar benih padi bersertifikat, bahkan mendapatkan bantuan benih lainnya (kacang tanah) maupun alat produksi sebagai penangkar benih padi bersertifikat (mesin perontok gabah).