Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perubahan Komposisi Gulma pada Sistem Tumpangsari Padi Gogo dengan Kedelai di Lahan Pasir Pantai Fajrin Pramana Putra; Prapto Yudono; dan Sriyanto Waluyo
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 46 No. 1 (2018): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.549 KB) | DOI: 10.24831/jai.v46i1.17093

Abstract

Weeds can reduce upland rice yields in coastal sandy area. Density and growth of weeds can be controlled and reduced by an intercropping system between upland rice with soybeans. The study aimed to determine the weeds composition change and weeds biomass in various crop proportions of upland rice and soybean under intercropping. The research was conducted from December 2016 until March 2017, at coastal sandy soil of Samas, Bantul, Yogyakarta (8°00’03.5”S and 110°15’20.1”E). This study used a complete randomized block design (RCBD) with one factor and three replications. The treatments were crop proportions of upland rice and soybean under intercropping with 6 levels, such as 100:0 (upland rice monoculture), 80:20, 60:40, 40:60, 20:80, and 0: 100 (soybean monoculture). The results showed that there was weeds composition changes due to setting crop proportions of upland rice and soybean under intercropping at coastal sandy soil. Weed of sedges, grass, and broadleaf were found throughout the experimental plots, but varied in number and type of weeds among experimental plots. Weeds condition differed among the soybean proportion treatments < 40% and  ≥ 40%. The average community coefficient value was <75% which was dominated by Digitaria nuda and Eragrostis tenella under soybean proportion treatments < 40%, and Ludwigia parviflora and Amaranthus lividus under soybean proportion treatments ≥ 40%. The linear model was established between the increase of soybean proportion to a decrease in dry weight of weeds as Y = -0.6624X + 67.699; R2 = 0.7224).Keywords: crops proportion, intercropping, weeds community
Peran Pusat Perbenihan sebagai Mediator Stakeholders Implementasi Suatu Program Perbenihan Prapto Yudono
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 10, No 1 (2003): Juni
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.60076

Abstract

-
Peran Pusat Perbenihan sebagai Mediator Stakeholders Implementasi Suatu Program Perbenihan Prapto Yudono
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 10, No 1 (2003): Juni
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.60076

Abstract

-
Pengaruh Dosis dan Jenis Aplikasi Boron terhadap Tingkat Layu Pentil (Cherelle wilt) Tanaman Kakao Endang Sri Dewi HS; Prapto Yudono; Eka Tarwaca Susila Putra; Benito Heru Purwanto; Toyip Toyip
AGROSCRIPT: Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 5 No 1 (2023): June
Publisher : Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/agroscript.v5i1.1219

Abstract

Cherelle wilt merupakan penyakit fisiologis pada tahap awal perkembangan buah kakao karena kegagalan perkembangan buah. Salah satu unsur yang diduga kuat menjadi penyebab adalah unsur boron yang ketersediannya sangat penting bagi tanaman karena berperan dalam perkembangan sel, metabolisme protein, asam amino, nitrat, lemak, karbohidrat, auksin dan fenol, fungsi membran, berperan dalam keberhasilan pembentukan bunga, pembuahan dan perkembangan buah. Tujuan penelitian untuk mengkaji dan meneliti tentang pengaruh boron terhadap layu pentil kakao. Penelitian dirancang menggunakan rancangan Randomized Complete Block Design (RCBD) dimana faktor A terdiri dari metode aplikasi pupuk yaitu lewat daun dan lewat tanah sedangkan faktor B adalah takaran pemberian boron yang terdiri dari tanpa pemberian pupuk , pemberian boron 1,5 g.pohon-1, 3 g. Pohon-1, 4,5 g.pohon-1 dan 6 g.pohon-1 setiap perlakuan diulang tiga kali, setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman sehingga kombinasi perlakuan menjadi 2 x 5 x 3 x 5 = 150 tanaman. Parameter yang diamati adalah Boron total daun, viabilitas pollen, total pentil yang terbentuk, persentase pentil sehat, dan pentil layu. Hasil menunjukkan bahwa metode aplikasi pupuk boron berpengaruh terhadap layu pentil kakao. Metode aplikasi boron lewat daun dengan dosis 0, 4,5 dan 6 g.tanaman-1 memberikan nilai pentil layu yang lebih tinggi. Sedangkan metode aplikasi boron lewat daun dosis 1,5, dan 3 g.tanaman-1 serta metode aplikasi lewat tanah dosis 6 g.tanaman-1 memberikan persentase pentil sehat yang lebih tinggi. Metode aplikasi lewat daun dengan dosis 3 g.tanaman-1 adalah dosis maksimal yang mampu memberikan hasil tertinggi terhadap viabilitas pollen, jumlah buah, dan persentase pentil sehat.