Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Jejak tsunami 25 Oktober 2010 di Kepulauan Mentawai berdasarkan penelitian kebumian dan wawancara Yudhicara Yudhicara; Widjo Kongko; Velly Asvaliantina; Suranto Suranto; Sapto Nugroho; Andrian Ibrahim; Widodo S. Pranowo; Nils B. Kerpen; Knut F. Kramer; Oliver Kunst
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 1, No 3 (2010)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4740.995 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v1i3.19

Abstract

SARITsunami Mentawai yang terjadi pada 25 Oktober 2010 adalah kategori tsunami earthquake. Ciri dari kategori ini, antara lain guncangan gempa bumi terasa lemah tetapi berlangsung lama (~ 3 menit) dan menghasilkan tsunami cukup besar. Parameter tsunami yang terukur di lapangan, diketahui bahwa ketinggian run up maksimum 12,4 m di Pulau Sibigou, jarak genangan maksimum 450 m di Dusun Malakopa, kedalaman batimetri dekat pantai 2-15 m, dan ketebalan endapan pasir tsunami mencapai 12cm di Teluk Makaroni. Berdasarkan keterangan dari saksi mata, sebelum tsunami berlangsung indikasinya adalah suara gemuruh dari arah laut dan perilaku burung camar yang mengeluarkan suara yang gaduh. Gelombang tsunami tiba di pantai 5-10 menit setelah guncangan gempa bumi sebanyak 3 sampai 4 kali gelombang. Gelombang yang kedua dianggap paling tinggi.Kata kunci: gempa bumi, Tsunami Mentawai, ketinggian run up, jarak genanganABSRACTTsunami Mentawai of 25 October 2010 is take in to tsunami earthquake catagory, which has weak shaking and slow duration (~ 3 minutes), but produce big tsunami. Tsunami parameter measurement obtained the maximum run up of 12.4 meters at Sibigou Island, maximum inundation of 450 meters at Malakopa Village, near coast bathymetry of 2-15 meters and tsunami sand deposits up to 12 cm at Makaroni Bay. According to the eyewitnesses, there are some precursors such as roaring sound from the sea and bird noisy sounds heard before the tsunami came. Tsunami arrived 5-10 minutes after earthquake, come inland about 3 to 4 times and the second wave was the highest.Keywords: earthquake, Tsunami Mentawai, run up, inundation
PEMIMPIN VISIONER PADA INTITUSI PENDIDIKAN Sapto Nugroho
Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir Edukatif 2014: COPE, No.1, Tahun XVIII, Mei 2014
Publisher : LPPM UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.329 KB) | DOI: 10.21831/jig cope.v0i1.2932

Abstract

Pemimpin yang memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalammembawa jalannya organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapikondisi organisasi yang senantiasa mengalami perubahan. Sebab, flksibilitasorganisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu bertindakproaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yangdibutuhkan sebagai pemimpin organisasi pendidikan saat ini. Seorang pemimpinadalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arahmana organisasi akan di bawa.
FUNGSI POMPA AIR TENAGA SURYA DALAM MENUNJANG KETERSEDIAAN AIR BERSIH UNTUK MENDUKUNG PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA DAN PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus Kampung Lairoka, Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur) Sapto Nugroho
Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian Vol. 12 No. Khusus (2022): Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian, Vol
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jstsv.12.Khusus.181-189

Abstract

A solar water pump system was built and used to meet the clean water needs of the community so that they can live a decent life. Lairoka Village, Kamanggih Village, received assistance with clean water facilities, so that people's lives were better, because previously they had to allocate a lot of time to fetch water in deep valleys hundreds to thousands of meters from their homes. The purpose of this research is to find out : (1) changes in the pattern of time allocation for community activities; (2) changes and forms of community productive activities. Changes in the time allocated become less after clean water is available, so families have free time that can be used for productive activities. In children, both boys and girls, there is a change in time from having to set aside 40% of their time, to only 8% of their time to fetch water. So that those who own about 32% can do other things that are more productive, as well as from the mother's side, the pattern of time allocation has also changed, and has 17% free time that can be utilized. ABSTRAKSistem pompa air tenaga surya dibangun dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat agar dapat hidup dengan layak. Kampung Lairoka Desa Kamanggih, mendapatkan bantuan fasilitas air bersih, supaya hidup masyarakat lebih baik, karena sebelumnya mereka harus mengalokasikan banyak waktu untuk mengambil air di lembah yang dalam dengan jarak ratusan hingga ribuan meter dari rumah mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perubahan pola alokasi waktu kegiatan masyarakat; (2) perubahan dan bentuk kegiatan produktif masyarakat. Perubahan waktu yang dialokasikan menjadi lebih sedikit setelah adanya air bersih, sehingga keluarga memiliki waktu luang yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan produktif. Pada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, terdapat perubahan waktu dari yang harus menyisihkan 40% waktunya, menjadi tinggal 8% waktunya untuk mengambil air. Sehingga yang yang dimiliki sekitar 32% bisa melakukan hal lain yang lebih produktif, begitu pula dari sisi Ibu, pola alokasi waktu juga berubah, dan memiliki 17% waktu luang yang dapat dimanfaatkan.