Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Identifikasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Bedadung di Intake Instalasi Pengolahan Air PDAM Kabupaten Jember Pradana, Hendra Andiananta; Wahyuningsih, Sri; Novita, Elida; Humayro, Aisyah; Purnomo, Bambang Herry
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.135-143

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Salah satu sumber air permukaan yang memiliki peran vital bagi ekosistem perairan dan makhluk hidup adalah sungai. Sungai Bedadung merupakan salah satu sungai besar yang melewati wilayah Perkotaan Kabupaten Jember. Air dari sungai tersebut dimanafaatkan sebagai pemasok air baku untuk PDAM Kabupaten Jember. Akan tetapi akibat tekanan aktivitas antropogenik menurunkan kualitas air sungai tersebut. Pemantauan kualitas air diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengendalian pencemaran pada air sungai tersebut. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi kondisi kualitas air dan beban pencemaran di intake intalasi pengolahan air (IPA) PDAM Kabupaten Jember.Metode: Pengambilan contoh air secara grab sampling dilakukan di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal Besar dengan beberapa parameter kualitas air yang diamati yaitu suhu, kekeruhan, TDS, pH, DO, BOD, COD, yang dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 serta debit air yang digunakan untuk menghitung beban pencemaran serta dilanjutkan uji t untuk mengetahui perbandingan kondisi beban pencemaran.Hasil: Hasil penelitian menujukkan bahwa kualitas air sungai di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal Besar secara berurutan tergolong kelas I dan III. Nilai COD di intake IPA Tegal Besar tergolong kelas III. Nilai beban pencemaran menujukkan perbedaan yang signifikan pada kedua intake IPA. Beban pencamaran di IPA Tegal Gede dan Tegal Besar dengan nilai rata-rata secara berurutan yaitu 24,96 kg/hari dan 74,03 kg/hari.Simpulan: Kualitas air Sungai Bedadung berdasarkan parameter fisika dan kimia di intake IPA Tegal Gede di IPA Tegal Besar secara berurutan tergolong kelas I dan III serta kondisi beban pencemaranya beragam.ABSTRACTBackground: River as one of surface water resources has a vital role for ecosystems and organism. Jember Regency Municipal Waterworks utilized the river as water raw resources. However, the pressure of anthropogenic activity decreases the river's water quality. Water quality monitoring is needed as a consideration for pollution controlling in the river. The focus research identified the condition of water quality and pollution load in the water treatment plants (WTP) intake of Jember Regency Municipal Waterworkers.Method: The water sampling by grab sampling was carried out at intake of Tegal Gede and Tegal Besar WTP with several observed pysicochemical parameters i.e temperature, turbidity, TDS, pH, DO, BOD, COD compered with the quality standard of Government Regulation No. 82 of 2001 and stream flow for pollution load measurement and continued by t-test to compire the pollution load conditions.Result: The results denote that the water quality in Tegal Gede and Tegal Besar WTP intakes were classified into first (I) and third (III) class. COD caused water quality decreased in intake of Tegal Besar WTP. The t-test of the pollution load represented a significantly difference at the both water treatment plants locations. Pollution load at Tegal Gede and Tegal Besar WTP showed the average values of 24.96 kg/day and 74.03 kg/day. Conclusion: The water quality refer to physicochemical parameter in intake of Tegal Gede and Tegal Besar were categorized WTP into first (I) and third (III) class, furthermore the condition of the pollution load varies.
Typology of Tropical Forest Transition Model in Several Watershed, Sumatera Island Widyananto Basuki Aryono; Endang Suhendang; I Nengah Surati Jaya; Herry Purnomo
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 24 No. 3 (2018)
Publisher : Institut Pertanian Bogor (IPB University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.309 KB)

Abstract

At a landscape level, forest transitions have complex spatial heterogeneity characteristics, thus the causes, driving force, typology and specific profile characteristics need to be considered for managing and mitigating forest transition. This paper describes how the diversity of forest transition characteristics was grouped and how the characteristic of group was identified. Typology classes within water catchment areas in Riau, North Sumatera and West Sumatera Provinces, Indonesia were investigated by considering social, economic and biophysical aspects. The main study objective was to develop a forest transition typology at a landscape level. The model typology was derived from a clustering method with the Standardized Euclidean Distance. The study found that the most significant factor which successfully differentiated the typology of forest transition into two typologies was the population growth having approximately 92% of overall accuracy. The first typology (typology 1) could be categorized as rapid forest transition, while the typology 2 was categorized as slow forest transition. The study suggested that the management and mitigation of the impacts of the forest transition should be conducted by considering the landscape typology as a function of the profiles for each typology.
PENDUGAAN KONSUMSI KAYU DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN HUTAN LESTARI Lutfy Abdullah; Endang Suhendang; Herry Purnomo; Juang R. Matangaran
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2020.17.1.99-112

Abstract

Pendugaan konsumsi kayu sangat penting dilakukan untuk mengukur tingkat produk kayu yang dipanen dan digunakan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tersebut, dapat dilakukan dengan pendekatantinjauan sistematis atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui metode yang berkembang dalam menduga tingkat konsumsi kayu dan dampaknya terhadap pengelolaan hutan lestari. Bahan penelitian berupalaporan, prosiding dan jurnal ilmiah terkait metode pendugaan penggunaan produk kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 253 penelitian yang berkaitan dengan kata kunci metode pengukuran tingkat konsumsi produk kayu oleh rumah tangga yang dipublikasikan dalam bentuk 20 laporan, 2 tesis dan 231 jurnal. Namun demikian, hanya terdapat 46 artikel dan laporan dan dipublikasikan pada jurnal yang terindeks global. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, kemudian dilakukan simulasi penggunaan produk kayu pada tingkat/skala nasional, industri dan rumah tangga. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dugaan konsumsi kayu berdasarkan skala sangat bervariasi. Namun demikian, penggunaan pendekatan rumah tangga sangat mudah untuk dilakukan verifikasi.
TIPOLOGI DESA BERDASARKAN VARIABEL PENCIRI HUTAN RAKYAT Tien Lastini; Endang Suhendang; I Nengah Surati Jaya; Hardjanto Hardjanto; Herry Purnomo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.3.155-168

Abstract

Penelitian ini menguji penggunaan faktor biofisik dan sosial ekonomi dalam mengklasifikasi desa dengan variabel penciri hutan rakyat. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menentukan variabel yang paling signifikan yang mempengaruhi tipologi desa yang terkait dengan luas hutan rakyat. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis menggunakan data 336 desa. Dasar pembuatan tipologi pada penelitian ini adalah faktor biofisik dan sosial ekonomi. Terdapat 6 variabel biofisik yaitu: penggunaan lahan non sawah, kelerengan lahan, jarak ke kawasan hutan negara, jarak ke jalan besar, kemampuan lahan, dan kerapatan jalan dan dan 3 variabel sosial ekonomi yaitu: kepadatan penduduk, rumah permanen, dan umur produktif penduduk yang diteliti. Hasil penelitian menemukan terdapat delapan variabel yang berkorelasi, dan satu variabel yang tidak berkorelasi dengan luas hutan rakyat yaitu jarak ke jalan besar. Berdasarkan analisis gerombol, penelitian berhasil menemukan 2 tipologi hutan rakyat, yaitu wilayah yang berpotensi tinggi dan berpotensi rendah untuk berkembangnya hutan rakyat. Variabel yang terpilih untuk penggerombolan adalah berdasarkan desain hasil analisis komponen utama terhadap 8 variabel yang berkorelasi, dengan nilai akurasiumumsebesar 64%.Kata Kunci:Biofisik, analisis gerombol, hutan rakyat, sosial ekonomi, tipologi desa
KUANTIFIKASI KUALITAS TEMPAT TUMBUH DAN PRODUKTIVITAS TEGAKAN UNTUK HUTAN TANAMAN EUKALIPTUS DI KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA Darwo Darwo; Endang Suhendang Suhendang; I Nengah Surati Jaya; herry purnomo; Pratiwi Pratiwi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.524 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.2.83-93

Abstract

Keragaman kualitas tempat tumbuh di hutan tanaman eukaliptus telah menimbulkan produksi kayu yang berfluktuasi. Untuk itu, perlu dilakukan pengelompokan kualitas tempat tumbuh. Tujuan penelitian adalah menentukan daur volume maksimum, model indeks tempat tumbuh, kelas kualitas tempat tumbuh, dan tingkat pertumbuhan dan hasil tegakan untuk masing-masing kelas kualitas tempat tumbuh hutan tanaman eukaliptus. Data dihimpun dari 343 petak contoh permanen. Bentuk plot lingkaran dengan berjari-jari 11,28 m (luas 0,02 ha). Karakteristik tegakan dianalisis menggunakan regresi yang ditransformsikan ke logaritmik dan dilakukan pengelompokan kualitas tempat tumbuh.  Hasil analisis diperoleh daur volume maksimum adalah 8 (delapan) tahun, sehingga umur indeks tempat tumbuh 8 (delapan) tahun dengan rata-rata volume tegakan 249,34 m3/ha dan riap tahunan rata-rata 31,17 m3/ha/tahun. Model indeks tempat tumbuh (S) adalah log S = log Oh + 0,69441(A-1– 8-1), dimana; Oh = peninggi (m), A = umur tegakan (tahun), dan 8 = umur indeks tempat tumbuh 8 (delapan) tahun. Indeks tempat tumbuh tersebut dikelompokan menjadi 4 (empat) kelas kualitas tempat tumbuh (bonita).  Riap tahunan rata-rata di bonita I, II, III, dan IV berturut-turut adalah 20,95 m3/ha/tahun, 32,40 m3/ha/tahun, 37,15 m3/ha/tahun, dan 40,25 m3/ha/tahun. Rata-rata volume tegakan di bonita I, II, III, IV berturut-turut adalah 167,58 m3/ha, 259,17 m3/ha. 297,17 m3/ha, dan 321,98 m3/ha.
ANALISIS FINANSIAL DAN KELEMBAGAAN RANTAI NILAI MEBEL MAHONI JEPARA Nunung Parlinah; Bramasto Nugroho; Herry Purnomo
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 8, No 3 (2011): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jakk.2011.8.3.245-260

Abstract

Industri mebel umumnya termasuk dalam industri kecil dan menengah. Selain berperan dalam penerimaan devisa, bisnis di bidang mebel ini juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terutama di Kabupaten Jepara. Adanya hubungan (pemberi kepercayaan) - (penerima kepercayaan) yang terjadi antar aktor atau pelaku di dalam rantai berpengaruh terhadap besarnya distribusi nilai tambah yang diperoleh oleh masingmasing pelaku di sepanjang rantai nilai Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kelembagaan (aturan) yang terjadi antar pelaku di sepanjang rantai nilai mebel mahoni Jepara dan menentukan skenario kebijakan yang dapat mendukung bagi kelestarian industri mebel Jepara. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data meliputi identifikasi aktor dan kelembagaan (aturan) yang terjadi antar pelaku serta analisis manfaat biaya yang terdiri dari NVP, BCR dan IRR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) para pengrajin ( ) memproduksi mebelnya lebih didasarkan pada pesanan pembeli ( ). agent principal Asymetic information yang terjadi antara pedagang kayu dan petani juga telah mengakibatkan posisi petani sebagai (2) Nilai NPV, BCRdan IRR untuk tiap pelaku berbeda-beda tetapi nilai-nilai tersebut mengindikasikan bahwa pola kemitraan yang terjadi antar pelaku dalam rantai nilai mebel mahoni saat ini sudah efektif. Skenario kebijakan yang dapat diterapkan adalah kebijakan yang bersifat insentif bagi petani hutan rakyat, peningkatan kemampuan pengrajin di bidang pemasaran; dan membangun aksi kolektif diantara pengrajin. price taker;
RENEWABLE ENERGY DEVELOPMENT OF SUSTAINABLE BAMBOO FOREST BASED ON COMMUNITY EMPOWERMENT Johannes Wahono; Ujang Sumarwan; Bustanul Arifin; Herry Purnomo
Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM) Vol. 7 No. 1 (2021): JABM Vol. 7 No. 1, Januari 2021
Publisher : School of Business, Bogor Agricultural University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17358/jabm.7.1.188

Abstract

This research aimed to study bamboo biomass renewable energy development cultivated in community forests in Indonesia, especially in those frontiers, outermost, and least developed regions often referred to as 3T regions. Community empowerment refers to the process of enabling communities to increase control over their lives. The study was conducted in three villages of Matotonan, Madobag, and Saliguma in Siberut Island, Mentawai Islands District, West Sumatra Province. This study's design was descriptive by conducting a field survey, using a systematic random sampling method with the interview and questionnaire technique to obtain primary data on electricity demand and demographic factors. The key success indicators were then generated using the Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST) method to analyze the FGD. The biomass energy development without community empowerment and the presence of PLN at subsidized rates would not succeed. The renewable energy of bamboo forest biomass characterizes the need for community participation to be involved in operations. Without community empowerment, the community would not have the ability to pay electricity bills even if subsidized. No income distribution would also result in not achieving the main objectives of this project's development, which is sustainable development for rural communities in the 3T regions. Keywords: renewable energy, bamboo biomass, community empowerment, community forestry, sustainable development
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Distribusi Suhu Permukaan di Kabupaten Bandung Siti Badriyah Rushayati; Hadi S. Alikodra; Endes N. Dahlan; Herry Purnomo
Forum Geografi Vol 25, No 1 (2011): July 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v25i1.5027

Abstract

Bandung Regency is experiencing increased of air temperature, particularly in the urban area. High air temperature in urban areas is caused by increasing built-up areas and declining green open space. Green open space should be built to lower air temperature and to create a comfortable micro climate. Green open space should be developed at locations with high air temperature to reach its efficacy. This research used spatial analysis to generate air temperature distribution map. The map was used as the basis in developing green open space. The map showed that green open spaces should be developed at several sub-districts, namely Margahayu, Margaasih, Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Cileunyi, Pameungpeuk, and Majalaya sub-districts.
Perubahan Penggunaan dan Tutupan Lahan, Serta Faktor Penyebabnya di Pulau Bengkalis, Provinsi Riau (periode 1990-2019) Lila Juniyanti; Lilik Budi Prasetyo; Dwi Putra Aprianto; Herry Purnomo; Hariadi Kartodihardjo
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 10 No. 3 (2020): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.10.3.419-435

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara dengan perubahan tutupan lahan yang dinamis karena sumber perekonomian negara yang bersumber pada pengelolaan sumber daya berbasis lahan. Di sisi lain, pengelolaan tersebut berdampak negatif seperti konflik sosial dan kerusakan lingkungan. Penelitian ini mengamati pola perubahan tutupan lahan dan mengeksplorasi faktor pendorong penyebab perubahan tersebut pada periode 1990-2019 di Pulau Bengkalis, Indonesia untuk memantau dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam meminimalkan perubahan tutupan lahan yang tidak terkendali. Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari laporan dan penelitian sebelumnya, observasi, dan melaksanakan fokus grup diskusi dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan GIS dalam analisis perubahan tutupan dan penggunaan lahan multiwaktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tutupan hutan alam menurun tajam sejak tahun 1990. Setelah tahun 2000, area kebun campuran lebih luas dibandingkan dengan tutupan hutan alam. Luas areal perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman juga mulai meningkat. Program transmigrasi telah memicu pembukaan lahan besar-besaran di Pulau Bengkalis. Pembukaan lahan oleh transmigran dan krisis ekonomi mendorong pembukaan lahan yang lebih besar oleh transmigran spontan.
ANALISIS NILAI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN BENTANG ALAM PASCA TAMBANG BATUBARA PADA AREAL IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN Asef Kurniyawan Hardjana; Herry Purnomo; Dodik R. Nurrochmat; Irdika Mansur
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 15, No 3 (2019): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2019
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (986.736 KB) | DOI: 10.30556/jtmb.Vol15.No3.2019.1008

Abstract

Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan tambang batubara yang terdapat pada empat kabupaten, yaitu: Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat dan Berau. Keempat daerah tersebut merupakan daerah tambang terbesar di Kalimantan Timur. Tujuan penelitian adalah menganalisis keberlanjutan pengelolaan bentang alam pasca tambang batubara di areal Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang dikelola perusahaan berstatus usaha Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Metodologi yang digunakan adalah multi-dimensional scaling (MDS) berdasarkan lima dimensi, yaitu: ekologi, ekonomi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan, serta infrastruktur dan teknologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberlanjutan pengelolaan bentang alam pasca tambang batubara di lokasi tersebut memiliki dua kategori status, yaitu: (1) status cukup berkelanjutan, terdiri dari: dimensi ekologi (54,26), dimensi ekonomi (55,06), dimensi hukum dan kelembagaan (55,08), dimensi infrastuktur dan teknologi (60,79); (2) status kurang berkelanjutan adalah dimensi sosial (49,10). Terdapat 22 atribut yang dinilai sensitif (leverage attribute) bagi keberlanjutan pengelolaan bentang alam pasca tambang batubara pada kawasan tersebut, sehingga perlu diambil strategi kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pengelolaannya, seperti melakukan rutinitas pengawasan, intervensi kebijakan dan perbaikan kinerja. Peran pemerintah sangat dibutuhkan di sini, agar strategi kebijakan memiliki kekuatan untuk ditaati dan fokus ke arah keberlanjutan bentang alam pasca tambang batubara di kawasan IPPKH.