Sulusi Prabawati
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Aktivitas antibakteri asap cair dan daya awetnya terhadap bakso ikan Ita Zuraida; Rokhani Hasbullah; . Sukarno; Slamet Budijanto; Sulusi Prabawati; . Setiadjit
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 14 No. 1 (2009): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1784.362 KB)

Abstract

The study were investigated antibacterial activity of liquid smoke from coconut shell and its applications of fishball at room temperature (27-28°C) and refrigeration temperature {4±1°C). The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of liquid smokel against Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus were determined using broth or agar dilution methods. liquid smoke showed bactericidal effects with P. aeruginosa than S. aureus. MIC of liquid smoke was 0.40°/o against S. aureus and 0.22°/o against P. aeruginosa. Trial in fishball, showed that boiling in 2.5% liquid smoke and storage at 27-28°C and 4±1°C were inhibited the growthof total bacteria and increased shelflife 16 hours and 8 days than no treatment (based on SNI 01-3819-1995), respectively, and retarded the increased in pH and moisture content after storage. The results indicated thatliquid smoke was an effective inhibitor of fishball spoilage. 
Kajian Keamanan Asap Cair Tempurung Kelapa untuk Produk Pangan Slamet Budijanto; Rokhani Hasbullah; Sulusi Prabawati; Setiadjit Setiadjit; Sukarno Sukarno; Ita Zuraida
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 13 No. 3 (2008): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.076 KB)

Abstract

The objective of this research was to study the food safety od coconut shell liquid smoke for food products by acute toxicity test and identification of volatile compounds by means of Gas Chromatography- Mass Spectroscopy (GC-MS).Keyword: acute tixicity, coconut shell liquid smok, food safety, GC-MS, volatile compound 
Perbaikan Cara Ekstraksi untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Minyak Melati Sulusi Prabawati; Endang D. A.; Dondy Anggono Setiabudi
Jurnal Hortikultura Vol 12, No 4 (2002): Desember 2002
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v12n4.2002.p%p

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi melalui ekstraksi bertahap denganmeningkatkan perbandingan bunga dan pelarut. Penelitian dikerjakan pada melati gambir (Jasminum officinale),diekstraksi dengan pelarut heksan selama 12 jam. Pelarut diuapkan untuk mendapatkan concrete. Concrete yangdiperoleh dilarutkan dengan etanol dan diuapkan sampai didapatkan minyak melati. Perlakuan yang diterapkanadalah perbandingan bunga dan pelarut (1 : 1,5 dan 1 : 2), tahapan ekstraksi (sekali, dua kali, dan tiga kali) denganpelarut heksan. Rancangan percobaan menggunakan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dengan tiga ulangan. Pa ram e teryang diamati adalah rendemen concrete dan minyak, jumlah penggunaan heksan, indeks bias, dan komponenpenyusun minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati pada perbandingan bunga dan pelarut(1 : 2) pada tahap ekstraksi dua kali menghasilkan rendemen minyak tertinggi (0,1326%), dengan penggunaan pelarutpal ing sedikit (528,2933 ml) untuk menghasilkan 1 g minyak. Mutu minyak melati yang dihasilkan mempunyai indeksbias 1,4309 dan mengandung kadar komponen penyusun minyak atsiri tertinggi (34,3357%) dengan delapankomponen sudah diidentifikasi (linalol, linalil asetat, indol, fenol, bensil asetat, metil antranilat, bensil alkohol, dan cisjasmon). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agarmenghasilkan rendemen minyak yang tinggi dengan penggunaan pelarut min i mal.Kata kunci : Jasminum officinale; Ekstraksi minyak melati; Kualitas minyak melatiAB STRACT. Prabawati, S., Endang D. A., Suyanti, and Dondy ASB. 2002. Im prove ment of ex trac tion methodto in crease quan tity and qual ity of jas mine oil re cov ery. This re search was aimed to in crease the re cov ery of oil ex -trac tion ab so lute through in creas ing the flower-sol vent ra tio and multi-ex trac tion stages of red jas mine (Jasminumofficinale). Hex ane perfumary grade was used on sim ple ex trac tion method by dip ping the flow ers and man ual stir ringfre quently. Af ter 12 hours of ex trac tion, sol vent was evap o rated to pro duce con crete. Eth a nol 95% was added to dis -solve the con crete, and then the so lu tion was fil tered to sep a rate wax frac tions. The clear so lu tion was evap o rated topro duce ab so lute. The treat ments tested were flower-sol vent ra tio (1 : 1.5 and 1 : 2) and stages of ex trac tion (1, 2, and 3stage of ex trac tion), and fac to rial de sign 2 x 3 with three rep li ca tions was used. Ob ser va tions were done on the yield ofcon crete and ab so lute, to tal sol vent used on ex trac tion, re frac tion in dex of ab so lute, and the com po si tion of es sen tialoil. Re sults showed that, flower-sol vent ra tio (1 : 2) and two stage of ex trac tion had the high est per cent age of ab so lute(0.1326%) and the low est to tal sol vent used (528.2933 ml to get 1 g of ab so lute). Jas mine ab so lute was in good qual itywith re frac tion in dex of 1.4309 and con tained 34.3357% of es sen tial oil com po nent (linalool, linalil ac e tate, indole,phenole, benzil ac e tate, methyl antranilate, benzil al co hol, and cis jasmone) were indentified. Futhermore, the re sult ofthis study can be used an ap pro pri ated ef fec tive method of jas mine oil ex trac tion method.
Standar Mutu Bunga Melati Segar dan untuk Bahan Baku Industri - Suyanti; Sulusi Prabawati; - Sjaifullah
Jurnal Hortikultura Vol 14, No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v14n2.2004.p127-133

Abstract

Bunga melati putih digunakan untuk rangkaian bunga segar, bahan baku industri teh dan minyak atsiri, sertakomoditas ekspor ke Singapura. Penelitian bertujuan untuk menyusun konsep standar mutu bunga melati segar danuntuk bahan baku industri. Standar mutu bunga melati segar dan bahan baku industri sangat diperlukan sebagaipatokan dalam pengembangan agribisnis bunga melati. Mutu bunga melati segar sangat ditentukan oleh ukurankuntum bunga, warna, dan kesegaran bunga. Bunga melati asal daerah Tegal, Tangerang, Cirebon, dan Bogor untukrangkaian bunga, dan bahan ekspor diamati karakteristik fisiknya (to tal panjang bunga, di am e ter kuntum bunga,panjang kuntum bunga, dan warna). Bunga melati untuk pabrik teh juga diamati fisik dan residu pestisidanya.Standar mutu bunga melati untuk rangkaian yaitu bunga kuncup berwarna putih, segar, dan berukuran besar (di am e terkuntum 6,58±0,733 mm, panjang kuntum 11,76±1,389 mm). Standar melati untuk ekspor adalah kuncup berwarnaputih, segar, dan berukuran besar (di am e ter kuntum 6,8640±0,5858 mm, panjang kuntum 12,454±1,040 mm). Standarmutu bunga untuk pewangi teh, kuntum bunga kuncup berwarna putih, tidak ada kotoran, dan jumlah bunga tidakdapat mekar terikut maksimum 10%. Standar bunga melati untuk minyak atsiri adalah, kuncup, segar, berwarna putih,dan tanpa tangkai. Kadar residu pestisida masih di bawah ketentuan dan residu pestisida pada tehnya adalah tidak ada.Qual ity of fresh white jas mines for stan dard freshus age and in dus trial pur pose. White jas mines have al ways been used for dec o ra tion, tea in dus try and es sen tial oilin dus try, as well as ex port com mod ity to Sin ga pore. The re search’s aims was to build a draft stan dard fresh jas minequal ity for fresh flow ers and in dus trial pur pose. The stan dard it self will be very use ful for agroindustry de vel op ment.Jas mine qual ity was af fected by the flower’s size, color, and its fresh ness. Jas mine from Tegal, Tangerang, Cirebon,and Bogor ar eas were mostly used as fresh flow ers. Tegal’s jas mines have been ex ported to Sin ga pore and have beenused for tea in dus try as well. Analized the jas mines for phys i cal ap pear ance (length, di am e ter, and color) and jas minefor ar o matic tea was for the pestiside res i due con tent. Qual ity stan dard for jas mine flower clus ter ar range ment re -quired bud white color, fresh, and should has rel a tively big size (6.58±0.733 mm in di am e ter, and 11.76±1.389 mm inlength). The ex ports qual ity have dif fer ent re quire ment, of white color and big size bud, (6.864±0.586 mm in di am e terand 12.454±1.040 mm in length). Stan dard qual ity for tea in dus try was white jas mine bud stages and free fromdispeckle with max i mum amount of bud flow ers was 10%. The stan dard for es sen tial oil was white col ored jas mineand bloomed yet, fresh, and stalkless. The res i due con tent on the jas mine was lower than the max i mum res i due limitand the res i due on the tea was un de tect able.
Optlmasi Kecukupan Panas Pada Pasteurisasi Santan Dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Santan Yang Dihasilkan Ermi Sukasih; Sulusi Prabawati; Tatang Hidayat
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.34-42

Abstract

Santan mengandung air yang tinggi serta lemak dan protein sehingga menyebabkan produk ini mudah rusak. Hal ini memerlukan teknologi untuk mempertahankannya, salah satu teknologi pengawetan yang telah populer dan murah adalah dengan pasteurisasi. Permasalahannya adalah belum ada data suhu dan waktu pasteurisasi untuk santan, sehingga perlu dihitung kecukupan panas untuk memperoleh kondisi optimal pasteurisasi. Pasteurisasi santan dilakukan pada tiga suhu (65,75 dan 85°C) selama (0,5,10,15 dan 20) menit, kemudian dilakukan penghitungan jumlah mikroba setelah pemanasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketahanan panas populasi mikroba santan (nilai D) adalah D65°C = 12,89 menit. D75°C = 10,95 menit, D85°C = 3,55 menit. Perubahan suhu yang menyebabkan reduksi mikroba sebesar satu nilai D (nilai z) adalah 35,71°C. Nilai pasteurisasi (nilai P) santan dengan sistim pasteurisasi 4D adalah 16,3 menit, suhu dan waktu yang optimal untuk pasteurisasi santan adalah 75°C selama 31,2 menit. Pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar air, protein, derajat putih, viskositas, bilangan peroksida, total mikroba, stabilitas emulsi, respon kesukaan aroma. Faktor pemanasan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar lemak, bilangan asam dan FFA, penampakan umum serta respon kesukaan warna. Heat Adequacy Optimization On Coconut Milk Pasteurization And The Effect On QualityCoconut milk contains a large number of water, fat and protein that makes the coconut milk perishable. It needs a technique to preserve the coconut milk. One of well known and cheapest preservation method is pasteurization. However there is no data about temperature level and optimum time of pasteurization process of coconut milk. For that reason the heat adequacy of coconut milk to get the optimum time of pasteurization has to be identified. This research was done using three level of temperature (65°C,75°C and 85°C) with five levels of heating time (0.5, 10, 15 and 20 m). The amount of microorganism in pasteurized coconut milk was counted. The results showed that thermal resistant microorganism of coconut milk (D value) are as follows: D65°C = 12.89 m, D75°C = 10.95 m, D85°C = 3.55 m with z alue equal to 35.71°C. P value for 4D coconut milk pasteurization is 16.3 m. The optimum temperature and time of coconut milk pasteurization were 75°C for 31.2 m. Heating treatment significantly affected parameters viz. water content, protein, whiteness degree, viscosity. peroxidation value, total plate count, emulsion stability and liking responses on flavor of coconut milk. However, there was not any significant for ash content, fat acid value, free fatty acid, appearance and liking responses in colour.
Penggunaan Iradiasi UV-C untuk Mengurangi Kerusakan dan Mempertahankan Kualitas Duku Segar Anny Yanuriati; nFN Parwiyanti; Sulusi Prabawati; nFN Yulianingsih
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n2.2009.69-75

Abstract

Pencoklatan kulit dan pertumbuhan jamur menyebabkan penampilan duku tidak menarik, mengurangi nilai ekonomi dan menghambat perkembangan area pemasaran duku segar. Iradiasi UV-C digunakan untuk menghambat kerusakan dan memperpanjang umur simpan duku segar. Duku yang telah dipanen selama 1 hari dikelompokkan menjadi 2, sebagian dilepas dan sisanya dibiarkan tetap melekat pada tangkai. Duku bertangkai dipapar iradiasi UV-C selama 0, 20, 30, dan 40 detik, sedangkan duku tanpa tangkai dipapar iradiasi UV-C selama 0 dan 30 detik, sebelum disimpan pada 29±2oC selama 9 hari. Persentase duku yang memiliki kulit coklat berdasarkan skala yang telah ditetapkan, pertumbuhan jamur, kerusakan aril dan perubahan komposisi kimia diuji pada hari ke-5, 7, dan 9 penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, paparan iradiasi UV-C tidak efektif digunakan untuk mengurangi kerusakan dan memperpanjang umur simpan duku tanpa tangkai. Namun, kerusakan duku yang masih melekat pada tangkai dapat dihambat secara nyata disertai paparan iradiasi UV-C selama 40 detik. Setelah 9 hari penyimpanan, tidak ada pertumbuhan jamur maupun kerusakan aril pada duku tersebut dengan kadar vitamin C nyata dan total padatan terlarut dan kadar asam total secara tidak nyata lebih tinggi. Sekitar 67,74% buah duku tersebut belum mengalami pencoklatan kulit dan 22,58% baru mulai coklat <10%. Iradiasi UV-C dapat digunakan sebagai metode yang efektif untuk mengurangi kerusakan pascapanen dan memperpanjang umur simpan sampai 9 hari pada suhu 29±2oC. Application of UV-C irradiation to decrease the spoilage and maintain quality of fresh lanzonesSkin browning and fungus growth can cause the unattractive performance, reduce the economic value and limit the market area development of fresh lanzones. UV-C irradiation was used to prevent spoilage and extend the shelf-life of fresh lanzones. One day harvested lanzones were divided into 2 conditions, a half of the fruit were detached from its raceme (detaching lanzones) and the others were kept attaching on its raceme (attaching lanzones). The attaching lanzones were exposed to UV-C irradiation for 0, 20, 30, and 40 seconds, while the detaching Ian zones were exposed to UV-C irradiation for 0 and 30 seconds, prior to storage at 29±2 °C for 9 days. The percentage of lanzones having browning skin was calculated based on fixed scale, and fungus growth, aril damage, chemical composition changes were examined on 5, 7 and 9 days of storage. UV-C irradiation was not effective to reduce the spoilage of detaching fruits. However, spoilages of attaching fruits were significantly reduced by UV-C irradiation for 40 seconds. After 9 days of storage no fungus growth and aril damages were detected on the fruit with significantly higher level of vitamin C and no significantly higher levels of total soluble solids and titratable acidity. About 67.74% of the fruit had no browning skin and 22.58% of the fruit had browning skin less than 10%. UV-C could be used as an effective method to reduce the spoilage and lengthening the shelf life of fresh lanzones for 9 days at 29±2 oC.
Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Instan Dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Asep W Permana; Siti Mariana Widayanti; Sulusi Prabawati; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v9n2.2012.88-95

Abstract

Kulit buah manggis (KBM) merupakan bagian terbesar dari buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang dikategorikan sebagai limbah. Studi fitokimia menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam KBM, terutama xanthone, antosianin dan kelompok senyawa fenoliklainnya memiliki sifat fungsional dan manfaat untuk kesehatan seperti antidiabetes, antikanker, antiinflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan sebagainya. Berbagai produk olahan berbasis KBM segar sudah berkembangkan di pasaran, seperti jus, konsentrat dan produk lainnya. Pada tahun 2009 telah dihasilkan produk bubuk KBM instan dari ekstrak tepung KBM dengan dengan teknologi enkapsulasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat antioksidan dari produk bubuk KBM instan dan mengaplikasikannya pada pembuatan minuman fungsional berkarbonasi. Parameter sifat antioksidan yang dianalisismeliputi senyawa alfa-mangostin (xanthone), antosianin dan total fenolik serta kapasitas antioksidan dengan metode DPPH. Aplikasi bubuk KBM instan untuk minuman instan berkarbonasi pada konsentrasi penambahan bubuk KBM instan 10% (Formula A), 15% (Formula B), dan 20% (Formula C) dengan ingridien aspartam, sorbitol, asam sitrat, asam malat, natrium bikarbonat dan flavor. Uji organoleptiktingkat kesukaan produk menggunakan metode uji skalardari 0 sampai 10 cm dengan 30 orang panelis. Datadianalisissecara statistik dengan uji ANOVA dan uji lanjut Duncan’s (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk KBM instan mengandung kadar alfa-mangostin sebesar 0,59 mg/g, antosianin sebanyak 1,13mg/g, dan kadar fenolik sebesar 8,49 mg/g per satuan bobot sampel kering,sedangkan kapasitas antioksidannya sebesar 19,72 mg/g AEAC. Formula minuman KBM instan yang lebih disukai panelis adalah Formula A dan B dibandingkan Formula C yangsecara statistik berbeda nyatapada semua parameter uji. Berdasarkan efisiensi biaya produksi maka formula terpilih adalah Formula A dengan komposisi bubuk KBM instan 10%, aspartam 0,06%, natrium bikarbonat 40%, asam sitrat 30%, asam malat 8,6%, PEG 0,03%, dan sorbitol 11,31%.
STORAGE LIFE OF RAMBUTAN PACKED BY USING MICROPERFORATED EMAP AND CAS TECHNIQUES FOR LONG DISTANCE TRANSPORTATION NFN Setyadjit; J. Knol; M Paillard; Sri Yuliani; Sulusi Prabawati; Wisnu Broto; J Rosalina
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n2.2017.88-97

Abstract

Ada banyak teknologi untuk meningkatkan umur simpan rambutan, yang merupakan buah non klimakterik, antara lain teknik EMAP (Equillibrium Modified Atmosphere Packaging) dan teknik CA (Controlled Atmosphere). Percobaan laboratorium menggunakan teknik EMAP pada rambutan cv. Binjai dan Lebak Bulus dilakukan dengan menggunakan 4 tingkat jumlah lubang pada LDPE film dengan perforasi mikro: 0, 5, 10, 30 lubang (100 μm) dan stretch film (kontrol supermarket); dikombinasikan dengan suhu penyimpanan (kamar vs 10oC). Sebelum menempatkan buah di ruang penyimpanan 10oC, rambutan telah diadaptasi dengan suhu 15oC selama 24 jam. EMAP 10 perforasi mikro lebih unggul untuk menjaga kesegaran buah hingga 21 hari pada suhu 10oC untuk 'Binjai' dan 'Lebak Bulus'. Perforasi mikro EMAP 10 yang diterapkan di kontainer yang diangkut udara dari Jakarta ke Belanda (Amsterdam, 40 jam, jarak 11350.64 km) menunjukkan penyimpanan selama 18 hari untuk Binjai dan Lebak Bulus, tetapi hanya 14 hari untuk Rapiah. Penyimpanan lanjutan dengan menggunakan CA, tidak bisa mencapai 30 hari. Oksigen rendah (3 % O2) ditambah CO2 14-17% menunjukkan retensi warna daging yang lebih baik. Dengan demikian, agar tranport udara memungkinkan untuk mengirim rambutan ke Eropa, direkomendasikan menggunakan liner plastic dalam karton dan perlu dikemas dengan EMAP setelah tiba di tujuan.
Pengaruh Cara Ekstraksi dan Musim Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati nFN Suyanti; Sulusi Prabawati; nFN Yulianingsih; nFN Setyadjit; Astu Unadi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v2n1.2005.18-23

Abstract

Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati. Bunga melati selama ini hanya digunakan sebagai bunga rampai, bunga sesaji, dekorasi dan pewangi teh. Namun sebenarnya bunga melati mcmpunyai potensi untuk dibuat minyak bunga alami. Minyak melati merupakan bah an untuk industri kosmetik, parfum, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selama ini kebutuhan industry dalam negeri di impor dari Negara penghasil minyak bunga dengan harga yang cukup mahal, Pcnelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi ekstraksi minyak mclati yang dapat menghasilkan rendemen dan mutu yang tinggi. Bunga melati gambir (Jasminum officinale) asal Purbalingga, Jawa Tengah diproses menjadi minyak melati menggunakan metode ekstraksi dengan pclarut heksan. Perlakuan yang diuji adalah ekstraksi satu tahap, ekstraksi dua tahap, dan pencucian ampas, yang dilakukan pad a musim hujan dan musim kemarau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi bunga melati gambir dengan cara esktraksi satu tahap adalah yang paling baik dengan rendemen absolute yang dihasilkan tertinggi (0,15-0,17%). Absolute yang dihasilkan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan musim hujan, terbanyak diperoleh pada bulan September (0,19%) dengan mutu absolute lebih baik yang ditunjukkan dengan total komponen yang lebih tinggi. Absolute melati hasil ekstraksi memiliki indek bias 1,45-1,46; bilangan asam 9,60-11,80; bilangan ester 129,07-130,73 dengan komponen kimia utama adalah benzyl acetate (6,74-7,90%), benzyl benzoate 2,58- 4, II %), cis jasmone (8,49-9,53%), linalool (3,59-5,40%), methyl jasmonate (0,81-0,86%), serta beberapa senyawa lainnya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pemilihan proses ekstraksi bunga melati agar menghasilkan rendemen min yak yang tinggi . The effect of extraction method and season on the yield and quality of jasmine absoluteUtilization of jasmine flower was limited. Traditionally, the flower is used for ritual offerings, decoration and tea fragrance. Through extraction, jasmine flower could produce jasmine oil which was useful for perfume, soap, medicine, other fragrant product, and aromatherapy. Jasmine absolute for that purposes have been imported with high price. This research aimed at finding out the optimum extraction technology: higher yield and quality of absolute and maximum solvent recovery. Fresh flower of Jasminum officinale harvested at Purbalingga regency, Central Java, were extracted using hexane. Randomized Block Design was used as experimental design on the study and the treatments were: one stages of extraction, two stage of extraction, and leaching of the waste flower continued by extraction of fresh flower conducted at rainy and dry season. The results showed that, one stage of extraction was the best treatment. The highest yield of absolute was of 0.15-0.17%. The absolute yield produced in dry season were higher than that of rainy season and characterized by good quality due to higher total component. The refractive index was 1.45-1.46, acid number 9.60-11.80 ester number 129.07-130.73 the essential oil composition were benzyl acetate (6.74-7.90%), benzyl benzoate (2.58-4.11%), cis-jasmone (8.49-9.53%), methyl jasmonate (0.81-0.86%), linalool (3.59-5.40%). The result of this study could be used as an appropriate method for jasmine oil extraction.
Aplikasi Asap Cair dan Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Untuk Memperpanjang Masa Simpan Buah Pepaya Slamet Budijanto; Sriani Sujiprihati; Dini Rizkyah; Sulusi Prabawati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n1.2011.11-18

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan anti fungi asap cair dan pelapisan gel lidah buaya dalam memperpanjang masa simpan buah pepaya. Penelitian dilakukan dengan rnenggunakan Rancangan Kelornpok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama perlakuan perendaman asap cair dan faktor kedua perlakuan pelapisan gel lidah buaya. Hasil penelitian perlakuan asap cair dapat menekan laju respirasi sedangkan perlakuan lainnya tidak dapat menghambat laju respirasi. Semua perlakuan tidak menurunkan susut bobot, dan padatan total terlarut (PTT). Perlakuan yang diberikan dapat memperpanjang masa simpan selama dua sampai tiga hari, dan dapat memperlambat pelunakan buah pepaya. Perlakuan asap cair, pelapisan gel lidah buaya dan kombinasi asap cair dan pelapisan gel lidah buaya sangat berpengaruh pada kesukaan panelis dalam menilai penampilan, aroma, rasa, tekstur dan warna daging buah pepaya. Buah pepaya yang diberi perlakuan pelapisan gel lidah buaya mempunyai mutu sensori yang lebih baik. . Liquid Smoke and Aloe vera Gel Application for Extending Shelf Life of PapayaThe aim of this research was to study the effect of liquid smoke and Aloe vera gel in extending shelf life of papaya fruit. This study used Randomized Complete Block Design (RCBD) with two factors. The first factor was liquid smoke. The second factor was of coating (C). comprising: without coating (Co) and with coating using Aloe vera gel (Cl). The result showed that liquid smoke treatment could suppressed the respiration rate significantly that the others could not. All of treatment did not influence to fruit weight loss and total solute solid. However, these treatments significantly extended self life for two to three days and delayed fruit softening. Moreover, the sensory analysis revealed that liquid smoke treatment resulted in significant fruit performance Improvement, and Aloe vera gel treatment significantly enhanced fruit flavor, smell, texture and color. Consumers preferred papaya fruit with Aloe vera gel coated treatment.