Johnny Budiman
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

The effect of kite fishing baits on the catch of needlefish (Tylosurus sp.) Mokodompit, Suniati; Reppie, Emil; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 1 (2015): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.1.2015.12433

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan cendro [Tylosurus sp.] dengan pancing layang-layang. Needlefish is one of the economically important fish resources from Bangka Strait North Minahasa regency. Common fishing gear used by fishermen is kite fishing. Although this gear is very simple and traditional, but its efficiency and selectivity of fishing have potential to meet the development of environmentally friendly and sustainable criteria. The success of kite fishing, relies on the availability of fish bait; therefore, the purpose of this research was to study the effect of kite fishing baits onneedlefish catch; and identify the types of fish caught. This research was done in Bangka Strait North of Minahasa, based on experimental method. Four kinds of bait were used as treatment, scad (Decapterus macarellus), sardine (Sardinella gibosa), anchovy (Stolephorus indicus) and artificial bait of plastic hose. Catch data were collected using 8 units of  kite fishing; and data analysis was done based on randomized block design. The catch was 61 fish in total consisting of Tylosurus crocodiles (57 fish) andTylosurus acus melanotus (4 fish). ANOVA showed that the difference of kite fishing baits caused high significant effect in catch of needlefish. The LSD for the treatment declared that the use of sardine bait wassignificantly different from anchovy, scad  and  artificial baits. The use of anchovy baits was also significantly different from scad and artificial baits,but there was no significant difference between scad baits and artificial baits. Ikan cendro merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting dari perairan Selat Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan adalah pancing layang-layang. Walapun alat ini sangat sederhana dan tradisional, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efesiensi penangkapan dan selektivitas dalam memenuhi pengembangan kriteria ramah lingkungan dan berkelanjutan. Keberhasilan pancing layang-layang sangat bergantung pada ketersedian ikan umpan, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis umpan pada pancing layang-layang terhadap tangkapan ikan cendro dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang  tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Bangka Minahasa Utara, didasarkan pada metoda eksperimental. Empat jenis umpan yang digunakan sebagai perlakuan, yaituikan layang(Decapterus macarellus), ikan sardin (Sardinella gibosa), ikan teri(Stolephorus indicus) dan umpan buatan selang plastik. Data tangkapan dikumpulkan mengunakan 8 (delapan) unit pancing layang-layang dan analisis data didasarkan pada rancangan acak kelompok. Tangkapan total sebanyak 61 ekor yang terdiri dari Tylosurus crocodiles (57 ekor)danTylosurus acus melanotus (4 ekor). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan umpan pada pancing layang-layang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan ikan cendro. Uji BNT untuk perlakuan menyatakan bahwa penggunaan umpan sardin berbeda sangat nyata dengan umpan teri, umpan layang dan umpan buatan. Penggunaan umpan teri juga berbeda dengan umpan layang dan umpan buatan tetapi tidak ada perbedaan antara umpan layang dan umpan buatan.
Implementation of Legal Fishing Operational Letter (LFOL) in 5 GT-tuna handline fishing boat in Bitung, Indonesia Lumempouw, Theodoor F.; Budiman, Johnny; Karwur, Denny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.2.2016.14447

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Penerapan Surat Laik Operasi (SLO) pada kapal perikanan tuna handline berukuran sampai 5-GT di Bitung, Indonesia This study was carried out in Bitung Oceanic Fishing Port (BOFP) focusing on fishing vessel operations and necessary documents, and tuna production. Data were analyzed using SWOT on legal fishing operation documents of handline tuna fishing boats up to 5-GT. Implementation of  legal fishing operation letter (LFOL) started in 2011. Mean catch was 82.565 kg/month under 182 boats/month. This study concluded that the readiness of legal umbrella, supporting facilities, and the human resources for fish resources management in the integrated service center to prevent the IUU Fishing in the Fisheries Management Authority of 715 and 716 were still not optimal. On the other hand, the impact of the legal fishing operation letter implementation on  the handline tuna fishing boat up to 5-GT has still not followed Marine and Fisheries Minister’s Regulation No. 45, 2014. Therefore, the study reccommends some revisions of the regulations to optimize the implementation in future. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (PPS Bitung) mengenai operasional dan kelengkapan kapal serta produksi ikan tuna. Analisis data menggunakan SWOT terhadap penerapan surat laik operasi (SLO) pada kapal perikanan tuna handline berukuran sampai 5-GT. Penerapan SLO telah dimulai sejak tahun 2011 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bitung. Jumlah rata-rata hasil tangkapan ikan pada perikanan handline tuna adalah sebanyak 82.565 kg/bulan dengan jumlah rata-rata 182 kapal/bulan. Dapat disimpulkan, bahwa kesiapan payung hukum, fasilitas pendukung dan SDM pengawasan/ pengendalian sumber daya ikan yang ada di Pos Pelayanan Terpadu dalam mengantisipasi IUU Fishing di WPP 715 dan WPP 716 masih belum optimal. Pelaksanaan penerbitan SLO bagi kapal perikanan berukuran sampai 5-GT masih  berbeda dengan penerapan Permen KP No. 45 Tahun 2014, sehingga perlu dilakukan revisi demi perbaikan produk regulasi dari Kementerian Perikanan Dan Kelautan Indonesia di masa datang.
Fishing season analysis of scad mackerel (Decapterus sp.) in North Sulawesi and its surrounding waters based on catch landing in Fish Landing Center of Tumumpa Majore, Erick P.; Luasunaung, Alfret; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 2, No 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.2.2.2014.12409

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Analisis pola musim penangkapan ikan malalugis (Decapterus sp.) di Perairan Sulawesi Utara dan sekitarnya berdasarkan hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Tumumpa Information on fishing season is important for fishing operations. This study used primary and secondary data. The former was obtained through interviews with fishing master of purse seiners and participation in fishing operations. The latter was taken from 5 years of catch data (2009 to 2013) available in the Landing Center of Tumumpa. Results showed that scad mackerels can be caught all year surveyed in April, May, June, and July, with the best season in May. Informasi tentang musim penangkapan penting dalam operasi penangkapan ikan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik wawancara terhadap pengelola kapal pajeko dan mengikuti kegiatan penangkapan ikan di daerah penangkapan, sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan di PPI Tumumpa dengan teknik pencatatan data produksi selama periode 5 tahun (2009-2013). Hasil analisis data menunjukkan bahwa ikan malalugis dapat ditangkap sepanjang tahun. Musim penangkapan ikan malalugis terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Juli dan musim penangkapan tertinggi terdapat pada bulan Mei.
The effect of several kinds of baits and moon phases on the catch of mangrove crab (Scylla serrata) with trap Kaim, Mukhlis A; Reppie, Emil; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1968

Abstract

Trap is one of the common fishing gears used by the fishermen to catch mangrove crabs. Using several kinds of bait could increase the fishing power of the traps. The objective of this research was to study experimentally the effect of several kinds of trap baits and moon phases toward the capture of mangrove crab. Catch data were collected using 12 units of traps,which operated in the estuary waters of Kalurae Village, Regency of Sangihe Islands. Four kinds of bait were used to trap: scads mackerel (Decapterus macarellus), little tuna (Euthynnus sp.), trevally(Caranx sp.) and chicken innards. Data were analyzed by randomized block design. Analysis of variance showed that different types of bait on the trap and moon phase caused highly significant effect on catch. Least significant differences test showed that using scads mackerel bait on the trap was not significantly different from little tuna bait, but differed significantly from trevally and chicken innards baits. Similarly, using little tuna bait was not significantly different from trevally bait, but differed significantly from chicken innards bait; and trevally bait was not different from chicken innards bait. Catching mangrove crabs with traps should use scads mackerel and little tuna baits, and be operated around the new moon phase© Bubu merupakan alat tangkap yang umum digunakan nelayan untuk menangkap kepiting bakau. Penggunaan beberapa jenis umpan, diduga dapat meningkatkan fishing power dari alat tangkap bubu. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis umpan bubu dan fase umur bulan di langit terhadap hasil tangkapan kepiting bakau; dikerjakan dengan metode eksperimental. Data tangkapan dikumpulkan dengan mengoperasikan 12 unit bubu, di perairan estuari Kampung Kalurae, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Empat jenis umpan yang diperlakukan, yaitu ikan layang (Decapterus macarellus), tongkol (Euthynnus sp.), selar (Caranx sp.) dan jeroan ayam. Data dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Kelompok. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis umpan pada bubu dan fase umur bulan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan. Uji Beda Nyata Terkecil menyatakan bahwa penggunaan jenis umpan layang pada bubu tidak berbeda nyata dengan umpan tongkol, tetapi berbeda sangat nyata dengan penggunaan umpan selar dan umpan jeroan. Demikian juga penggunaan umpan tongkol tidak berbeda nyata dengan umpan selar, tetapi berbeda sangat nyata dengan umpan jeroan; sedangkan penggunaan antara umpan selar dan jeroan tidak ada perbedaan yang nyata. Umpan ikan layang dan ikan tongkol serta fase umur bulan I dan fase IV memberikan hasil tangkapan kepiting bakau yang lebih baik©
The analysis of capture fisheries performance in Lembeh Island, Bitung City, North Sulawesi Arifin, Muhammad Z; Reppie, Emil; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 2 (2017): October
Publisher : AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.2.2017.24569

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Analisis keragaan perikanan tangkap Pulau Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi UtaraAccording to the statistics of 2014 Bitung City, fisheries production value of the city increased. This needs to be analyzed in order to establish whether the development provides economic benefit to the society and whether the fishing activities are efficient. The objectives of the study were to study the capture fisheries performance and its impact on the responsible fisheries management in Lembeh (as part of the Bitung City); to know the efficiency level of the fishing activities carried out by fishermen of Lembeh; and to analyze the economic benefit of the capture fisheries to the fishermen. The data were analyzed using descriptive methods. Results found that dominant fishing gears used by Lembeh fishermen were handlines(multihooks-handline, octopus handline, squid handline, and tuna handline), nets (beach seineand gill net), mini purse seine, and fish aggregating device (such as light boat). Those fishing gears were distributed in all villages of Lembeh. Efficient fishing activities are those with efficiency value of 1. From 111 fishermen respondents in Lembeh, 29 of them did efficient fishing operations. The range of investment needed for each fishing gear varied among different types. Mean fishermen’s exchange rate of Lembeh island was 1.29, meaning that there was positive impact of fishing activities on the fulfillment of family’s daily needs.Menurut data statistik Kota Bitung dalam angka tahun 2014, nilai produksi perikanan Kota Bitung mengalami kenaikan. Kenaikan ini perlu di analisis apakah memberi manfaat secara ekonomi kepada masyarakat dan apakah penangkapannya sudah efisien. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis keragaan perikanan tangkap dan dampaknya pada pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab di Pulau Lembeh (yang merupakan bagian dari Kota Bitung), 2) menetapkan tingkat efisiensi kegiatan perikanan tangkap yang telah dilakukan oleh nelayan di Pulau Lembeh, dan 3) menganalisa manfaat kegiatan perikanan tangkap secara ekonomi bagi para nelayan. Analisis data menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menujukkan, bahwa alat tangkap yang dominan dioperasikan oleh nelayan Pulau Lembeh adalah jenis handline(pancing noru, pancing, pancing gurita, pancing cumi, pancing tuna), soma (beach seinedan gillnet), mini purse seine(pajeko), dan pengumpul ikan (perahu lampu). Alat tangkap tersebut tersebar di seluruh kelurahan di Pulau Lembeh. Kegiatan penangkapan yang efisien adalah kegiatan penangkapan dengan nilai efisiensi 1. Dari 111 responden nelayan pulau Lembeh, 29 di antaranya melakukan operasi penangkapan yang efisien. Kebutuhan modal usaha masing-masing alat tangkap berbeda antara satu dan lainnya. Rata-rata Nilai Tukar Nelayan (NTN) di pulau tersebut adalah 1,29 di mana menunjukkan adanya dampak positif kegiatan penangkapan ikan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari.
THE CONTRIBUTION OF PURSE SEINE FISHERY HOME-BASED IN THE COASTAL FISHING PORT OF TUMUMPA ON GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP) OF MANADO Sjamsuddin, Gusari; Sitanggang, Effendi P; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7281

Abstract

The coastal fishing port of Tumumpa has a primary supply of marine fishes caught by purseseiners to fulfill the Manadonian needs. This descriptive study using literature and field research is to determine the contribution of purseseine fishery to the gross regional domestic product (GRDP) of Manado. The results showed that the sub-sector of fishery has a LQ (location quotient) < 1 (average 0.30). It means, the sub-sector of fishery in Manado is not an important sector in Manado. To fulfill the Manadonian needs, import of fish is expected to be necessary. The purseseine fishery has a high contribution to the GRDP of Manado, from 1.58% in 2003 to 82.5% in 2012 (annual average of 30.5%) with average growth of 71.5% per year, based on market price. The revenue of ship?s crews depends on each person's responsibility on the ship. Financial analysis concluded that purseseine fishery is economically feasible with R/C ratio varying from 1.09 to 1.22 (average 1.16). The operational costs must be the owners? responsibility, which reduces revenue disparity between owners and crews. Considering the lack of fish supply and the fact that marine fishes of North Sulawesi seawaters still have high potential, it is recommended to add some new purseseiners. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado menjadi pemasok utama ikan yang  tertangkap oleh kapal pukat cincin untuk masyarakat Kota Manado. Penelitian deskriptif yang menggunakan library research dan field research ini bertujuan mengetahui sampai sejauh mana kontribusi perikanan pukat cincin ini terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Manado. Dari analisis data diperoleh bahwa subsektor perikanan memiliki nilai LQ < 1 (rerata 0,30) yang berarti subsektor perikanan di Kota Manado bukanlah merupakan sektor basis bagi perekonomian Kota Manado. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari subsektor perikanan tersebut perlu dilakukan impor. Perikanan pukat cincin ini berkontribusi tajam dari tahun ke tahun terhadap PDRB Kota Manado, dari 1,6% tahun 2003 menjadi 82,5% tahun 2012 (rerata 30,5% per tahun), dengan kenaikan rerata 71,5% per tahun (ADHB). Pendapatan kru kapal dibedakan sesuai tugas dan tanggungjawab di kapal. Usaha perikanan pukat cincin ini layak secara finansial, dengan nilai R/C rasio 1,09 - 1,22 (rerata 1,16). Biaya operasional seyogianya menjadi tanggungan pemilik untuk mengurangi disparitas pendapatan antara pemilik dan kru kapal. Mengingat kurangnya pasokan ikan dan masih cukup tersedianya potensi lestari sumberdaya perikanan laut di perairan Sulawesi Utara, penambahan kapal pukat cincin seyogianya mutlak dilakukan.
DAMPAK PERIKANAN TANGKAP TERHADAP SUMBERDAYA IKAN DAN HABITATNYA DI PERAIRAN PANTAI TABUKAN TENGAH KEPULAUAN SANGIHE Tamarol, Joneidi; Luasunaung, Alfret; Budiman, Johnny
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 8, No 1 (2012)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.14 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.8.1.2012.387

Abstract

Overfishing and environmental degradation from fishing activities result in changes in aquatic ecosystems, and almost all fishing gears could cause habitat damages. This study attempted to evaluate the impact of different fishing gears utilized by traditional fishermen on the fish resources and their habitats and formulate an environmenttal friendly fishing fisheries concept. Data collection used two approaches, through a long-term catch analysis and a direct field observation on the fishing process. Results found that several fishing gears used were potential to cause damages on bottom habitats due to the operational technique and the treatment to the gear itself. Beside that, some gears were also potential to unbalance the stability and the the sustainability of the fish resources due to the utilization of excessively small-sized mesh. Based on the internal factor analysis strategy (IFAS) and the external factor analysis strategy (EFAS), the use of fish traps, circling gill nets, and turtle targeting hand lines in the coral reef area we­re potential to cause direct negative impact on the coral reefs and the sustainability of the fish resources.Keywords: impact, habitat damage, resources damage, over fishing, selectivity.   Kelebihan tangkap dan degradasi lingkungan dari kegiatan perikanan mengakibatkan perubahan ekosistem perairan dan hampir semua alat tangkap ikan dapat menyebabkan kerusakan habitat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dampak alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di perairan pantai Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe terhadap sumberdaya dan lingkungan dan merumuskan konsep kebijakan pengembangan perikanan tangkap yang ramah lingkungan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan dua pendekatan yakni menganalisis hasil tangkapan untuk jangka waktu yang panjang dan pengamatan langsung terhadap proses penangkapan ikan. Hasil menunjukkan bahwa beberapa alat tangkap yang digunakan berpotensi merusak habitat dasar perairan karena tehnik pengoperasiannya dan perlakuan terhadap alat tangkap tersebut. Di samping itu, beberapa jenis alat tangkap berpotensi merobah stabilitas dan keberlangsungan sumberdaya ikan karena penggunaan mata jaring berukuran sangat kecil. Berdasarkan strategi analisis faktor internal dan strategi analisis faktor eksternal, maka penggunaan bubu ikan, jaring insang lingkar, jala lempar dan ladung penyu di daerah terumbu karang memiliki dampak negatif bagi terumbu karang dan keberlanjutan sumberdaya ikan. Kata kunci: dampak, kerusakan habitat, kerusakan sumberdaya, tangkap lebih, selektivitas.
PENGARUH POSISI TALI UTAMA DAN KECEPATAN ARUS TERHADAP GERAKAN SWINGING DAN DIVING DARI MODEL TROLLING BOARD Budiman, Johnny; Mathias, Yan A; Katiandagho, Elof M; Kalangi, Patrice NI; Telleng, Aglius RT; Reppie, Emil; Kumajas, Henry J
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.619 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.7.1.2011.14

Abstract

Trolling board is an important troll line accessory which can produce swinging and diving movements of the lure. A laboratory study on the effect of trolling board main line position and current speed on swinging and diving movements was done in a water circulating tank at the Faculty of Fisheries and Marine Science, Sam Ratulangi University. At low speed, the widest swing reached at main line position near the center of trolling board, but at high speed, it reached main line position near the fore tip. Swinging frequency decreased with the current speed. The depth of diving increased as the main line position got closer to the tip and increased with current speed.
Characteristics and potential development strategy for coastal women in the management of coastal resources in Manado City Rondonuwu, Deyne; Paruntu, Carolus P; Erens, Kaparang; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7282

Abstract

Characteristics and potential of women for coastal development strategies in the management of coastal resources in the coastal city of Manado were studied. The characteristic components of coastal women who participated, included: (1) the composition of coastal women based on the total number of inhabitants, level of education and type of employment, (2) women's income as a contribution to the family income of coastal fishermen, (3) the portion of government budget earmarked for women's empowerment in coastal areas, and (4) coastal women's participation in educational activities and training. The study formulated five women's potential coastal development strategies through SWOT analysis, namely: (1) managing coastal resources sustainably by coastal women, (2) increasing access to capital for the business development of coastal women, (3) increasing government budget allocations for coastal women's empowerment, (4) improving the education and skills of coastal women, (5) women's empowerment in the development of coastal area reclamation, waste management and the improvement of the quality of fishery commodities and handicrafts. The results of this study showed that the women in the coastal city of Manado as  resource managers are one of the great development potentials. However, this has not been well managed strategically and developed by the Government.  It is recommended to Manado City Government to be more focused on empowering coastal women in the management of coastal resources for the well-being of coastal communities and fishermen. Karakteristik dan strategi pengembangan potensi perempuan pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir di enam kelurahan pesisir Kota Manado, yaitu:  Kelurahan Bunaken, Tumumpa II, Tongkaina, Malalayang I Timur, Wenang Selatan dan Sario Utara dikaji.  Komponen karakteristik perempuan pesisir yang diuji, meliputi: (1) komposisi perempuan pesisir berdasarkan jumlah total jiwa, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, (2) kontribusi pendapatan perempuan pesisir  terhadap pendapatan keluarga nelayan, (3) besarnya bantuan pemerintah dalam APBD terhadap pemberdayaan perempuan pesisir, dan (4) partisipasi perempuan pesisir dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.  Ada lima strategi pengembangan potensi perempuan pesisir melalui analisis SWOT, yaitu: (1) mengelola sumber daya pesisir yang berkelanjutan berbasis perempuan pesisir, (2) meningkatan akses permodalan bagi pengembangan usaha perempuan pesisir, (3) meningkatkan alokasi APBD Pemerintah untuk pemberdayaan perempuan pesisir, (4) meningkatkan pendidikan dan ketrampilan perempuan pesisir, (5) memberdayakan perempuan pesisir dalam pembangunan kawasan reklamasi pantai, pengelolaan sampah dan peningkatan kualitas komoditi hasil perikanan dan kerajinan.  Hasil kajian memperlihatkan bahwa perempuan pesisir Kota Manado dalam pengelolaan sumber daya pesisir merupakan salah satu potensi sumber daya yang besar, namun belum dikelola dan dikembangkan secara strategis oleh Pemerintah.  Untuk itu disarankan kepada Pemerintah Kota Manado agar lebih fokus dalam membangun perempuan pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir untuk kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan.
Management of scad fisheries (Decapterus spp.) in Sulawesi Sea Waters, North Sulawesi Province, using EAFM Puansalaing, Deysy M.; Budiman, Johnny; Boneka, Farnis B.; Makapedua, Daisy M.; Lasut, Markus T.; Ngangi, Edwin L.A.; Sumilat, Deiske A.; Darmono, Oktaviano P.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 9, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.9.1.2021.32468

Abstract

There are a large variety and quite abundant types of small pelagic fish that have high economic value in the Sulawesi Sea. One of which is the blue scad fish or commonly known as malalugis (Decapterus macarellus). This study aims to analyze and determine the status of scad fisheries management and to develop recommendations in the management of scad fisheries in the waters of Sulawesi Sea, North Sulawesi Province. The evaluation of fishery management status is carried out using multi-criteria analysis (MCA) through the development of composite index of each indicator of Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM). The results showed that, in general, the status of scad fisheries management in North Sulawesi Province, was in ‘good’ category, specifically reviewed from the domain of fish resources fall into the category of “medium”, habitat and ecosystem “good”, fishing techniques “good”, economy “not good”, social “medium” and institutional “good”. Management actions take precedence over domains that have “poor” indicator values. Priority management action is implemented in the economic domain, followed by the domain of fish resources, social, institutional and fishing techniques.Indonesian title: Pengelolaan perikanan ikan layang (Decapterus spp.) di perairan Laut Sulawesi, Provinsi Sulawesi Utara, menggunakan EAFM