Zulfikar, Andi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia 29111

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KAJIAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA DI PERUMNAS SUNGAI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG Saputri, Anggun; Zulfikar, Andi; Melani, Winny Retna
Dinamika Maritim Vol 5 No 1 (2015): Dinamika Maritim, Vol. 5 No. 1, April, 2015
Publisher : Coastal and Marine Resources Research Center, Raja Ali Haji Maritime University, Tanjungpinang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.301 KB)

Abstract

Kecamatan Bukit Bestari merupakan salah satu Kecamatan di Kota Tanjungpinang yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat yakni sebesar 925 Jiwa/Km2. Letak lokasi Perumnas Sungai Jang yang berada di wilayah pesisir tentu saja berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran laut karena pada umumnya limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga tersebut langsung dibuang atau dilepaskan menuju pembuangan akhir (outlet) yang bermuara ke laut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar beban pencemaran yang dihasilkan air limbah rumah tangga di Perumnas Sungai Jang terhadap perairan laut Sungai Jang serta menganalisis tingkat pencemaran air limbah di lokasi tersebut. pengumpulan data di lapangan pada 9 titik stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang dikumpulkan adalah data kondisi perairan dan debit perairan. Hasil analisis Indeks Pencemaran di Perumnas Sungai Jang yang terkategori dalam tingkat tercemar ringan menuju tercemar sedang yaitu sebesar 4,8. Beban pencemaran yang terdapat di Perumnas Sungai Jang pada telah melewati beban standar yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan penggunaan air oleh PDAM. Beban pencemaran dari parameter padatan tersuspensi terlarut sebesar 2634,022 kg/hari, parameter BOD sebesar 2702,262 kg/hari, parameter minyak dan lemak sebesar 243,953 kg/hari, serta parameter deterjen sebesar 40,907 kg/hari
NILAI EKONOMI EKOSISTEM PADANG LAMUN DESA BERAKIT KAB.BINTAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Agustina, Leni; Zen, Linda Waty; Zulfikar, Andi
Dinamika Maritim Vol 5 No 1 (2015): Dinamika Maritim, Vol. 5 No. 1, April, 2015
Publisher : Coastal and Marine Resources Research Center, Raja Ali Haji Maritime University, Tanjungpinang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.117 KB)

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi serta manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Berbagai aktifitas yang dilakukan diwilayah pesisir berdampak pada degradasi habitat dan keanekaragaman hayati. Pemanfaatan yang dilakukan akan memberikan pengaruh terhadap Struktur komunitas padang lamun dan juga berkaitan dengan nilai ekonomi ekosistem padang. Penilaian ekonomi merupakan komponen penting dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.
KAJIAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA DI PERUMNAS SUNGAI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG Saputri, Anggun; Zulfikar, Andi; Melani, Winny Retna
Dinamika Maritim Vol 5 No 1 (2015): Dinamika Maritim, Vol. 5 No. 1, April, 2015
Publisher : Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Bukit Bestari merupakan salah satu Kecamatan di Kota Tanjungpinang yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat yakni sebesar 925 Jiwa/Km2. Letak lokasi Perumnas Sungai Jang yang berada di wilayah pesisir tentu saja berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran laut karena pada umumnya limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga tersebut langsung dibuang atau dilepaskan menuju pembuangan akhir (outlet) yang bermuara ke laut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar beban pencemaran yang dihasilkan air limbah rumah tangga di Perumnas Sungai Jang terhadap perairan laut Sungai Jang serta menganalisis tingkat pencemaran air limbah di lokasi tersebut. pengumpulan data di lapangan pada 9 titik stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang dikumpulkan adalah data kondisi perairan dan debit perairan. Hasil analisis Indeks Pencemaran di Perumnas Sungai Jang yang terkategori dalam tingkat tercemar ringan menuju tercemar sedang yaitu sebesar 4,8. Beban pencemaran yang terdapat di Perumnas Sungai Jang pada telah melewati beban standar yang diperbolehkan berdasarkan perhitungan penggunaan air oleh PDAM. Beban pencemaran dari parameter padatan tersuspensi terlarut sebesar 2634,022 kg/hari, parameter BOD sebesar 2702,262 kg/hari, parameter minyak dan lemak sebesar 243,953 kg/hari, serta parameter deterjen sebesar 40,907 kg/hari
NILAI EKONOMI EKOSISTEM PADANG LAMUN DESA BERAKIT KAB.BINTAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Agustina, Leni; Zen, Linda Waty; Zulfikar, Andi
Dinamika Maritim Vol 5 No 1 (2015): Dinamika Maritim, Vol. 5 No. 1, April, 2015
Publisher : Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi serta manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Berbagai aktifitas yang dilakukan diwilayah pesisir berdampak pada degradasi habitat dan keanekaragaman hayati. Pemanfaatan yang dilakukan akan memberikan pengaruh terhadap Struktur komunitas padang lamun dan juga berkaitan dengan nilai ekonomi ekosistem padang. Penilaian ekonomi merupakan komponen penting dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.
Kajian Hubungan Allometrik dan Biomassa Lamun Thalassia hemprichii sebagai Bioindikator Lingkungan Andi Zulfikar; Mennofatria Boer; Luky Adrianto; Reny Puspasari
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 25 No. 3 (2020): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.25.3.356

Abstract

Seagrass has long been known to be very sensitive to environmental changes, especially caused by human activities (anthropogenic disturbance) and has been used as a bioindicator for environmental condition. This research aimed to study interaction of Thalassia hemprichii measured and derived variables (metrics), at two locations i.e., inhabited island (high anthropogenic location) and uninhabited island (low anthropogenic location). Confirmative approach was conducted using a developed conceptual model based on preliminary studies, the conceptual model was analyzed in multivariate context using data from field observation. The result showed that Thalassia hemprichii dominated and have higher above ground biomass value in inhabited area which indicated high nutrient input, meanwhile uninhabited area showed a higher below ground biomass value. Above ground of Thalassia hemprichii that have direct effect on its biomass and below ground metrics was leaf width, meanwhile leaf length of Thalassia hemprichii have indirect effect on its biomass and below ground metrics. The result also indicated some different metric covariations which were influenced by the degree of Thalassia hemprichii density. Leaf length, leaf width, density, and percent cover of Thalassia hemprichii potentially could be used as components in multimetric index and bioindicator for environmental quality. Keywords: anthropogenic disturbance, path analysis, structural equation modeling, Thalassia hemprichii
PENJARINGAN ISU STARTEGIS PERMASALAHAN PENGELOLAAN WADUK SUMBER AIR BAKU DI PULAU BINTAN Winny Retna Melani; Tri Apriadi; Wahyu Muzammil; Andi Zulfikar; Deni Sabriyati
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2021): Jurnal Panrita Abdi - Juli 2021
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v5i3.11073

Abstract

Abstract. Bintan Island has limited freshwater stock. Fulfillment of raw water is obtained by four existing main reservoirs: Sei Pulai, Sei Gesek, Kolong Enam, and Sei Jago. These reservoirs have some problems that can affect the quality and quantity of raw water. The objective of this community empowerment was to facilitate communication between stakeholders who had an interest in capturing strategic issues related to reservoir management problems in Bintan Island. This activity was carried out through a focused discussion forum (FGD) involving stakeholders related to reservoir management on Bintan Island. Stakeholders came from various government agencies and related institutions. Based on the stages of activities that had been carried out, the facilitator activities have succeeded in getting strategic issues on the problem of raw water reservoirs in Bintan Island. The study involving all stakeholders (academics, government, non-governmental organizations) needs to be carried out to manage the reservoir in Bintan Island in a sustainable manner. In addition, intersectoral synergy management is required through water resources forums.               Abstrak. Pulau Bintan memiliki keterbatasan ketersediaan air tawar. Pemenuhan kebutuhan air baku diperoleh dari empat waduk uama yang ada: Sei Pulai, Sei Gesek, Kolong Enam, dan Sei Jago. Waduk-waduk tersebut memiliki permasalahan yang dapat memengaruhi kualias dan kuantitas ketersediaan air. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memfasiliasi komunikasi antar stakeholder yang memiliki kepentingan dalam rangka menjaring isu-isu strategis terkait permasalahan pengelolaan waduk di Pulau Bintan. Kegiatan dilakukan melalui rangkaian kegiatan forum diskusi terarah (FGD) yang melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan waduk di Pulau Bintan. Stakeholder berasal dari berbagai instansi pemerintahan dan lembaga terkait.  Berdasarkan tahapan kegiatan yang telah dilakukan, Tim Pelaksana kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat telah berhasil mendapatkan isu-isu strategis permasalahan waduk sumber air baku di Pulau Bintan. Kajian komprehensif melibatkan semua stakeholder (Akademisi, Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat) perlu dilakukan dalam rangka pengelolaan waduk di Pulau Bintan secara berkelanjutan. Selain itu, diperlukan pengelolaan sinergis lintas sektor melalui wadah/ forum sumber daya air.
Qualitative Loop Analysis of Social-Ecological Connectivity: The Case of Bima Bay, West Nusa Tenggara Munawar Munawar; Luky Adrianto; Mennofatria Boer; Zulhamsyah Imran; Andi Zulfikar
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 8, No 1 (2020): ECSOFiM Oktober 2020
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2020.008.01.01

Abstract

The coastal area of Bima Bay will continuously experience increased development for the next few years along with its city development as “Waterfront City” and as a tourism village by the decision letter of the West Nusa Tenggara governor. The data used in this research are primary and secondary data with a purposive sampling method. The analysis results show that: 1) the basic network model does not significantly differ from the simulation model, 2) loop analysis based on seven scenario simulations combines six nodes with the assumption that if node Up, Ad, Hp, P, and Jv is unavailable, so the nodes gaining negative effect are Tt, Ti, Sp, II, Ic, and Dw. Sustainable management effort of the ecosystem in Bima Bay by observing the network connection between SES components to find out the component giving positive and negative effects in management policy-making. The simulation model using the goodness of fit test for model statistic obtains p-value 0.96 which means H0 received since p-value 0.96 > 0.05 points. There need sustainable efforts to maintain the Bima Bay ecosystem by observing the impact of network relation across the components in SES to find out the component with positive and negative impact in making management policies.
PERKEMBANGAN KONDISI SUMBERDAYA IKAN KARANG DAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN SUMATERA BARAT SEBAGAI DAMPAK PEMBENTUKAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN TWP P. PIEH Puput Fitri Rachmawati; Regi Fiji Anggawangsa; Reny Puspasari; Rita Rachmawati`; Andi Zulfikar
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.2.2021.%p

Abstract

Pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan untuk menjaga ekosistem, mengelola konflik dalam pemanfaatan sumberdaya, serta memfasilitasi pemanfaatan sumberdaya secara efektif. Adanya KKP memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk pulih dan berkembang yang berujung dengan memberikan dampak yang positif untuk perbaikan kondisi ekosistem. Untuk mengetahui adanya dampak dari KKP terhadap kondisi sumberdaya ikan perlu dilakukan berbagai upaya pendekatan baik melalui kelimpahan, biomassa, maupun stok. Kemudian untuk mengetahui dampak KKP terhadap perkembangan ekosistem terumbu karang dilakukan pemetaan citra satelit untuk melihat perubahan dari waktu ke waktu serta perkembangan luasan tutupan terumbu karang. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan kondisi sumber daya ikan karang dan ekosistem terumbu karang di perairan Sumatera Barat sebagai dampak dari pembentukan KKP di TWP P. Pieh. Data yamg digunakan berupa data statistik perikanan serta data citra Landsat 05 (2009-2011) dan Landsat 08 (2014-2019). Perhitungan analisis profil dan analisis non-ekuilibrium model surplus produksi menggunakan alat bantu berupa SPSSTM, Notepad++TM, perangkat lunak ASPIC7TM, dan Kobe Plot I_II version 5TM. Analisis deteksi perubahan luasan terumbu karang menggunakan bantuan perangkat lunak Quantum GIS 3 dan R programming language (versi 4.0.2). Hasil analisis menunjukkan bahwa TWP P. Pieh belum secara maksimal berperan sebagai penyedia stok ikan karang yang dapat menyuplai kebutuhan biomassa ikan karang di perairan Sumatera Barat dan menyeimbangi tekanan penangkapan yang ada. Di sisi lain adanya pengelolaan TWP P. Pieh memberikan peningkatan terhadap kelimpahan dan biomassa ikan karang yang berbanding lurus dengan persentase luasan tutupan karang yang ada di dalam kawasan TWP P. Pieh. The establishment of marine conservation areas (MPA) contributes to sustainable development to maintain ecosystems, manage conflicts in using resources, and effectively facilitate using resources. The existence of MPAs provides an opportunity for ecosystems to recover and develop, which leads to a positive impact on improving ecosystem conditions. To determine the effects of MPA’s on fish resource conditions, various approaches need to be made, such as abundance, biomass, and stock. After that, satellite imagery mapping was carried out to find out the impact of the MPA on the development of coral reef ecosystems and the percentage of the coral cover area from time to time. This study aims to analyze the result of the condition of reef fish resources and coral reef ecosystems around the waters of West Sumatra due to the formation of the MPA in TWP P. Pieh. The data used are fishery statistics (1996-2019) and Landsat 05 (2009-2011), and Landsat 08 (2014-2019) image data. Calculation of profile analysis and non-equilibrium production surplus model using tools such as SPSS, Notepad++TM, ASPIC7TM software, and Kobe Plot I_II version 5TM. Study the detection of coral reef area changes using Quantum GIS 3 software and R programming language (version 4.0.2). The analysis results show that TWP P. Pieh has not optimally played a role as a provider of reef fish stocks that can supply the needs of reef fish biomass and balance the existing fishing pressure in the West Sumatra waters. However, TWP P. Pieh can be seen in the abundance and biomass of reef fishes ecosystems, which positively correlates with the percentage of coral cover area in TWP P. Pieh.
Pengenalan Biota Akuatik Aliran Sungai Senggarang dengan E-Katalog Melalui Pembelajaran Tatap Muka Sesuai Protokol Kesehatan Covid-19 Wahyu Muzammil; Tri Apriadi; Winny Retna Melani; Andi Zulfikar; Deni Sabriyati
Unri Conference Series: Community Engagement Vol 3 (2021): Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/unricsce.3.324-332

Abstract

Small islands have short rivers characteristics, small catchment areas so that the ability to absorb rainwater into the ground is also reduced, such as the flow of rivers in Senggarang, Tanjungpinang City. Research related to aquatic biodiversity in Senggarang river flow has been carried out, the availability of information about the freshwater ecosystems that exist there is an interesting thing to inform the high school students as a generation of learners who lived near Senggarang river. The introduction of the aquatic biota of Senggarang river is expected to increase the sense of care, willingness, and insight in saving the resources of aquatic biota of Senggarang river flow will be sustainable. An introduction to the aquatic biota of the Senggarang river flow with the participants of class XI State High School 6 Tanjungpinang. The activity was carried out in three stages, namely a pre-test of knowledge about aquatic biota of the Senggarang river flow through quizizz media, education of any aquatic biota in the Senggarang river through e-catalog media containing pictures and descriptions of biota identification, and post-test with the same questions as the pre-test through the quizizz media to measure the extent to which students recognition, knowledge, and understanding have increased regarding the aquatic biota of the Senggarang river. The level of recognition, knowledge, and understanding of students increased from a very low–moderate range to a moderate–high range. Teaching media in the form of an e-catalog is very effective in introducing aquatic biota from the Senggarang river flow, according to the target stakeholders who are still in high school education.
Kelimpahan Fitoplankton dan Kaitannya dengan Beberapa Parameter Lingkungan Perairan di Estuari Sei Carang Kota Tanjungpinang Nurhidayah Rahmah; Andi Zulfikar; Tri Apriadi
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.32945

Abstract

Perairan Sei Carang merupakan estuari di Kota Tanjungpinang. Wilayah estuari adalah perairan yang subur karena kaya akan nutrien yang akan berdampak terhadap melimpahnya fitoplankton. Fitoplankton memegang peranan penting di perairan karena sebagai makanan bagi organisme lain. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keterkaitan antar parameter lingkungan perairan terhadap kelimpahan fitoplankton, mengetahui parameter lingkungan perairan yang memengaruhi kelimpahan fitoplankton, serta pengaruh jarak dari daratan yang memiliki ekosistem mangrove terhadap kelimpahan fitoplankton. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis laboratorium. Parameter yang diukur adalah parameter fisika dan kimia. Pengambilan sampel air untuk analisis fitoplankton dengan metode random sampling sebanyak 30 titik saat surut dengan menggunakan metode statis secara horizontal. Pengambilan sampel air untuk analisis nutrien dikomposit menjadi 18 titik terdekat. Analisis untuk parameter perairan menggunakan korelasi dan regresi berganda, sedangkan analisis pengaruh jarak menggunakan ANOVA. Hasil keterkaitan antar parameter lingkungan perairan terhadap kelimpahan fitoplankton yaitu parameter suhu berkorelasi kuat, oksigen terlarut berkorelasi rendah, dan fosfat (PO4) berkorelasi kuat. Untuk parameter yang memengaruhi kelimpahan fitoplankton adalah parameter suhu dan fosfat (PO4) dengan nilai determinasi sebesar 65,1%. Sedangkan dekat atau jauh jarak dari daratan yang memiliki ekosistem mangrove ke titik sampling tidak memberikan pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan Sei Carang Kota Tanjungpinang, karena perairan tersebut masih dalam satu area lokasi yang sama (homogen) sehingga tidak beda nyata pengaruh jarak dari daratan terhadap kelimpahan fitoplankton.     Sei Carang waters is a estuary in Tanjungpinang City. Estuary areas are high trofic level because they are high nutrient concentration that cause an abundance of phytoplankton. Phytoplankton plays an important role in the waters because it serves as food for other organisms. The objectives of this research were to determine the relationship between aquatic environmental parameters to the abundance of phytoplankton, parameters of the aquatic environment affect the abundance of phytoplankton, and the effect of distance from land that has mangrove ecosystems on the abudance of phytoplankton. The method used in this research was survey method and laboratory analysis. The parameters measured are physical and chemical. Water sampling for phytoplankton analysis taken by random method with 30 points at low tide using the static method horizontally. Then water samples for nutrient analysis in the composite were taken the nearest 18 points. Analysis for water parameters used correlation and multiple regression, while the analysis of the effect of distance used ANOVA. The results of the relationship between aquatic environmental parameters to the abundance of phytoplankton is temperature parameters are strongly, dissolved oxygen (DO) low correlated, and phosphate (PO4) is strongly correlated. For parameters that affects the abundance of phytoplankton, temperature and phosphate (PO4) parameters with a determination value of 65,1%. While near or far the distance from the mainland that has mangrove ecosystems to the sampling point does not effect the abudance of phytoplankton in the waters of Sei Carang Tanjungpinang City, because the waters are still in the same location area (homogeneous) so there is no significant difference in the effect of distance from the mainland on the abudance of phytoplankton.