Susiana Candrawati
FK UNSOED

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERBEDAAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK ANTARA REMAJA DESA DAN KOTA DI KABUPATEN BANYUMAS Dicaraka, Benza Asa; Candrawati, Susiana; Wicaksono, Madya Ardi
MANDALA of Health Vol 7, No 1 (2014): Mandala Of Health
Publisher : Jurusan Kedokteran FK Unsoed

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Physical activity is movement of the body produced by skeletal muscle contraction that increase energy expenditure. Low levels of physical activity or sedentary behavior is one of the behavioral tendency of the current world population. The research on levels of physical activity in adolescents in rural and urban areas have never done before. Although many differences between rural and urban are indirectly affect the level of physical activity.Objective: The aim of this study is to knowing the different levels of physical activity between rural and urban adolescents at Banyumas Regency.Methods: This study was conducted by using observational analytic cross sectional design with 72 adolescents as respondents. The respondents were high school students derived from 4 high schools of urban and rural area, 2 schools each. Each respondents from school of rural and urban were 36 respondents. Physical activity level was assessed with GPAQ questionnaire.Results: Analysis for the differences of physical activity level was using paired T-test analysis. Univariate analysis showed a mean rate of rural adolescent’s physical activity 2272.78±3165.26 MET/week and a mean rate of urban adolescents’s physical activity 2321.89±2387.91. Bivariate analysis showed no significant differences of physical activity level between rural and urban adolescents (p=0,249).Conclusion: There was no different level of physical activity between rural and urban adolescents at Banyumas Regency
PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP STRES OKSIDATIF Candrawati, Susiana
MANDALA of Health Vol 6, No 1 (2013): Mandala Of Health
Publisher : Jurusan Kedokteran FK Unsoed

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

At the moment, degenerative diseases have become the highest cause for morbidity and mortality in the world. One of the risk factors for degenerative disease to develop is low physical activity. Several theories revealed that there is a relationship between physical activity and oxidative stress, which is one of the basic pathogenesis of degenerative diseases. Physical activity have acute respon to increase the oxidative stress by several mechanism : hyperoxic injury in mitochondria, ischemia – reperfusion injury and inflammation. Besides that, reguler physical activity can cause chronic respon to decrease the oxidative stress by several mechanism : increasing proteasome activity & DNA repairing enzyme, decreasing DNA binding by redox-sensitive transcription factors (NF-κB, AP-1, MAPK, dan CREB) and increasing endogenous antioxydant (superoxide dismutase / SOD & glutathione peroxidase / GSH-px). Therefore, it is important to perform reguler physical activity for the prevention of degenerative disease in the future
Senam Aerobik Meningkatkan Daya Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas Candrawati, Susiana; Sulistyoningrum, Evy; Prakoso, Dicky Bramantyo agung; Pranasari, Nurvita
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.327 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.01.14

Abstract

Kurang beraktivitas fisik berkaitan erat dengan risiko timbulnya penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif. Salah satu aktivitas fisik yang saat ini banyak diminati adalah senam aerobik. Daya tahan jantung paru dan fleksibilitas sangat penting bagi produktivitas hidup dan penurunan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh latihan aerobik terhadap daya tahan jantung paru dan fleksibilitas, akan tetapi penelitian tentang senam aerobik sebagai salah satu bentuk latihan aerobik belum banyak dilakukan. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh senam aerobik terhadap fleksibiltas dan daya tahan jantung paru. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre and post test design. Sebanyak 33 individu berusia 15–25 tahun diperiksa fleksibilitas dan daya tahan jantung paru di Laboratorium Fisiologi Kedokteran Unsoed sebelum dan sesudah melaksanakan program latihan fisik senam aerobik selama 12 minggu di Sanggar Senam Sisca Purwokerto. Fleksibilitas diukur dengan metode Sit and Reach Test, sedangkan daya tahan jantung paru diukur dengan metode Quenns Collegge Step Test. Data sebelum dan sesudah intervensi senam aerobik dianalisis menggunakan perangkat lunak komputer dengan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon. Terdapat pengaruh bermakna senam aerobik terhadap fleksibiltas (p=0,002) dan daya tahan jantung paru (p<0,001), yaitu meningkatkan fleksibilitas (33,78 cm menjadi 36,45 cm) dan meningkatkan daya tahan jantung paru (18,48 menjadi 22,08). Dapat disimpulkan senam aerobik berpengaruh terhadap fleksibilitas dan daya tahan jantung paru.
Hubungan Polimorfisme Gen ACTN3 dengan Kelincahan, Daya Ledak, dan Kecepatan candrawati, susiana; Gumilas, Nur Signa Aini; Kusuma, Muhammad Nanang Himawan; Adiningtyas, Pradani Eva; Sucipto, Muhammad Cahya Riadi; Rahmah, Sarah Shafira Aulia
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 4 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.091 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.04.8

Abstract

Komponen biomotorik kelincahan, daya ledak, dan kecepatan merupakan komponen yang harus dimiliki atlet sepak bola. Penelusuran genetik dapat menjadi salah satu metode talent profiling pada atlet sepak bola. Talent profiling belum pernah dilakukan pada kalangan atlet Indonesia terutama atlet yunior seperti atlet Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepak Bola di (Universitas Jenderal Soedirman) UNSOED. Salah satu gen yang berhubungan dengan performa adalah gen ACTN3. Gen ACTN3 yang merupakan gen pengkode protein α-aktinin-3 pada serabut otot tipe cepat, diduga berpengaruh terhadap kelincahan, daya ledak dan kecepatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan polimorfisme gen ACTN3 dengan kelincahan, daya ledak dan kecepatan otot pada atlet sepakbola. Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan subjek pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling. Subjek pada penelitian ini adalah 82 atlet yang mengikuti UKM sepak bola Universitas Jenderal Soedirman. Metode PCR-RFLP dan elektroforesis digunakan untuk melihat polimorfisme gen ACTN3. Sedangkan pengukuran komponen biomotorik menggunakan tes agilitas Illinois (kelincahan), jump meter digital (daya ledak) dan tes sprint 30 meter (kecepatan). Analisis data menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan p=0,05. Terdapat hubungan bermakna antara polimorfisme gen ACTN3 dengan daya ledak otot (p=0,027) dan tidak terdapat hubungan bermakna antara polimorfisme gen ACTN 3 dengan kelincahan (p=0,084) dan kecepatan (p=0,507). Rerata terbaik ketiga komponen biomotorik terdapat pada alel RR gen ACTN 3. Disimpulkan terdapat hubungan antara polimorfisme gen ACTN3 dengan daya ledak otot, tapi tidak terdapat hubungan antara polimorfisme gen ACTN 3 dengan kelincahan dan kecepatan pada atlet sepakbola.
Hubungan Polimorfisme Gen ACTN3 dengan Performa Otot pada Atlet UKM Sepak Bola Universitas Jenderal Soedirman AG, Nur Signa; Candrawati, Susiana; HK, Mohammad Nanang
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.01.15

Abstract

ACTN3 merupakan gen penyandi protein alfa aktinin 3, dan pada gen ini ditemukan single nucleotide polymorphism (R577X) yang menyandi kodon stop prematur, menyebabkan defisiensi protein alfa aktinin 3. Performa atlet ditentukan oleh performa otot. Performa otot terdiri dari kekuatan dan ketahanan otot. Adanya polimorfisme gen ACTN3 menunjukkan bahwa ada pengaruhnya terhadap performa otot pada atlet. Genotip RR bermanfaat untuk aktivitas kekuatan (strength) dan genotip XX bermanfaat untuk aktivitas ketahanan (endurance). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara polimorfisme gen ACTN3 dengan kekuatan dan ketahanan otot. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Subjek penelitian ini adalah atlet UKM Sepak Bola Universitas Jenderal Soedirman usia 18-25 tahun, IMT 18,5-25,0 kg/m2, berjumlah 77 orang. Kekuatan otot diukur dengan menggunakan metode leg strength test, ketahanan otot diukur dengan menggunakan tes half squat jump selama 1 menit dan polimorfisme gen ACTN3 diidentifikasi menggunakan metode PCR-RFLP dari sampel darah subjek penelitian. Uji One Way Anova digunakan untuk mengetahui hubungan polimorfisme gen ACTN3 dengan kekuatan dan ketahanan otot. Hasil studi menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara polimorfisme gen ACTN3 dengan kekuatan dan ketahanan otot  pada atlet UKM sepak bola Universitas Jenderal Soedirman.
Plyometric Training Memperbaiki Kelincahan Otot dan Kecepatan Lari Sprint pada Laki-laki Muda Mustofa, Mustofa; Candrawati, Susiana; Fatchurohmah, Wiwiek
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 30, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2019.030.03.8

Abstract

Kelincahan otot dan kecepatan sprint merupakan komponen skill related fitness yang dapat menunjang performa dan teknik dasar seorang atlet. Plyometric training merupakan latihan dengan karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat serta merupakan kombinasi latihan isometrik, isotonik dan isokinetik sekelompok otot. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kelincahan otot dan kecepatan sprint sebelum dan sesudah plyometric training pada laki-laki muda. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental jenis pre and posttest without control. Subjek penelitian berjumlah 25 orang laki-laki muda, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, direkrut dengan metode consecutive sampling. Plyometric training dilaksanakan dengan frekuensi 2 kali seminggu selama 5 minggu. Pengukuran kelincahan otot dilakukan menggunakan metode agility t test dan kecepatan sprint menggunakan metode tes sprint 30 meter. Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Rerata kelincahan otot subjek meningkat dari 12,98±1,45 detik menjadi 12,21±1,32 detik. Rerata kecepatan sprint subjek meningkat dari 6,68±0,68 m/detik menjadi 7,07±0,71 m/detik. Uji analisis T berpasangan menunjukan terdapat perbedaan bermakna antara kelincahan otot dan kecepatan sprint sebelum dan sesudah plyometric training,p=0,0001 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kelincahan otot dan kecepatan sprint sebelum dan sesudah plyometric training selama 5 minggu. Plyometric training meningkatkan kelincahan otot dan kecepatan sprint.
Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Pinggang Mahasiswa Candrawati, Susiana
Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 06 No. 2 (2011)
Publisher : Jurusan Keperawatan FIKES UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jks.2011.6.2.335

Abstract

At the moment, chronic disease have become the highest cause for morbidity and mortality in the world. One of the risk factors for chronic disease to develop is low physical activity. Obesity, which is determined by body mass index (BMI) and excessive waist circumference may be risk to cardiovasculear disease, one of chronic disease. The aim of this study was to know the association between physical activity level with BMI and waist circumference in third year medical students at University of Indonesia. The research subjects were between 19–25 years of age and filled out a physical activity questionnarre (RISKESDAS 2007) to define the level of their physical activity. From 36 subjects, 12 in the low physical activity level group, 12 in the moderate physical activity level group, and 12 in the high physical activity level group were randomly selected for measurement of BMI and waist circumference. Physical activity levels were not associated with BMI (p=0,889). Physical activity levels were not associated with waist circumference (p=1,000). .
Jumlah eosinofil darah tepi dan mukosa hidung pad penderita Rhinitis Alergika di RS Dr Muwardi Surakarta Ermawati, Dwi Arini; Candrawati, Susiana
Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 03 No. 3 (2008)
Publisher : Jurusan Keperawatan FIKES UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jks.2008.3.3.201

Abstract

Eosinophile is an alergic indicator especially in rhinitis alergic disease found increase an eosinophile on either capillary blood or nasal mucosa dominantly. The aim of this research was to know the correlation of the capillary blood and nasal mucosa eosinophil amount. The reseach conducted in Muwardi hospital, Surakarta with 70 samples that consist of 40 rhinitis allergica and 30 controls. The data analyzed by chi square test and correlation by Pearson product moment. The result of this research showed there was an eosinophil amount difference between samples and controls significantly (p < 0,05). The amount of eosinophile on capillary blood positive correlated with nasal mucosa significantly (p< 0,05). The conclusion of this research was the increasing amount of eosinophile on capillary blood followed by increasing on nasal mucosa. ÂÂ