Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

BUDAYA PESISIR DAN WISATA PANTAI BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI BARAT KALIMANTAN BARAT (STUDI KASUS KAWASAN WISATA SETAPUK MANGROVE SETAPUK BESAR SINGKAWANG UTARA) Hasanah Hasanah; Efriani Efriani; Galuh Bayuardi
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 8, No 1 (2021): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v8i1.3251

Abstract

Setapuk Mangrove merupakan kawasan wisata merepresentasikan wilayah pesisir barat Kalimantan Barat yang mengalami perubahan budaya. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman tentang asal mula munculnya gagasan pengelolaan pantai dengan basis masyarakat lokal; mengidentifikasi dan memperoleh tentang peran agen, penggiat dan masyarakat serta organisasi pengelolaan pariwisata; memahami dan mengidentifikasi perubahan atau perluasan orientasi budaya pesisir dengan kesadaran baru (memaknai) tentang potensi wisata sebagai variasi wacana selain kenelayanan; memberikan gambaran kondisi pariwisata kawasan pesisir Kalimantan Barat pasca pandemic covid-19. Penelitian ini mengungkapkan bahwa penanaman mangrove yang digagas oleh agen internal tokoh masyarakat merupakan bentuk respons agen adaptasi terhadap ancaman abrasi yang sudah menyebabkan kerusakan lahan sekitar Desa Setapuk. Sepinya pengunjung membuat sumber dana pemeliharaan fasilitas kawasan wisata berkurang. Beberapa fasilitas tampak terbengkalai, meskipun mulai ada yang dibenahi sedikit demi sedikit, seperti beberapa papan titian di sepanjang hutan mangrove, dan jembatan gantung yang melintasi Sungai Setapuk.
PERKAWINAN CAMPUR ANTARA ETNIS BATAK-DAYAK DI KALIMANTAN BARAT Lyudmita Karolina M. Bakara; Efriani Efriani; Susiana Susiana; Meliya Fransiska; Oktaviana Supriani Ririn
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 2 (2020): Volume 9 Nomor 2, Juni 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i2.828

Abstract

Intermarriage is a familiar phenomenon in Indonesia, mainly because of various cultures, religions, and ethnicities.The phenomenon of intermarriage also occurs between the Batak ethnic and Dayak ethnic groups in West Kalimantan.The cultures of these two ethnicities are very different. Thus, this study proposes to examine the pattern of decision making in determining marital customs and also determine the kinship system passed on to offspring those born from intermarriage these two ethnicities. The study was conducted with qualitative methods which were carried out descriptively. Data, which consists of information about the kinship system, the culture used in marriage, and also the kinship system that is passed on to offspring, was collected by interview and observation. From the data obtained, the culture of the Batak ethnic kinship system is very different from the Dayak ethnicity, so the marriage customs and the descendant system are also very different. Families who engage in mixed marriages, carry out a marriage process using one culture and be found those who use both cultures take turns. Forwarding the kinship system to offspring is generally dominated by the Batak ethnic kinship system.
WATERFRONT SEBAGAI MODAL SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KAPUAS Iwan Ramadhan; Jagad Aditya Dewantara; Efriani Efriani; Yudhistira Oscar Olendo; Muhammad Fachrurrozi Bafadal
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 3 (2020): Volume 9 Nomor 3, Oktober 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i3.877

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pembangunan Waterfront City sebagai modal sosial ekonomi dalam fenomena perubahan yang signifikan terhadap masyarakat, terutama masyarakat sekitaran tepian Sungai Kapuas. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologis. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah, upaya yang dilakukan untuk merespon kerja sama dan partisipasi adalah bentuk kemampuan adaptasi masyakarat sekitaran Waterfront City. Kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan upaya memobilisasi sumber daya yang menjadi tambahan pendapatan masyarakat sekitar. Adanya jaringan informal yang semakin meningkat di Kawasan Waterfront City yaitu jaringan kekeluargaan, ditandai dengan adanya prinsip saling gotong royong atau tolong menolong diantara sesama masyarakat, norma yang berlaku pada masyarakat sekitaran Sungai Kapuas khususnya di Kawasan Waterfront City banyak yang bersifat lisan, saling bertoleransi diantara sesama dan mudah untuk saling membantu, karena tidak ada yang menjadi penguasa bagi masyarakat di sana. Solidaritas sangat tinggi, mereka sudah mulai memahami bagaimana rasa persatuan dan kesatuan berjalan dengan baik dan saling menguntungkan antar sesama, serta harmonis dan solid. Sebelum pembangunan Waterfront City, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar masih dikatakan cukup rendah dan hanya biasa-biasa saja. Sesudah pembangunan Waterfront City, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar mengalami perubahan akibat pembangunan tersebut, baik di bidang sosial maupun ekonominya. Dampak setelah pembangunan ini tidak hanya dampak positif, tetapi juga berdampak negatif. Adapun dampak positifnya yaitu meningkatnya penghasilan masyarakat sekitar tepian Sungai Kapuas dari usaha berjualan, sedangkan dampak negatifnya yaitu banyaknya sampah yang berserakan meskipun sudah disediakan tempat pembuangan sampah.
VILLAGE-OWNED ENTERPRISES (BUMDES) AS A COLLABORATIVE MODEL ENVIRONMENTAL MANAGEMENT Jagad Aditya Dewantara; Efriani Efriani; La Ode Topo Jers; Wibowo Heru Prasetiyo; Sulistyarini Sulistyarini
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jakk.2021.18.1.59-78

Abstract

Some peatland management cases, particularly in Kalimantan, cause serious environmental problems, especially in flammable land. Local people around the area are the first to receive the impacts. Therefore, peatland management needs to be prudent and requires sustainable environmental management. This study aims to find a model for peatland management carried out by the government and local communities through BUMDes program. According to the interview results and field observations, peatland management with a collaborative model between the government (state) and the local community in Rasau Jaya Village is found in the form of Maju Jaya Village-owned Enterprises (BUMDes). This research includes planning, utilization, management, and supervision of the peatland area. The government provides funds and legality, while the local communities carry out peatland utilization, management, and maintenance through mutual cooperation culture. In this study, peatland functions as a tourist attraction managed by the local community (ecotourism). Real implementation government collaboration with the local community has opened up new livelihoods for communities without undermining peatlands' ecological ecosystem.
Kawasan Sepakat: “Modernisasi Dari Peri-Urbanisasi” Kota Pontianak Eginta Sai Sari Ginting; Diaz Restu Darmawan; Efriani Efriani; Nadia Novianti
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 2 No 2 (2020): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (December 2020)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v2i2.54

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk membahas perubahan yang terjadi di Kawasan sepakat semenjak dibukanya wilayah itu menjadi Kawasan Pendidikan dan menjadi wilayah kecamatan baru. Penelitian ini dilakukan dikawasan Sepakat, Desa Bansir Darat, Kabupaten Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode observasi dan wawancara. Temuan penelitian dianalisa dengan teori pembangunan Rostow. Hasil penelitian menunjukkan wilayah Sepakat merupakan wilayah pendidikan pinggiran kota (peri-urbanisasi), yang mengalami perubahan terus-menerus dilatarbelakangi oleh kemajuan masyarakat urban untuk mengubah lingkungan Sepakat. Masyarakat urban mengidentifikasi Sepakat sebagai lokasi strategis dari target ekonomi yang dinamis. Kemajuan masyarakat urban di lingkungan Sepakat telah membuat masyarakat asli mengikuti jejak yang sama. Masyarakat lokal merubah haluan perekonomian mereka menjadi seperti masyarakat pendatang. Meninggalkan pola kehidupan masyarakat agraris yang hidup mengikuti lingkungan, ikut menjadi masyarakat modern yang terjebak ke dalam kebutuhan materialis.
Perilaku Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19 Andar Prastiwi; Diaz Restu Darmawan; Efriani Efriani
Culture & Society: Journal Of Anthropological Research Vol 2 No 2 (2020): Culture & Society: Journal of Anthropological Research (December 2020)
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/csjar.v2i2.59

Abstract

Kemunculan Pandemi virus Covid-19 diawal tahun 2020 membawa pengaruh besar hampir seluruh Dunia, tidak terkecuali Indonesia. Beragam kebijakan dan respon telah diambil oleh pemerintah dan wilayah pusat untuk menekan pencegahan penyebaran virus. Termasuk juga pada kawasan perdesaan yang mengambil tindakan pencegahan penyebaran virus di wilayahnya dengan sumber informasi yang minim, salah satunya membangun pos penjagaan di pintu masuk desa. Fokus penelitian ini adalah melihat perubahan perilaku yang dilakukan orang-orang Desa Suka Jaya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang dalam menyikapi penyebaran virus Covid-19. Penelitian ini menggunakan sudut pandang kajian antropologi kesehatan dengan menggunakan teori perilaku kesehatan Nico S. Kalangie. penelitian dilakukan dengan metode etnografi, dengan sudut pandang emik dan etik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat untuk membuat pos pemeriksaan secara gotong-royong dan memeriksa orang luar yang masuk ke desa, dann munculnya perubahan perilaku mereka dengan menjaga jarak dan menggunakan masker.
Anti-corruption education as an effort to form students with character humanist and law-compliant Jagad Aditya Dewantara; Yudi Hermawan; Dadang Yunus; Wibowo Heru Prasetiyo; Efriani Efriani; Fitria Arifiyanti; T Heru Nurgiansah
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 18, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jc.v18i1.38432

Abstract

Anti-corruption education has a role in solving the problem of corruption. We can see from the increasing number of corruption cases that display on various social media. This phenomenon must prevent and eradicate the country's economy, country's economy, national values and state ideology. This article examines anti-corruption education as character building that emphasizes free will, individual behaviour through student potential. This study conducted using qualitative methods and literature study with the object of analysis from various references to books, articles and other media. The approach to this research uses normative-empirical methods as the basis for analyzing primary and secondary data. The results obtained were that anti-corruption education for students required the formation of a humanistic character, student knowledge about corruption, legal policies related to corruption cases and obedience and legal awareness of students in tertiary institutions to maintain a caring attitude towards the nation and state.
Ekologi Tradisional Dayak Tamambaloh Efriani Efriani; Jagad Aditya Dewantara; Dewi Utami; Indah Listyaningrum
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 3 (2020): November 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.3.503-514

Abstract

Penduduk lokal khususnya yang tersebar di Nusantara memiliki beragam ekologi tradisional yang memiliki nilai-nilai konservatif. Di Kalimantan Barat, pada etnis Dayak Tamambaloh, terdapat fenomena pengelolaan lingkungan alam yang menjunjung nilai-nilai kelestarian. Mengkaji lebih dalam praktek ekologi tradisional Dayak Tamambaloh, menjadi tujuan utama penelitian ini. Data terkait praktek ekologi tradisional ini dikumpulan dengan wawancara mendalam, pengamatan lapangan dan studi dokumen. Tamanggung Tamambaloh, para petani, kelompok pengambil kebijakan dan pemangku adat Tamambaloh, ditentukan menjadi sumber informasi. Tindakan dalam pemanfaatan hutan dan isinya menjadi objek pengamatan. Beberapa buku terkait dengan profil ketamanggungan Tamambaloh, menjadi sumber informasi tertulis pada penelitian ini. Dari sejumlah data yang diperoleh di lapangan, ekologi tradisional Dayak Tamambaloh dapat dibagi dalam 4 kategori, yakni 1) pembagian kawasan adat berdasarkan peruntukannya, dan berdasarkan akses sumber daya, 2) Aturan akses sumber daya alam, 3) Proses pengambilan keputusan Pemanfaatan Sumber daya Alam, 4) Pengetahuan Gentika, dan 5) Kalender Musim. Kelima ekologi tradisional ini dapat direduksi ke dalam 4 model konservasi, yakni 1)Model Environmental Norms, 2) Model Proenvironmental Behavior  dan Environmental Concern, 3)Model Community Involvemen, dan 4) Model enviromental Dicision ABSTRACTThe Indigenous people, especially those scattered in the archipelago, has a variety of traditional ecologies that have conservative values. In West Kalimantan, the Dayak Tamambaloh ethnicity, there is a phenomenon of natural environmental management that upholds the importance of sustainability. Examining deeper into the traditional ecological practice of Dayak Tamambaloh is the main objective of this research. Data related to traditional ecological practices were collected through in-depth interviews, field observations and document studies. Tamanggung Tamambaloh, peasants, policy-making groups and Tamambaloh customary stakeholders were determined to be sources of information. Actions in forest utilization and their contents are objects of observation. Several books related to the Tamambaloh profile are the source of written information on this research. From a number of data obtained in the field, the traditional ecology of Dayak Tamambaloh can be divided into four categories, namely 1) division of common areas based on their designation and based on access to resources, 2) rules of access to natural resources, 3) Decision-making processes for the Use of Natural Resources, 4) scientific knowledge, and 5) seasonal calendars. These five traditional ecologies can be reduced to 4 conservation models, namely 1) Environmental Norms Model, 2) Proenvironmental Behavior and Environmental Concern Model, 3) Community Involvement Mode, and 4) Environmental Dicision Model.
SOSIALIASI SUSTAINABLE PALM OIL PADA PETANI SAWIT MANDIRI Efriani Efriani; Dewi Utami; Jagad Aditya Dewantara
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 3, No 2 (2020): JULI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.564 KB) | DOI: 10.31764/jces.v3i2.2309

Abstract

Abstrak: Berdasarkan data, hingga tahun 2017, pelaku perkebunan sawit secara mandiri meningkat secara signifikan. Namun signifikansi ini belum disertai dengan pemahaman serta teknologi perkebunan secara berkelanjutan (Sustainable Palm Oil). Oleh karena itu, diperlukan pendampingan, penyuluhan dan sosialisasi tetang standar kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO) dan perundingan minyak sawit berkelanjutan (RSPO). Oleh karena itu, pengabdian ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan Sustainable Palm Oil kepada petani sawit mandiri di Kabupaten Melawi. Sosialisasi ini dilakukan mengunakan metode focus group discussions (FGD). Materi FGD disusun mengacu pada standar ISPO dan RSPO serta untuk menggali keterlibatan masyarakat dalam mengatasi deforestasi. Temuan pada proses pengabdian ini ialah, 3 kelompok petani sawit mandiri di Desa Semadin Lekong, Desa Kebebu dan Dusun Sebaju, belum melaksanakan perkebunan sawit secara berkelanjutan, oleh karena itu sangat diperlukan pendampingan dari pemerintah maupun LSM terkait. Sosialisasi ini menjadi referensi dan informasi bagi pemerintah dan lembagai terkait untuk mengambil kebijakan dalam upaya sawit berkelanjutan.Abstract: Based on the data, until 2017, the number of oil palm plantations independently increased significantly. However, this significance has not been accompanied by an understanding and technology of sustainable Palm Oil. Therefore, it is needed accompaniment, counseling, and socialization on standards of Indonesia Sustainable Palm Oil  (ISPO) and  Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Therefore, this service is intended to socialize Sustainable Palm Oil to independent oil palm farmers in Melawi Regency. This socialization was conducted using the Focus group discussions  (FGD) method. The FGD material was compiled based on ISPO and RSPO standards and to explore community involvement in tackling deforestation. The findings in this dedication process are that three groups of independent oil palm farmers in Semadin Lekong village, Kebebu village, and Sebaju hamlet, have not implemented palm oil plantations in a sustainable manner. Therefore it is very much needed assistance from the government and related NGOs. This socialization is a reference and information for the government and related institutions to take policies in the efforts of sustainable palm oil.
KETERLIBATAN AKADEMISI DALAM MENANGGULANGI DAMPAK COVID-19 TERHADAP MASYARAKAT MELALUI AKSI BERBAGI SEMBAKO Herlan Herlan; Efriani Efriani; Agus Sikwan; Hasanah Hasanah; Galuh Bayuardi; Endang Indri Listiani; Yulianti Yulianti
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 3, No 2 (2020): JULI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.078 KB) | DOI: 10.31764/jces.v3i2.2314

Abstract

Abstrak: Aspek ekonomi menerima dampak ±60% dari bencana pandemi. Dampak ini umumnya merupakan bagain dari  proses  tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap penyebaran Virus. Indonesia merupakan satu negara yang sedang dilanda bencana pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan dalam upaya pencegahan telah dilakukan oleh pemerintah, yang berdampak pada aspek ekonomi masyarakat. Masyarakat pedesaan merupakan masyarakat yang rentan mengalami resiko kerugian akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pengabdian ini bertujuan untuk meringankan dampak pandemi Covid-19 terhadap masyarakat di beberapa desa yang menerima dampak dari kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19. Pengabdian ini menjadi satu wujud nyata keterlibatan akademisi dalam mengurangi dampak Covid-19 terhadap masyarakat di pedesaan. Pengabdian ini menggunakan model kolaborasi sebagai metode dalam pelaksanaannya. Hasil dari kegiatan ini terdapat 400 keluarga yang mendapat dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 yang tersebar di tiga desa. Pengabdian kepada masyarakat dengan model kolaborasi dinilai sebagai tindakan yang baik dalam mewujudkan keterlibatan perguruan tinggi dengan tetap melakukan social distancing.Abstract: Economic aspects received ± 60% of the impact of a pandemic disaster. This impact is generally part of the process of preventing and controlling the spread of the virus. Indonesia is a country that is being hit by the Covid-19 pandemic disaster. Various policies in prevention have been carried out by the government, which have an impact on the economic aspects of society. Rural communities are vulnerable to the risk of loss due to Covid-19 pandemic. Therefore, this service aims to mitigate the impact of the Covid-19 pandemic on communities in several villages that received the impact of the policy of preventing the spread of Covid-19. This service became a tangible manifestation of academic involvement in reducing the impact of Covid-19 on rural communities. This service uses the collaboration model as a method of implementation. As a result of this activity, 400 families were affected by the economic impact of the Covid-19 pandemic in three villages. Community service with a collaboration model is considered as a good action in realizing university involvement while continuing to do the social distance.