Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Paradigma dan Metode Pendidikan Anak dalam Perspektif Aliran Filsafat Rasionalisme, Empirisme, dan Islam Mohammad Siddiq; Hartini Salama
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 3 No. 2 (2018): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.785 KB) | DOI: 10.25299/althariqah.2018.vol3(2).2308

Abstract

Memahami realitas paradigma pendidikan yang beragam dalam kebudayaan manusia sama saja dengan memahami eksistensi manusia itu sendiri. Setiap paradigma menunjukkan tujuan serta bagaimana proses penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan di masyarakat. Kajian literatur (studi pustaka) ini berupaya untuk memahami bagaimana Pendidikan anak itu ditinjau dari aspek paradigma dan metode pendidikan anak dalam perspektif aliran rasionalisme dan empirisme serta perbandingannya dengan paradigma pendidikan anak dalam pandangan Islam yang ditinjau dari Al-Qur’an dan sosial historis. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Empirismemelihat manusia lahir seperti kertas kosong (tabula rasa) yang memosisikan anak sebagai objek pendidikan. Adapun Rasionalisme melihat manusia lahir dengan membawa potensi (innate knowledge) yang memosisikan anak menjadi subjek dari pendidikan. Berbeda dengan pendidikan dalam perspektif Islam yang memandang anak sebagai makhluk Allah SWT yang diberikan segenap potensi akal untuk mengenali penciptanya.
Nilai Kemanusiaan dalam Lirik Lagu Ahmad Dhani: Sebuah Analisis Wacana Kritis Mohammad Siddiq; Hartini Salama
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 17, No 2 (2021): UNDAS
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/und.v17i2.4028

Abstract

Lirik lagu secara jelas merupakan bagian yang pasti ada dalam setiap kebudayaan, sehingga sebagai teks ia dapat menjadi salah satu cerminan realitas. Di sisi lain, ia juga dapat membentuk kesadaran tertentu bagi masyarakat, sehingga sebagai teks ia mampu membentuk realitas secara khas. Terdapat lirik-lirik lagu dalam musik populer yang terbukti memiliki pengaruh yang bersifat emansipatoris secara sosial. Lirik-lirik lagu tersebut biasanya mengandung ide-ide yang memperjuangkan nilai kemanusiaan. Di Indonesia, jumlah seniman musik yang telah terjun ke industri musik mungkin tidak terhitung. Akan tetapi, dari sekian banyak seniman musik, terdapat beberapa musisi yang konsisten menyuarakan ide kemanusiaan melalui lirik-lirik lagunya dan memiliki daya tawar yang tinggi di industri musik sehingga tetap mampu menampilkan idealismenya di tengah arus komersialiasi seni. Salah satunya adalah Ahmad Dhani. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pesan kemanusiaan dalam lirik lagu Ahmad Dhani. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan kerangka analisis wacana kritis model N. Fairclough. Data penelitian ini adalah teks lagu Ahmad Dhani yang terbit dari 1992 sampai 2020. Lirik lagu Ahmad Dhani dianalisis berdasarkan pada tiga dimensi yaitu dimensi tekstual yang meliputi aspek linguistik dan intertekstualitas teks, dimensi praktik diskursif yang meliputi aspek produksi dan konsumsi teks, dan dimensi praktik sosial, yaitu dengan melihat pengemukaan nilai kemanusiaan sebagai sebentuk tindakan sosial, dan memahami kaitannya dengan aspek situasional, institusional, dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan yang terkandung dalam lirik lagu Ahmad Dhani diekspresikan dalam tema percintaan, nasionalisme, kritik sosial politik, dan spiritual religius. Pesan kemanusian tersebut disampaikan dalam ungkapan yang lugas dan metaforik. Secara praktik diskursif, lirik lagu dengan tema-tema kemanusian yang dikarang Ahmad Dhani tetap mendapat fasilitas dari industri musik yang lazimnya didominasi oleh tema-tema percintaan. Sebaliknya, dengan membicarakan nilai kemanusiaan yang lebih luas melalui lagu dengan beragam tema, Ahmad Dhani dapat memperlebar jalur distribusi untuk memungkinkan lagunya dapat diterima secara lebih luas.
Etnografi Sebagai Teori Dan Metode Mohammad Siddiq; Hartini Salama
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 18, No 1 (2019): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2224.021 KB) | DOI: 10.15408/kordinat.v18i1.11471

Abstract

Memahami masyarakat manusia merupakan suatu upaya yang selalu menarik untuk dilakukan. Di tengah-tengah upaya tersebutlah, etnografi hadir. Etnografi ditinjau secara harfiah dapat berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa. Ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang menyeluruh dan terpadu (holistic-integratif), deskripsi yang kaya (thick description) dan analisa kualitatif dalam rangka mendapatkan cara pandang pemilik kebudayaan (native’s point of view). Umumnya etnografi digunakan oleh sebagian peneliti untuk memahami kebudayaan lain (other cultures). Sedangkan, sebagian lain berpendapat bahwa etnografi telah menjadi alat yang fundamental untuk memahami masyarakat kita sendiri dan masyarakat multikultural di seluruh dunia. Dalam tradisi pengetahuan Islam, sejenis deskripsi etnografi dapat kita temukan dalam berbagai literatur, misalnya deskripsi kebudayaan yang ditulis Ibnu Battutah seorang pengembara (traveler), petualang (adventurer), dan pengamat (viewer) pada abad ke XIII dalam perjalanannya mengelilingi dunia dan berinteraksi dengan berbagai kebudayaan lain. Selain Ibnu Bathuthah, ada pula ilmuan muslim bernama Ibnu Khaldun, seorang filosof, ahli sejarah, dan politikus abad ke XIV yang pemikirannya terus digulirkan dan menjadi bahan kajian dalam berbagai diskursus pemikiran sosial politik kontemporer. Berangkat dari pengalaman dan pengamatannya yang tajam, Ibnu Khaldun merajut pikiran-pikiran kritis tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem kemasyarakatan dan kenegaraan berikut kritik-kritik inovatif terhadap cakupan sejarah sebagaimana tertuang dalam karya besarnya Muqaddimah yang merupakan pengantar dari kitab Al Ibar.
Riko the series (murrotal edition): Surah At-Tin episode as a medium to introduce surah At-Tin to children Fatimah Azzahro; Hartini Salama
LADU: Journal of Languages and Education Vol. 2 No. 4 (2022): May-June
Publisher : Mitra Palupi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56724/ladu.v2i4.116

Abstract

Background: Quran's introduction to children has evolved over time. Animation can now be a medium to learn the Quran such as "Riko the Series: Murrotal Edition” which introduces the Quran to children. Purpose: The aim of this research is limited to how the visualizations constructions of “Riko the Series: Murrotal Edition" in the Surah At-Tin episode introduce Surah At-Tin to the children. Design and Methods: This research uses a descriptive qualitative method with the video of Surah At-Tin’s episode from “Riko the Series: Murrotal Edition" as the source of the data. Due to the fact, that the research study is limited to the visualization of the episode, the theories that are used as tools in analyzing the data are the theory of Semiotic Significations. Result: Visual significations are divided into six (6) structures, they are (1) the opening of the video; (2) the section header; (3) the opening of the surah; (4) the visualization during the recitation of the surah; (5) the second reading section; (5) the third reading section. There are two forms of visual patterns found in the video (episode), they are: (1) the visualization related to verses 1 and 2 of surah At-Tin; (2) the visualization narratives which have no specific form in relation to verses 3 until 8 of Surah At-Tin. The video applies repetition (three times) to introduce and familiarize Surah At-Tin. The solid visual signification construction serves as a medium to introduce Surah At-Tin to children. Keywords: Quran, Murrotal, Riko the Series, Islamic Education, Signification Theory.
Etnografi Sebagai Teori Dan Metode Mohammad Siddiq; Hartini Salama
Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam Vol 18, No 1 (2019): Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam
Publisher : Kopertais Wilayah I DKI Jakarta dan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kordinat.v18i1.11471

Abstract

Memahami masyarakat manusia merupakan suatu upaya yang selalu menarik untuk dilakukan. Di tengah-tengah upaya tersebutlah, etnografi hadir. Etnografi ditinjau secara harfiah dapat berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa. Ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang menyeluruh dan terpadu (holistic-integratif), deskripsi yang kaya (thick description) dan analisa kualitatif dalam rangka mendapatkan cara pandang pemilik kebudayaan (native’s point of view). Umumnya etnografi digunakan oleh sebagian peneliti untuk memahami kebudayaan lain (other cultures). Sedangkan, sebagian lain berpendapat bahwa etnografi telah menjadi alat yang fundamental untuk memahami masyarakat kita sendiri dan masyarakat multikultural di seluruh dunia. Dalam tradisi pengetahuan Islam, sejenis deskripsi etnografi dapat kita temukan dalam berbagai literatur, misalnya deskripsi kebudayaan yang ditulis Ibnu Battutah seorang pengembara (traveler), petualang (adventurer), dan pengamat (viewer) pada abad ke XIII dalam perjalanannya mengelilingi dunia dan berinteraksi dengan berbagai kebudayaan lain. Selain Ibnu Bathuthah, ada pula ilmuan muslim bernama Ibnu Khaldun, seorang filosof, ahli sejarah, dan politikus abad ke XIV yang pemikirannya terus digulirkan dan menjadi bahan kajian dalam berbagai diskursus pemikiran sosial politik kontemporer. Berangkat dari pengalaman dan pengamatannya yang tajam, Ibnu Khaldun merajut pikiran-pikiran kritis tentang hal-hal yang berkaitan dengan sistem kemasyarakatan dan kenegaraan berikut kritik-kritik inovatif terhadap cakupan sejarah sebagaimana tertuang dalam karya besarnya Muqaddimah yang merupakan pengantar dari kitab Al Ibar.
MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM METODE BERCERITA Mohammad Siddiq; Hartini Salama; Ahmad Juma Khatib
Jurnal TEKNODIK Jurnal Teknodik Vol. 24 No. 2, Desember 2020
Publisher : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32550/teknodik.v24i2.496

Abstract

Cerita atau dongeng semestinya berada pada posisi pertama dalam mendidik etika kepada anak. Mereka cenderung menyukai dan menikmatinya, baik dari segi ide, imajinasi, maupun peristiwa-peristiwanya. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, cerita akan menjadi bagian dari seni yang disukai anak-anak, bahkan orang dewasa. Dalam hal pendidikan anak, khususnya tentang bercerita, penting bagi orang tua dan guru untuk memilih cerita dan cara penyampaian kepada anak-anak secara tepat. Perkembangan teknologi masa kini tentu dapat mendukung cara penyapaian cerita agar lebih menarik lagi bagi anak. Penelitian yang menggunakan pendekatan paradigma kualitatif dengan metode telaah pustaka (literature study) ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana memilih cerita, dan bagaimana cara menyampaikannya pada anak dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Berdasarkan kajian ini, dapat diketahui bahwa pemanfaatan TIK dalam mendukung penyampaian cerita sekurangnya memiliki dua aspek, yaitu efek visual dan efek audio. Oleh karena itu, pencerita hendaknya dapat mempelajari bagaimana merancang dan memanfaatkan TIK tersebut secara optimal untuk menyampaikan cerita.Stories or tales should be in the first position in educating ethics to children. They tend to like and enjoy it, in terms of the ideas, imaginations, as well as events. If this can be done well, story will be a part of the art that the children, and even the adults, love. In child education, especially in storytelling, it is important for parents and teachers to choose stories and ways of delivering them to the children properly. The development of today’s technology can certainly support the ways of storytelling to be more interesting to children. The objective of this research is to get understanding on how to choose stories and on how to deliver them to the children by using Information and Communication Technology (ICT). This research applies qualitative paradigm approach with the method of literature study. Based on this study, the use of ICT in storytelling has at least two aspects, namely visual and audio effects. Therefore, the storytellers should be able to learn how to design and use ICT to deliver stories optimally.
The implementation of Raudhatul Athfal (RA)’s emergency curriculum towards post-covid-19 pandemic: a case study of RA Al-Akhyar in East Cilandak, South Jakarta Fatimah Azzahro; Hartini Salama
ETUDE: Journal of Educational Research Vol. 3 No. 1 (2022): November-December
Publisher : Mitra Palupi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56724/etude.v3i1.148

Abstract

Background: RA encounters the challenge of curriculum adjustment during the Covid-19 pandemic. The RA Emergency Curriculum Guide as a reference requires adjustments to be implemented according to RA’s circumstance.    Purpose: The purpose of this study is to find out the implementation of the Emergency Curriculum at RA Al-Akhyar South Jakarta, in the learning process towards the post Covid-19 pandemic.  Design and methods: This study uses a qualitative approach with research procedures involving observation, interpretation and reporting of research results descriptively. The research subjects are RA Al-Akhyar in South Jakarta and the Principal of RA Al-Akhyar. Research subjects are determined by purposive sampling technique. The research instruments are observation and interviews. Observations are conducted to determine the implementation of the curriculum at RA Al-Akhyar, while interviews are conducted to understand the perspective of the research subjects on curriculum implementation at RA Al-Akhyar.  Results: The results of the study show that during the pandemic, the learning time starts earlier. During the pandemic, the learning method focuses on three (3) methods or their combinations, namely; (1) inquiry learning; (2) project-based learning; and (3) problem-based learning. Utilization of Information Technology and the environment around students is well perceived. During the pandemic, the effectiveness of the material for clean and healthy living behavior, as well as literacy and life skills content is increasing. Meanwhile, the students’ activeness in the learning process is perceived as decreasing
The Da'wa Narration of Matchmaking in Opor Ayam Short Film Fatimah Azzahro; Hartini Salama
LADU: Journal of Languages and Education Vol. 3 No. 5 (2023): July-August
Publisher : Mitra Palupi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56724/ladu.v3i5.241

Abstract

Background: The narration of women as wives in every age and culture is always conveyed using various methods. This diversity is increasingly being explored through the development of media and digital technology. Short films through the Youtube channel can also be a medium of dawah to narrate a matchmaking. Purpose: The focus of this study is limited to how the topic of matchmaking is narrated in the short film “Opor Ayam” published by NU Online. Design and methods: This study’s method is descriptive qualitative with verbal and visual narrative research data on the short film Opor Ayam published by NU Online in 2021. This research uses semiotics-signification theory to obtain a narrative structure for the meaning of matchmaking. Results: The results show that the Opor Ayam film has four stages, namely equilibrium, disruption, disequilibrium and new-equilibrium as a narrative structure. The results of the discussion also show that the topic of matchmaking is conveyed as; (1) acceptable in religion, (2) must be based on religious provisions, (3) the narrative emphasizes that marriage through matchmaking is a familiarization and must be based on religion.