D. Djokosetiyanto
Bogor Agricultural University, Department of Aquaculture

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Effect of Hardness in 3 ppt of Water Salinity on growth and survival rates of Barb Fish (Barbus conhonius Hamilton-Buchanan) Kukuh Nirmala; R. Wulandari; D. Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.63 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.17-24

Abstract

This study was conducted to determine the effect of hardness on growth and survival rate of barb fish (Barbus conchonius Hamilton-Buchanan) reared in the 3 ppt of water salinity.  Fish were reared in three different hardnesses, i.e., 54, 72, and 90 mg/L CaCO3 for 30 days.  The results of study showed that fish reared in water hardness of 72 mg/L CaCO3 had higher daily growth rate (1.15%) compared with other treatments.  Daily growth rate of fish reared in water hardness of 54 and 90 mg/L CaCO3 were 0.76 and 0.37%, respectively.  There was no effect of hardness on survival rate of barb fish. Keywords: barb fish, Barbus conchonius,  hardness, salinity   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadahan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan barbir (Barbus conchonius Hamilton-Buchanan) yang dipelihara pada air bersalinitas 3 ppt.  Ikan dipelihara dalam 3 tingkat kesadahan yang berbeda, yaitu 54 mg/L CaCO3, 72 mg/L CaCO3, dan 90 mg/L CaCO3 selama 30 hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju perumbuhan harian tertinggi diperoleh pada ikan yang dipelihara pada kesadahan 72 mg/L CaCO3 (1,15%) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Laju pertumbuhan harian ikan yang dipelihara pada kesadahan 54 dan  90 mg/L CaCO3 masing-masing mencapai 0,76% dan 0,37%.  Kelangsungan hidup ikan barb tidak dipengaruhi oleh kesadahan. Kata kunci: ikan barbir, Barbus conchonius, kesadahan, salinitas
Effect of Salinity Adaptation Technique on Survival and Growth Rate of Patin Catfish, Pangasius sp. K. Nirmala; D.P. Lesmono; D. Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.486 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.25-30

Abstract

This study was carried out to determine the effect of salinity adaptation techniques on growth and survival of patin catfish Pangasius sp. fry.  Fry of 1.5-2.0 inch in length were reared in the water with different of the initial salinity of 1, 2, 3, 4 and 5 ppt.  Salinity was then daily increased by duplicated the initial water salinity until fish died.  The results of study showed that fry could survive by initial salinity adaptation of 1 ppt and then increasing the salinity by 1 ppt/day to reach 27 ppt.  In the other treatments, all fry died after the salinity reach 18-25 ppt. Keywords: patin catfish, Pangasius, adaptation, salinity   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin Pangasius sp.  Benih patin ukuran 1,5-2 inci dipelihara pada salinitas awal berbeda, yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 ppt. Salinitas air pemeliharaan ditingkatkan kelipatan dari salinitas awal setiap hari hingga ikan mati.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan sebesar 1ppt/hari menyebabkan ikan dapat bertahan hidup sampai pada salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lainnya, benih ikan mengalami kematian masal ketika salinitas mencapai 18-25 ppt. Kata kunci: ikan patin, Pangasius, adaptasi, salinitas
Effect of Alkalinity on Survival Rate and Growth of Siam Patin Catfish (Pangasius sp.) fry D. Djokosetiyanto; R.K. Dongoran; E. Supriyono
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.569 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.53-56

Abstract

This study was conducted to examine the effect of alkalinity on survival and growth of Siam patin catfish (Pangasius sp.).  Fish larvae were reared in aquaria in density of 4 fishes per liter.  Water alkalinity examined was 15 ppm CaCO3 as control, and 25, 50, and 75 ppm CaCO3 as treatments.  During first 7 days, larvae were fed on nauplii Artemia sp. 4 times daily and continuing fed on Tubifex sp. for 23 days.  The results of study showed that higher survival rate was obtained in treatment 50 ppm CaCO3 (94.16%).  Higher daily growth rate was also achieved by that treatment. Keywords: Siam patin catfish, Pangasius, Alkalinity, CaCO3   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan patin Siam (Pangasius sp.).  Larva ikan patin dipelihara dalam akuarium dengan kepadatan 4 ekor/L.  Alkalinitas air yang digunakan adalah 15 ppm CaCO3 sebagai kontrol, dan perlakuan 25, 50 serta 75 ppm CaCO3. Selama 7 hari pertama, pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sp. setiap 4 jam sekali dan diteruskan dengan cacing sutera (Tubifex sp.) selama 23 hari.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup larva tertinggi diperoleh pada perlakuan alkalinitas 50 ppm CaCO3  (94,16%).  Laju pertumbuhan harian tertinggi juga diperoleh pada perlakuan alkalinitas 50 ppm CaCO3 (6,65%).   Kata kunci: ikan patin Siam, Pangasius, Alkalinitas dan CaCO3
Effect of Linear Alkylbenzene Sulfonate on Mortality, Hatching Rate of Eggs and Abnormality of Catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) Larvae E. Supriyono; L. Lisnawati; D. Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.96 KB) | DOI: 10.19027/jai.4.69-78

Abstract

Linear alkylbenzene sulfonate (LAS) surfactant in the water can affecting fish in all developmental stages.  This study was aimed to observe the effect of LAS on mortality, hatching rate of eggs, and abnormality of patin catfish (Pangasius hypophthalmus Sauvage) larvae.   Fertilized eggs were incubated in water containing LAS at the dosages of 0.0, 0.5, 1.5, 3.0, 9.0, and 18.0 mg/L.  Eggs mortality was observed every 6 hours until larvae hatched (24 hours).  The results of study showed that the exposure of 18.0 mg LAS per liter water could put to death all the fertilized eggs and larvae be abnormal.  The exposure of LAS at concentration of 9.0 mg/L could kill 98% of eggs and hatching rate was only 2%.  The abnormality in larvae was bending in the body and tails. Keywords: patin catfish, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS, abnormality   ABSTRAK Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) yang masuk ke dalam perairan sangat berpengaruh terhadap ikan dari stadia awal hidup ikan sampai dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh LAS terhadap mortalitas, daya tetas telur dan abnormalitas larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage).  Telur ikan patin yang telah dibuahi di rendam dalam air yang mengandung LAS dengan konsentrasi 0,0; 0,5; 1,5; 3,0; 9,0 dan 18,0 mg/L.  Mortalitas telur dicatat setiap 6 jam sampai menetas (24 jam).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi LAS sebesar 18,0 mg/L dapat mengakibatkan mortalitas telur dan abnormalitas pada larva secara total.  Konsentrasi LAS sebesar 9,0 mg/L dapat mematikan telur hingga 98% dan hanya menghasilkan daya tetas sebanyak 2%. Abnormalitas pada larva berupa pembengkokan pada tubuh dan ekor. Kata kunci: ikan patin, Pangasius, Linear Alkylbenzene Sulfonate, LAS dan abnormalitas
Effect of Heating at Various Temperatures for 30 Minutes on Pathogenicity of White Spot Syndrome Virus (WSSV) in Tiger Prawn (Penaeus monodon Fabr.) D. Priatni; M. Alifuddin; D. Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.669 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.5-12

Abstract

White spot syndrome virus (WSSV) is a strong pathogenic virus which spread very rapidly and can cause tiger shrimp mass mortality within a short period.  Enhancement of shrimp immunity by infecting inactivated WSSV is one of the efforts to overcome WSSV infection in shrimp.  In this study, inactivated WSSV were prepared by heating them with various temperatures namely 45, 50, 55 and 60oC for 30 minutes. The results shows that infection with  heating inactivated WSSV at 45°C and 60°C for 30 min on PL-15 could increase their immunities.  The survival rate of inactivated WSSV-infected shrimp after challenge test with  WSSV virulent  reached 77%, while  no survive shrimp was observed in control.  This suggests that shrimp immunity could be improved by vaccination using  WSSV virus inactivated by heating. Keywords: WSSV virus, pathogen, tiger shrimp, heating   ABSTRAK White Spot Syndrome Virus (WSSV) merupakan virus yang sangat ganas bagi udang windu, dengan penularan yang sangat cepat dan menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat. Peningkatan imunitas udang dengan meenginfeksikan WSSV inaktif merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi infeksi WSSV pada udang. Pada penelitian ini, inaktivasi WSSV dilakukan menggunakan pemanasan pada suhu berbeda, yaitu 45, 50, 55 dan 60oC selama 30 menit.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi PL-15 menggunakan virus WSSV yang telah diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 45oC dan 60oC dapat meningkatkan daya tahan udang.  Kelangsungan hidup udang yang telah diinfeksi dengan WSSV hasil inaktivasi sebelum uji tantang dengan WSSV virulen mencapai 77%, sementara udang yang tidak diinfeksi dengan WSSV hasil inaktivasi adalah semua mati.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tahan udang dapat ditingkatkan melalui vaksinasi menggunakan WSSV yang telah diinaktivasi dengan pemanasan. Kata kunci: virus WSSV, patogen, udang windu, pemanasan
Changes of Ammonia, Nitrite and Nitrate at Recirculation System of Red Tilapia (Oreochromis sp.) Rearing D. Djokosetiyanto; A. Sunarma; . Widanarni
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.737 KB) | DOI: 10.19027/jai.5.13-20

Abstract

High rearing density of fish in an intensive culture system require  high amount of feed which may result in the accumulation of organic materials in the water to a higher level. The accumulation of organic materials can  be toxic for fish, generate mineralization of nutrient from organic materials and cause high oxygen expenditure.  Recirculation system is an aquaculture system which aimed to maintain water quality at an appropriate level for fish to survive and grow,   Theammonia concentration in recirculation system with biofilter tended to decrease sharply while there was only a slightly decrease in that without biofilter. Conversion efficacy of ammonia nitrogen (NH3-N)  and nitrite nitrogen (NO2-N) of   biofilter compiled with aeration system was 46.20% and 30.68%, while in an unaerated system was 39.31% and 8.53%, respectively.  The use of aquatic plant was found to be an effective way to reduce nitrate nitrogen (NO3-N).  A higher conversion efficacy of nitrate (50.15%) in the tank containing aquatic plant was observed by using aeration before biofilter. Keywords: ammonia, nitrite, nitrate, recirculation system, red tilapia, Oreochromis sp.   ABSTRAK Padat penebaran tinggi pada sistem budidaya intensif menuntut tingginya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan sehingga mengakibatkan penumpukan bahan organik dalam wadah. Akumulasi bahan organik akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-senyawa yang beracun bagi ikan, mineralisasi nutrien dari bahan organik dan penyerapan oksigen yang tinggi. Untuk mempertahankan kualitas air sehingga tetap layak bagi ikan, digunakan sistem resirkulasi dalam proses pemeliharaannya. Kecenderungan penurunan konsentrasi ammonia terlihat tajam pada filter biologis pada unit yang menggunakan filter biologis, sedangkan tanpa filter biologis hanya terjadi penurunan konsentrasi ammonia yang kecil sehingga efektifitas pengubahannya menjadi kecil.  Efektivitas pengubahan ammonia (NH3-N) pada filter biologis pada unit tanpa perlakuan aerasi hanya sebesar 39,31% dengan efektivitas pengubahan nitrit (NO2-N) sebesar 8,53%. Sedangkan pada unit yang meggunakan proses aerasi sebelum filter biologis, efektivitas pengubahan ammonia dan nitrit masing-masing mencapai 46,20% dan 30,68%. Penggunaan tanaman akuatik efektif untuk menurunkan konsentrasi nitrat (NO3-N). Efektifitas pengubahan nitrat pada wadah tanaman akuatik tertinggi sebesar 50,15% dicapai oleh unit yang menggunakan sistem aerasi sebelum filter biologis. Kata kunci: ammonia, nitrit, nitrat, resirkulasi, nila merah,  Oreochromis sp.
Polychaete species infected pearl oyster Pinctada maxima at Padang Cermin Water, Lampung Y. Hadiroseyani; D. Djokosetiyanto; . Iswadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1276.385 KB) | DOI: 10.19027/jai.6.197-204

Abstract

This study was conducted to determine polychaetes infecting pearl oyster Pinctada maxima reared at Padang Cermin Bay, Lampung.  There were 9 genera of polychaetes harboured on the shell of pearl oysters from Teluk Padang Cermin Lampung.  Those are Eunice, Lysidice, Nereis, Phylodoce, Polycirrus, Polydora  Salmacing,  Streblosoma and Syllis which attached on external surface of the shell and some of them were burrowed into the shell. Keywords:  polychaeta, pearl oyster, Pinctada maxima   Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis polikaeta yang menyerang tiram mutiara Pinctada maxima yang dipelihara di Teluk Padang Cermin, Lampung.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 genus polikaeta yang menyerang tiram mutiara, yaitu  Eunice, Lysidice, Nereis, Phylodoce, Polycirrus, Salmacing,  Streblosoma dan Syllis ditemukan menempel pada permukaan luar cangkang tiram mutiara. Lysidice, Nereis, Phylodoce, dan Syllis juga ditemukan pada lapisan dalam cangkang. Polydora hanya terdapat pada lapisan dalam cangkang. Kata kunci:  polikaeta, tiram mutiara, Pinctada maxima