Daniel Djokosetiyanto
Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Optimization of salinity range for rearing glass eel Anguilla bicolor bicolor Ade Yulita Hesti Lukas; Daniel Djokosetiyanto; Tatag Budiardi; Agus Oman Sudrajat; Ridwan Affandi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3383.063 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.215-222

Abstract

ABSTRACT Fasting is one of a method that used for measured growth of fish in a shorter period of time. This study was aimed to determine the optimum range of salinity for improve the survival and growth of glass eel Anguilla bicolor bicolor. It used a completely randomized design (CRD) with four salinity treatments and three replications, namely (A) 0 g/L, (B) 10 g/L, (C) 20 g/L, and (D) 30 g/L. The fish used were of glass eel A. bicolor bicolor with 0.15–0.23 g of weight. The experiment was conducted in an aquarium of 60×30×30 cm with a volume of 30 Liters and at a stocking density of 2 g/L for 14 days. During the maintenance, glass eels were fasted for have a significantly of biomass decline. Data collection was done at the start and the end of maintenance. Parameters measured included survival (%) and the rate of decline in absolute biomass (g). Physical and chemical parameters included temperature, dissolved oxygen, and pH which were measured daily, while ammonia and alkalinity were measured every seven days. Result showed that survival was not significantly different between treatments (P>0.05), while the rate of decline in absolute biomass was significantly different between treatments (P<0.05). Treatments of 0 g/L salinity was the lowest survival than the others. While treatment of 10 g/L salinity was the lowest rate of decline in absolute biomass. According to research, the optimum salinity was 10 g/L, and after analysis with quadratic regression analysis, the optimum range of salinity were 5.00–13.40 g/L. Keywords: optimum salinity, survival, growth, glass eel, Anguilla bicolor bicolor  ABSTRAK Pemuasaan merupakan salah satu metode pengukuran perubahan bobot ikan yang dipelihara dalam waktu singkat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kisaran salinitas optimum untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan glass eel Anguilla bicolor bicolor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan empat perlakuan salinitas dan tiga ulangan, yaitu (A) 0 g/L, (B) 10 g/L, (C) 20 g/L, dan (D) 30 g/L. Penelitian dilakukan selama 14 hari.  Ikan yang digunakan adalah glass eel A. bicolor bicolor dengan bobot 0,15–0,23 g dengan padat tebar 2 g/L. Pemeliharaan dilakukan di akuarium berukuran  60×30×30 cm dengan volume air 30 Liter/akuarium. Selama pemeliharaan glass eel dipuasakan sehingga diperoleh penurunan biomassa yang signifikan. Pengambilan sampel data dilakukan setiap tujuh hari berupa kelangsungan hidup (%) dan laju penurunan biomassa mutlak (g). Parameter fisika kimia air berupa ammonia dan alkalinitas dilakukan setiap tujuh hari, sedangkan suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH dilakukan setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05) sedangkan laju penurunan biomassa mutlak berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian, salinitas 10 g/L, 20 g/L, dan 30 g/L  menunjukkan kelangsungan hidup 100%, sedangkan salinitas 0 g/L memberikan kelangsungan hidup terendah. Salinitas 10 g/L menunjukkan pemakaian energi terendah untuk metabolisme tubuh sehingga memberikan penurunan bobot biomassa terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.  Hasil penelitian menunjukkan salinitas optimum adalah 10 g/L, dan setelah dihitung menggunakan analisis regresi kuadratik, maka kisaran salinitas optimum adalah 5,00–13,40 g/L.   Kata kunci: salinitas optimum, kelangsungan hidup, pertumbuhan, glass eel, Anguilla bicolor bicolor
The application of phytoremediation Lemna perpusilla to increase the production performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus in a recirculation system Rina Hesti Utami; Kukuh Nirmala; Iman Rusmana; Daniel Djokosetiyanto; Yuni Puji Hastuti
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3531.939 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.34-42

Abstract

ABSTRACTThis study aimed to evaluate the production performance and physiological of Nile tilapia using Lemna perpusilla as a phytoremediator in a recirculation system.  A completely randomized design with two treatments and three replications was applied. The treatments were Nile tilapia cultured with L. perpusilla (TL) and without L. perpusilla (L). The experimental fish in this study was the juvenile of Nile tilapia with a body length of 9.98 ± 0.08 cm and an average weight of 36.27 ± 1.07 g. The stocking density was 46 fish/pond and the container size was 275×100×60 cm3 and was separated in two areas using a fiber separator screen of 55.9% area for fish culture and 44.1% for L. perpusilla.  The Nile tilapias were reared for 60 days, fed with commercial diet and fresh L. Perpusilla with amount 2% and 1% of biomass, respectively. They were fed three times a day with fresh L. perpusilla  at noon and commercial diet in the morning and afternoon. The results showed that the Nile tilapia reared with L. perpusilla phytoremediation had normal physiological condition and production performance. The predominances of this system were lower feed conversion ratio value, more optimal values of feeding efficiency, and higher coefficient of weight uniformity. Keywords: Lemna perpusilla, physiological condition, phytoremediation, production performance.  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja produksi dan fisiologi ikan nila dengan penggunaan Lemna perpusilla sebagai fitoremediator pada sistem resirkulasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan dua perlakuan dan tiga ulangan. Ikan nila dipelihara pada kolam tanpa L. perpusilla (TL) dan ikan nila dipelihara pada kolam dengan L. perpusilla (L). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila dengan panjang baku 9,98 ± 0,08 cm dan bobot rata-rata 36,27 ± 1,07 g. Padat tebar ikan tiap kolam pemeliharaan 46 ekor/kolamdengan ukuran kolam 275×100×60 cm3. Setiap kolam diberi sekat dengan luasan 44,1% L. perpusilla dari luasan kolam. Ikan nila dipelihara selama 60 hari pemeliharaan dengan pakan berupa pakan komersial dan L. perpusilla dengan jumlah pakan masing-masing 2% dan 1% dari biomassa. Pada pagi dan sore hari diberi pakan komersial, dan siang hari ikan diberi pakan L. perpusilla. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan nila yang dipelihara dengan fitoremediasi L. perpusilla menghasilkan kinerja produksi dan kondisi fisiologis yang normal. Keunggulan sistem ini adalah menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih rendah, nilai efisiensi pemberian pakan, dan koefisien keseragaman bobot yang lebih tinggi. Kata kunci : fitoremediasi, Lemna perpusilla, kondisi fisiologis, kinerja produksi. 
Grow-out of spiny lobster Panulirus sp. with high stocking density in controlled tanks Rio Yusufi Subhan; Eddy Supriyono; Widanarni, Widanarni; Daniel Djokosetiyanto
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3437.352 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.53-60

Abstract

ABSTRACTThe aim of this research was to determine optimum stocking density for growing-out of spiny lobster Panulirus sp. in controlled tanks that conducted for 30 days. The experimental spiny lobsters have the initial average weight of 130.39 ± 0.32 g and initial average total length of 140.70 ± 0.06 mm. This study used completely randomized design with three different stocking densities (KT10: 10 ind/m3; KT18: 18 ind/m3; and KT26: 26 ind/m3) and two replications. The parameters observed in this study included water quality (temperature, pH, salinity, dissolved oxygen, and total ammonia nitrogen), physiological responses (total haemocyte count, haemolymph glucose, and frequency of molt), and production performances, such as growth, specific growth rate, feed conversion ratio, and survival rate. The results showed that the spiny lobster could be reared in high stocking density in controlled tanks. Water quality during the study in each treatment was; temperature 26.56–28.65oC, salinity 29.7–33.6 g/L, pH 7.5–8.5, dissolved oxygen 6.15–6.58 mg/L, and total ammonia nitrogen 0.11–0.34 mg/L. The best stocking densities for spiny lobster was 18 ind/m3 (KT18) with 2.5‒3.5×106cells/mL total haemocyte counts, 24.6‒28.3 mg/dL haemolymph glucose, and 38.37 ± 3.20% frequency of molt. The final average body weight and length were 145.06 ± 0.42 g and 142.77 ± 0.19 mm, respectively. The survival rate reached 86.11 ± 3.92% with a specific growth rate 0.35 ± 0.01%/day, and feed conversion ratio 7.87 ± 0.31.Keywords: high stocking density, Panulirus sp., physiological responses, productivity.  ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kepadatan terbaik dalam pembesaran lobster laut Panulirus sp. yang dipelihara dalam bak terkontrol selama 30 hari. Lobster laut yang digunakan pada awal penelitian memiliki bobot 130,39 ± 0,32 g dan panjang total 140,70 ± 0,06 mm. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan kepadatan berbeda, yaitu: 10 ekor/m3(KT10), 18 ekor/m3(KT18), dan 26 ekor/m3(KT26) dan dua ulangan. Parameter uji yang diamati dalam penelitian ini meliputi kualitas air (suhu, salinitas, pH, DO, dan TAN), respons fisiologis (total hemosit/THC, glukosa hemolim, dan frekuensi pergantian kulit), dan kinerja produksi meliputi pertumbuhan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, dan tingkat kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lobster laut dapat dibesarkan dengan kepadatan tinggi dalam bak terkontrol. Pengukuran nilai kualitas air pada setiap perlakuan selama pemeliharaan adalah suhu berkisar 26,56–28,65oC, salinitas 29,7–33,6 g/L, pH 7,5–8,5, DO antara 6,15–6,58 mg/L dan TAN antara 0,11–034 mg/L. Perlakuan terbaik selama penelitian adalah dengan kepadatan 18 ekor/m3 (KT18) dengan nilai THC berkisar antara 2,5–3,5×106  sel/mL, glukosa hemolim 24,6–28,3 mg/dL,dan frekuensi pergantian kulit 38,37±3,20%. Bobot dan panjang lobster akhir rata-rata pada perlakuan tersebut masing-masing mencapai 145,06 ± 0,42 g, dan 142,77 ± 0,19 mm. Tingkat kelangsungan hidup mencapai 86,11 ± 3,92% dengan laju pertumbuhan spesifik 0,35 ± 0,01%/hari dan rasio konversi pakan selama penelitian adalah 7,87 ± 0,31.Kata kunci: padat pemeliharaan, Panulirus sp., produktivitas, respons fisiologis.