Leliana Sari, Dewa Ayu Putu
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali Leliana Sari, Dewa Ayu Putu
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 6 No 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.589 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.554

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang bagaimana perkembangan salah satu bagian dari busana adat tradisional yaitu kamen di Bali baik yang digunakan pada saat upacara adat ke Pura, sehari-hari maupun upacara manusa yadnya. Subjek yang paling menonjol dalam perkembangan pakaian adat Bali yaitu wanita Bali. Ruang lingkup tulisan ini yaitu kamen wanita yang dikenakan pada saat ke pura maupun pesta adat (dalam agama hindu disebut dengan manusa yadnya). Pada awalnya, pakem busana adat Bali ke Pura, yaitu :Pertama diawali dengan memakai kamen tetapi lipatan kamen melingkar dari kanan ke kiri sesuai dengan konsep sakti. Putri sebagai sakti bertugas menjaga agar si laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma. Tinggi kamen putri kra-kira setelapak tangan karena pekerjaan putri sebagai sakti sehingga langkahnya lebih pendek. Setelah menggunakan kamen untuk putri memakai bulang yang berfungsi untuk menjaga rahim, untuk mengendalikan emosi. Sekitar 5 tahun lalu terjadi pergeseran bentuk kamen dari yang seharusnya dikenakan pada saat ke Pura. Perubahan bentuk kamen tersebut dikarenakan pengaruh kaum fashionista dan sosialita yang merombak cara berkain dengan system ikat dan draping. Pakem kamen wanita yang seharusnya dikenakan pada saat persembahyangan ke pura serta trend yang sedang in pada bentuk, motif serta warna kamen. Perkembangan motif berupa kain printing dengan motif kain tradisional Bali, batik-batik serta kain yang dibordir dengan motif songket. Serta dalam perkembangan warna kamen yang dikenaan lebih berani, tidah hanya menggunakan warna-warna khas Bali. This paper aims to explore how the development of one part of traditional traditional clothing namely kamen in Bali is good that is used during traditional ceremonies to the temple, daily and manusa yad ceremony. The most prominent subject in the development of Balinese traditional clothing is Balinese women. The scope of this paper is that women are worn when they go to temples or traditional parties (in Hindu religion they are called manusa yadnya). In the beginning, the custom of Balinese clothing to the temple, namely: First begins with wearing kamen, but the folds of kamen circle from right to left according to the magic concept. The princess as a magician is in charge of keeping the man from deviating from the teachings of the Dharma. The height of the princess is about the palm of the hand because the work of the princess is powerful so the steps are shorter. After using kamen for the daughter to use a bone that serves to protect the uterus, to control emotions. About 5 years ago there was a shift in the form of kamen from what was supposed to be worn at the temple. Changes in the form of kamen are due to the influence of the fashionistas and socialites who overhauled the way to deal with the tie and draping systems. The ingredients for women’s kamen that should be worn when praying to temples and trends that are currently in shape, motif and color are kamen. The development of motifs in the form of printing cloth with traditional Balinese cloth motifs, batik and cloth embroidered with songket motif. As well as the development of kamen colors that are recognized more boldly, not only use Balinese colors. 
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Leliana Sari, Dewa Ayu Putu; Gumana Putra, I Gusti Ngurah
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
Perkembangan Trend Kamen Wanita Di Bali Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2018): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.589 KB) | DOI: 10.31091/sw.v6i2.554

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang bagaimana perkembangan salah satu bagian dari busana adat tradisional yaitu kamen di Bali baik yang digunakan pada saat upacara adat ke Pura, sehari-hari maupun upacara manusa yadnya. Subjek yang paling menonjol dalam perkembangan pakaian adat Bali yaitu wanita Bali. Ruang lingkup tulisan ini yaitu kamen wanita yang dikenakan pada saat ke pura maupun pesta adat (dalam agama hindu disebut dengan manusa yadnya). Pada awalnya, pakem busana adat Bali ke Pura, yaitu :Pertama diawali dengan memakai kamen tetapi lipatan kamen melingkar dari kanan ke kiri sesuai dengan konsep sakti. Putri sebagai sakti bertugas menjaga agar si laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma. Tinggi kamen putri kra-kira setelapak tangan karena pekerjaan putri sebagai sakti sehingga langkahnya lebih pendek. Setelah menggunakan kamen untuk putri memakai bulang yang berfungsi untuk menjaga rahim, untuk mengendalikan emosi. Sekitar 5 tahun lalu terjadi pergeseran bentuk kamen dari yang seharusnya dikenakan pada saat ke Pura. Perubahan bentuk kamen tersebut dikarenakan pengaruh kaum fashionista dan sosialita yang merombak cara berkain dengan system ikat dan draping. Pakem kamen wanita yang seharusnya dikenakan pada saat persembahyangan ke pura serta trend yang sedang in pada bentuk, motif serta warna kamen. Perkembangan motif berupa kain printing dengan motif kain tradisional Bali, batik-batik serta kain yang dibordir dengan motif songket. Serta dalam perkembangan warna kamen yang dikenaan lebih berani, tidah hanya menggunakan warna-warna khas Bali. This paper aims to explore how the development of one part of traditional traditional clothing namely kamen in Bali is good that is used during traditional ceremonies to the temple, daily and manusa yad ceremony. The most prominent subject in the development of Balinese traditional clothing is Balinese women. The scope of this paper is that women are worn when they go to temples or traditional parties (in Hindu religion they are called manusa yadnya). In the beginning, the custom of Balinese clothing to the temple, namely: First begins with wearing kamen, but the folds of kamen circle from right to left according to the magic concept. The princess as a magician is in charge of keeping the man from deviating from the teachings of the Dharma. The height of the princess is about the palm of the hand because the work of the princess is powerful so the steps are shorter. After using kamen for the daughter to use a bone that serves to protect the uterus, to control emotions. About 5 years ago there was a shift in the form of kamen from what was supposed to be worn at the temple. Changes in the form of kamen are due to the influence of the fashionistas and socialites who overhauled the way to deal with the tie and draping systems. The ingredients for women’s kamen that should be worn when praying to temples and trends that are currently in shape, motif and color are kamen. The development of motifs in the form of printing cloth with traditional Balinese cloth motifs, batik and cloth embroidered with songket motif. As well as the development of kamen colors that are recognized more boldly, not only use Balinese colors. 
Biografi Ni Nyoman Sani ; Perupa Wanita Dengan Lukisan Bergaya Ilustrasi Fashion Dewa Ayu Putu Leliana Sari; I Gusti Ngurah Gumana Putra
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.346 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.672

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep berkarya dan tahapan proses kreatif seniman perempuan Ni Nyoman Sani serta dijabarkan secara deskriptif intepretatif. Penggunaan data primer pada penelitian ini memiliki fungsi dan kedudukan sebagai data utama dalam sumber analisis. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1) data tulis dan foto dokumentasi lukisan Ni Nyoman Sani baik dokumen pribadi seniman maupun dokumentasi peneliti, 2) data audio/ rekaman video serta naskah wawancara dengan seniman perupa Ni Nyoman Sani, 3) catatan lapangan ketika observasi ke rumah dan studio seniman. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi tokoh/biografi. Pengumpulan data melalui metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan pencatatan. Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Sampel ditentukan dengan purposive sampling. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang Sani yang mayoritas anggota keluarganya adalah perempuan, menggugah perasaannya sebagai seniman untuk mengangkatnya dalam karya rupa. Hingga akhirnya Sani menetapkan dunia mode sebagai dasar konsep berkarya. Dalam dunia mode kecenderungan obyek perempuan yang menjadi pedoman atau tolak ukur. Namun selain melukis ilutrasi fashion, Sani pun terkadang melukis sesuatu hal yang terakumulasi dari endapan perasaan, baik itu senang, sedih dan perasaan lainnya. Ide pemantik melahirkan karya seni yang dituangkan dalam konsep karya Sani didapat dari melihat pameran, pagelaran/fashion show, membaca majalah seni rupa serta fashion, namun yang terutama yaitu pengalaman pribadi melihat dunia sekitar serta memperhatikan peristiwa, alam ataupun sosial. Dalam wawancara Sani mengatakan bahwa, tahapan proses kreatif yang dilakukannya beragam. Berawal dari penyerapan, penerapan, serta global visual. Lalu untuk proses penuangan ide ke kanvas tergantung situasi/mood, biasanya global teknik dulu, ataupun bias sketsa, namun komposisinya dapat pula terbalik. Sani berupaya untuk merombak dan mengaplikasikan apapun yang terbersit, serta tidak bergantung pada satu hal saja. Begitu halnya pada desain mode yang beragam cabang seni, medium dapat dijadikan sebagai media di dalamnya. Selain melukis pada kanvas, Sani biasa melukis pada kertas, kain, kayu serta kulit.
PENCIPTAAN BUSANA HAUTE COUTURE DENGAN KONSEP BURUNG JALAK BALI Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Moda : The Fashion Journal Vol 3 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Ciputra Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37715/moda.v3i2.1950

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil luaran dari diseminasi p2s (penelitian dan penciptaan seni) pada tahun 2018 yang didanai oleh DIPA ISI Denpasar yang bertujuan untuk menciptakan Busana Haute couture dengan konsep Jalak Bali berbahan endek tradisional Bali sehingga dapat melestarikan budaya yang ada. Burung jalak Bali merupakan burung asli/endemic yang dimiliki oleh pulau Bali yang keberadaanya terancam punah. Ciri khas yang dimiliki jalak Bali yaitu berupa kicauannya yang indah, serta fisik/penampilannya yang memukau. Ciri khususnya yaitu memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam, serta pada bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu dengan warna biru cerah, mempunyai jambul yang indah. Keindahan Jalak Bali menarik untuk di wujudkan dalam penciptaan adibusana atau lebih dikenal dengan haute couture, menciptakan busana haute couture menjadi salah satu pilihan yang terbaik, karena selain dibuat dengan teknik penjahitan yang rumit, busana ini juga diciptakan khusus untuk kalangan tertentu, sehingga produk yang dihasilkan tidak mungkin pasaran, bahkan tidak mudah ditiru dan biasanya hanya diciptakan satu potong dan tidak diperbanyak. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini menurut S.P Gustami (2007) yaitu tahap eksplorasi, perancangan dan perwujudan, namun sedikit diadaptasi berkaitan dengan proses desain fashion. Hasil penciptaannya berupa 5 buah busana haute couture yang terdiri dari 3 busana wanita dan 2 busana pria. Penggunaan kain endek dengan motif pepatran sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan Busana haute couture sebagai upaya untuk melakukan pelestarian kain-kain tradisional Bali yang dewasa ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat dan banyak yang punah. Kain endek memliki ciri khas ragam hias dan penggunaannya yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya setiap masyarakat.
Glory In White: Analogi Arsitektur Hotel Majapahit Dalam Penciptaan Busana Dengan Classic Elegant Style Amritha Gamaya; I Gede Mugi R; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
Style : Journal of Fashion Design Vol 1, No 1 (2021): Style : Journal of Fashion Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.506 KB) | DOI: 10.26887/style.v1i1.2107

Abstract

Majapahit Hotel Surabaya is one of the Dutch colonial legacy and also a historical place forSurabayan people. The pure white nuance and the mixed of Art Nouveau and Art Decoarchitecture style of the hotel makes the hotel has its own uniqueness. Through theanalogy theory, the shapes that can describe the Majapahit Hotel is its architecture andinterior such as crystal lamp, symmetrical, flag terrace as one of the iconic construction ofthe hotel, geometric, arc line and clasic elegant. Those shapes become the style in thisfashion artwork which processed and can realize the Ready to Wear, Ready to WearDeluxe, and Haute Cotour the fashion artworks, which has been considered based on theexisted element and tenet. The creative creation process uses Tjok Instri Ratna CoraSudharsana design method named "FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion" whichconsist of ten steps of design fashion planning process.
Mesra’s Bondinity: Metafora Kebersamaan Tradisi Dewa Mesraman Dalam Busana Romantic Edgy A.A Istri Delia Fitriani Devi; Nyoman Dewi Pebryani; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.316 KB)

Abstract

Dewa Mesraman adalah salah satu tradisi yang berasal dari Kabupaten Klungkung dan sudah dilaksanan secara turun-temurun. Tradisi ini memiliki tujuan untuk memupuk rasa kebersamaan antar penduduk di daerah tersebut sedari kecil. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan bertepatan dengan hari raya Kuningan. Sebelum menuju ke prosesi inti dalam tradisi ini, terdapat beberapa prosesi dan persiapan yang harus dilakukan. Prosesinya antara lain menjor, nunas paica, magibung, masuciang, rejang, dan terkahir adalah mesolah atau mesraman. Tradisi ini juga dianggap sebagai sebagai simbolisasi kemenangan dharma melawan adharma. Tradisi Dewa Mesraman menjadi inspirasi penulis dalam penciptaan karya busana. Penciptaan karya busana ini menggunakan gaya ungkap metafora. Dalam proses penciptaan karya busana ini menggunakan delapan tahapan penciptaan frangipani yang diambil dari disertasi : Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, dengan judul “Wacana Fesyen Global dan Pakaian di Kosmopolitan Kuta”, tahun 2016, yaitu diawali dengan design brief, kemudian research and sourching selanjutnya tahapan ketiga yaitu design development, sehingga menghasilkan final collection, tahap ke lima yaitu prototype, sample and construction lalu didukung dengan promotion, branding and sales dan pada tahapan terakhir adalah business. Karya busana yang terinspirasi dari tradisi Dewa Mesraman ini akan terbagi menjadi tiga busana dengan tingkat kesulitan bertahap yaitu ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture. Tradisi Dewa Mesraman ini divisualisasikan dengan kata kunci asimetris, simbol kebersihan, memutar berpola lingkaran, bahan alam, dan beradu.
Trend Fashion Busana Kerja Wanita di Masa Pandemi Covid 19 Dewa Ayu Putu Leliana Sari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.995 KB)

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui trend fashion busana kerja wanita terkini di masa pandemic covid 19. Bagi seorang wanita, fashion memiliki arti yang sangat penting. Meski trend fashion bergulir dengan sangat cepat (fast fashion), terkadang tidak harus selalu mengikutinya, namun paling tidak mengetahui perkembangannya. Busana kerja pada wanita begitu banyak jenis dan modelnya. Adaptasi gaya hidup dan budaya kerja dikarenakan pandemic covid 19 tak bisa dihindari lagi. Salah satu hal yang tak dielakkan lagi yaitu pemilihan busana dalam bekerja untuk menunjang kebiasaan baru tersebut. Pandemic merubah budaya kerja masyarakat khususnya wanita, yang biasanya dari kantor, di masa lebih menekankan ke work from home (bekerja dari rumah). Dalam pemilihan busana kerja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: modelnya harus menunjang sesuai dengan aktivitas pekerjaan wanita karier tersebut: sopan, tidak mengganggu kebebasan bergerak, warna: lembut dan jangan menggunakan bermacam-macam warna, bahan yaitu: nyaman dikenakan, tidak mudah kusut, tidak tembus pandang, tidak mengkilat, tidak terlalu tebal, tidak kasar dan menyerap keringat. Pemilihan busana kerja wanita yang baik juga mengutamakan etika dan estetika dalam, yaitu meliputi pemilihan busana kerja yang sopan/tidak seksi, sepatu harus rapi, bersih dan nyaman, pakai busana kerja yang sesuai dengan ukuran pas badan, jangan memperlihatkan pakaian dalam, sesuai dengan budaya dan peraturan (norma hukum dan norma agama), kreatif dalam mempadupadankan atasan, bawahan serta aksesoris, serta menjaga penampilan diri. Adapun trend fashion item wajib dalam bekerja di era pandemic yaitu outer (jaket, cardigan dan blazer), sleeve sweater, baju APD stylist dan masker (item paling wajib yang dikenakan pada saat pandemic covid 19).
“Di Balik Muka” Analogi Rupa Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover Dalam Busana Sexy Alluring Ni Made Dian Maheswari; Tjok Istri Ratna Cora S.; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1806.666 KB)

Abstract

Film Moammar Emka’s Jakarta Undecover menjadi landasan menciptakan karya busana dengan judul “di Balik Muka: Analogi Rupa Film Moammar Emka’s Jakarta Undercover dalam Busana Sexy Alluring”. Film ini bercerita mengenai seseorang yang bercita-cita menjadi wartawan dan merantau ke Jakarta, tetapi terjebak oleh ‘wajah lain’ Jakarta dengan ‘kehidupan’ malam yang diketahui oleh segelintir orang. Gaya hidup dalam film melewati batas norma dan merusak kebudayaan Indonesia, menjadi inspirasi bertujuan memberitahukan akibat dari gaya hidup yang dapat merusak kebudayaan dan norma-norma yang ada di Indonesia. Tujuan diciptakan karya busana adalah untuk mengetahui tahapan peciptaan koleksi busana; strategi, promosi, pemasaran, branding, dan penjualan; serta sistem produksi dan bisnis. Metode penciptaan yang diterapkan adalah metode Delapan Tahapan Penciptaan Frangipani dari Ratna Cora Sudharsana. Yang terdiri dari Design brief; Research and sourcing; Design development; Prototype, sample, and construction; Final collection; Promotion, branding, and sale; Production; he business. Dengan berlandaskan teori analogi milik F.D.K. Ching; teori semiotika milik Ferdinand de Saussure; teori estetika milik Hospers; unsur desain; prinsip desain; teori strategi, branding, dan pemasaran milik Nickles dan Kotler; teori produksi dan bisnis milik Osterwalder dan Pigneur. Hasil penciptaan adalah koleksi busana yang terdiri dari busana ready to wear untuk pria, ready to wear deluxe untuk wanita, dan semi couture untuk wanita. Diciptakan menggunakan tenik menjahit dengan mesin dan tangan, manipulasi (sablon, digital printing, lukis), dan rajut. Serta fashion brand; rancangan pagelaran busana; bisnis model kanvas; cara produksi, promosi, penjualan, pemasaran.
NGELEBUR MALA: ANALOGI TRADISI SIAT SARANG DALAM BUSANA BERGAYA DRAMATIC GLAMOUR I Gusti Ngurah Krisna Adi; I Wayan Sujana; Dewa Ayu Putu Leliana Sari
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1836.116 KB)

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan busana bergaya dramatic glamour yang terinspirasi dari tradisi siat sarang yang berasal dari desa selat, kecamatan selat, kabupaten Karangasem. Siat sarang adalah sebuah tradisi penolak bala yang dilaksanakan serangkaian dengan upacara ngusaba dimel (dodol) bertujuan untuk meminta kesuburan serta terhindar dari segala kekuatan negatif yang dapat menggangu jalanya upacara. Keunikan tradisi ini menjadikan inspirasi sebagai ide pemantik dalam menciptakan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture . Dengan mengunakan teknik digital printing, manipulation textile, embroidery, beading, dan makrame, sebagai perwujudan dari keyword yang dipilih yaitu sarang, gambar mahluk bhuta kala, sore hari dan tali persaudaraan sesuai dari visual, filosofis serta keunikan lain dari tradisi siat sarang. Selain itu juga menciptakan sebuah brand yang bernama Unique Hand dilengkapi dengan name card, prise tag, paper bag, dan paper boks yang sesuai dengan karakter dari Brand Unique Hand melalui strategi promosi, pemasaran, branding, dan penjualan dengan system bisnis model canvas. Metode penciptaan yang digunkan adalah analogi dan frangipani. Frangipani adalah delapan tahapan penciptaan meliputi Design Brief, Research and Sourcing, Design Development, Sample,Prototype, Dummy, Final Collection Promoting, Branding, Sale, Production, The Business. Hal ini membuktikan bahwa untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal yang kita miliki bisa melalui apapun salah satunya melalui desain fashion.