Masyuni Sujayanthi, Ni Wayan
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Faktor Penyebab Tidak Didaftarkannya Hak Cipta Oleh Seniman Akademik Penghasil Karya Seni di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Sujayanthi, Ni Wayan Masyuni
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 5 (2017): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.491 KB) | DOI: 10.31091/sw.v5i0.192

Abstract

Institut Seni Indonesia Denpasar merupakan gudang lahirnya berbagai macam karya seni yang tentunya harus mendapat perlindungan hukum agar tidak terjadi plagiarisme dari pihak lain khususnya dikalangan para akademisi seni. Fenomena yang terjadi seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar banyak yang tidak melindungi hak cipta dari karya seni yang dihasilkan, sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui alasan - alasan yang menyebabkan para seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar tidak melindungi hak ciptanya, sehingga dapat memberikan gambaran keadaan para seniman akademik yang kurang mengapresiasi perlindungan hak kekayaan intelektual sebagaimana Undang – undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sehingga kedepannya dapat memberikan motivasi kepada para seniman akademik untuk mendaftarkan Hak Cipta karya seni yang dihasilkan.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dimana sumber data berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner, wawancara, dan studi pustaka kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif dengan membuat kesimpulan. Hasil dari penelitian ini berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara maka dapat memberikan penjelasan mengenai alasan - alasan dari para seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar tidak melindungi hak cipta dari hasil karya seninya yaitu tidak mengetahui lembaga yang berwenang untuk mendaftarkan hak cipta terhadap hasil karya seni ; tidak mengetahui prosedur atau mekanisme pendaftaran hak cipta terhadap hasil karya seni ; biaya untuk melakukan pendaftaran hak cipta terhadap hasil karya seni sangat mahal ; karena karya seni yang diciptakan bersifat kolektif, social, dan untuk pengabdian masyarakat ; karya seni yang diciptakan didanai oleh pemerintah atau si pencipta sebagai pemenang hibah dan mempunyai kewajiban untuk membuat suatu karya ; belum ada keharusan untuk mendaftarkan karya seni.Indonesian Arts Institute of Denpasar is a repository of the creation of various artworks that should have legal protection to avoid plagiarism from other parties especially among art academicians. The existing phenomenon is that many academic artists at Faculty of Performing Arts of the Indonesian Arts Institute of Denpasar do not protect the copyrights of the artworks produced, therefore this article discusses the reasons why the academic artists at the Performing Arts Faculty of the Indonesian Arts Institute of Denpasar did not protect their  copyrights, to give an illustration  on the condition of the academic artists who are less appreciative to  Law Number 28 of 2014 on Copyrights so in the future it can motivate academic artists to register the copyrights of their artworks. The research method applied is qualitative research with phenomenological approach where the data sources are in the form of primary data and secondary data. The data were collected through questionnaire, interview, and literature study then descriptively processed and presented by drawing conclusion. The results of this study provide an explanation on the reasons why the academic artists at the Faculty of Performing Arts of the Indonesian Arts Institute of Denpasar did not protect the copyright of their artworks, namely, they did not know the authorized institutions to register the copyrights of their artworks; did not know the procedures or mechanism to register the copyrights of their artworks; the cost for the registration of the artwork copyrights is very expensive; the artworks created are collective, social and for community services; the artworks created are funded by government or the creators as the grant receivers and have obligations to create works; no requirement to register artworks.
Perlindungan Hukum Terhadap Alat Musik Tradisional Bali Masyuni Sujayanthi, Ni Wayan; Arya Putraka, Agus Ngurah
Kalangwan : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4 No 2 (2018): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.449 KB) | DOI: 10.31091/kalangwan.v4i2.558

Abstract

Keanekaragaman seni dan budaya di Indonesia menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini, begitu halnya di Bali dimana seni dan budaya sudah dikenal sampai kemancanegara. Salah satunya adalah seni karawitan dimana alat musik tradisional Bali sudah banyak terdapat di negara lain dan sudah banyak dipelajari oleh bangsa lain, hal ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya pengklaiman oleh negara lain sehingga dipandang perlu melalui penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis keurgensian pemberian perlindungan hukum terhadap alat musik tradisional Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dimana sumber data berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner, wawancara, dan studi pustaka kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif dengan menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran penting atau tidaknya pemberian perlindungan hukum terhadap alat musik tradisional Bali menurut para pendapat masyarakat yang berkecimpung di dunia seni karawitan Bali.The diversity of arts and cultures in Indonesia become one of the wealth owned by this nation, so as in Bali where art and culture have been well-known all over the world. One of them is karawitan art where the traditional Balinese musical instruments have been widely available in other countries and have been studied by other nations, it evokes the occurrence of claims by other countries, therefore it is necessary that through this research which aims at analyzing the urgency of providing legal protection to Balinese traditional musical instruments. The research method applied is qualitative research where the data sources are in the form of primary data and secondary data. The data collection was conducted by questionnaire method, interview, and literature study then processed and presented descriptively by drawing conclusions. The results of this study provide description on whether or not the provision of legal protection to Balinese traditional musical instruments according to the opinions of the people who are engaged in the art world of Balinese karawitan. 
Budaya Perlindungan Hak Cipta Pada Ciptaan Seni Di Institut Seni Indonesia Denpasar Masyuni Sujayanthi, Ni Wayan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.166 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.676

Abstract

Budaya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang kemudian disebut dengan HKI bidang Hak Cipta pada ciptaan seni sebagai bentuk kesadaran akan nilai moral dan ekonomis yang perlu diselamatkan oleh seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa seniman akademik ( dosen ) telah melindungi karya ciptaan seni seperti dalam bentuk video tarian, e-book, dan seni lukis dengan Hak Cipta. Namun dalam proses pendaftaran masih banyak yang mengalami kesulitan dalam perlindungan karya ciptaannya. Fokus pembahasan adalah bagaimana mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar ?. Tujuan penelitian: mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran menjadi sebuah budaya untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif, yuridis empiris dengan sumber data dari Undang - undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 dan jurnal. Pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan: perlu adanya sosialisasi, seminar workshop terkait dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI ) bidang Hak Cipta.
Faktor Penyebab Tidak Didaftarkannya Hak Cipta Oleh Seniman Akademik Penghasil Karya Seni di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 5 (2017): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.491 KB) | DOI: 10.31091/sw.v5i0.192

Abstract

Institut Seni Indonesia Denpasar merupakan gudang lahirnya berbagai macam karya seni yang tentunya harus mendapat perlindungan hukum agar tidak terjadi plagiarisme dari pihak lain khususnya dikalangan para akademisi seni. Fenomena yang terjadi seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar banyak yang tidak melindungi hak cipta dari karya seni yang dihasilkan, sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui alasan - alasan yang menyebabkan para seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar tidak melindungi hak ciptanya, sehingga dapat memberikan gambaran keadaan para seniman akademik yang kurang mengapresiasi perlindungan hak kekayaan intelektual sebagaimana Undang – undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sehingga kedepannya dapat memberikan motivasi kepada para seniman akademik untuk mendaftarkan Hak Cipta karya seni yang dihasilkan.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dimana sumber data berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner, wawancara, dan studi pustaka kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif dengan membuat kesimpulan. Hasil dari penelitian ini berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara maka dapat memberikan penjelasan mengenai alasan - alasan dari para seniman akademik di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar tidak melindungi hak cipta dari hasil karya seninya yaitu tidak mengetahui lembaga yang berwenang untuk mendaftarkan hak cipta terhadap hasil karya seni ; tidak mengetahui prosedur atau mekanisme pendaftaran hak cipta terhadap hasil karya seni ; biaya untuk melakukan pendaftaran hak cipta terhadap hasil karya seni sangat mahal ; karena karya seni yang diciptakan bersifat kolektif, social, dan untuk pengabdian masyarakat ; karya seni yang diciptakan didanai oleh pemerintah atau si pencipta sebagai pemenang hibah dan mempunyai kewajiban untuk membuat suatu karya ; belum ada keharusan untuk mendaftarkan karya seni.Indonesian Arts Institute of Denpasar is a repository of the creation of various artworks that should have legal protection to avoid plagiarism from other parties especially among art academicians. The existing phenomenon is that many academic artists at Faculty of Performing Arts of the Indonesian Arts Institute of Denpasar do not protect the copyrights of the artworks produced, therefore this article discusses the reasons why the academic artists at the Performing Arts Faculty of the Indonesian Arts Institute of Denpasar did not protect their  copyrights, to give an illustration  on the condition of the academic artists who are less appreciative to  Law Number 28 of 2014 on Copyrights so in the future it can motivate academic artists to register the copyrights of their artworks. The research method applied is qualitative research with phenomenological approach where the data sources are in the form of primary data and secondary data. The data were collected through questionnaire, interview, and literature study then descriptively processed and presented by drawing conclusion. The results of this study provide an explanation on the reasons why the academic artists at the Faculty of Performing Arts of the Indonesian Arts Institute of Denpasar did not protect the copyright of their artworks, namely, they did not know the authorized institutions to register the copyrights of their artworks; did not know the procedures or mechanism to register the copyrights of their artworks; the cost for the registration of the artwork copyrights is very expensive; the artworks created are collective, social and for community services; the artworks created are funded by government or the creators as the grant receivers and have obligations to create works; no requirement to register artworks.
Budaya Perlindungan Hak Cipta Pada Ciptaan Seni Di Institut Seni Indonesia Denpasar Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 1 (2019): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.166 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i1.676

Abstract

Budaya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang kemudian disebut dengan HKI bidang Hak Cipta pada ciptaan seni sebagai bentuk kesadaran akan nilai moral dan ekonomis yang perlu diselamatkan oleh seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa seniman akademik ( dosen ) telah melindungi karya ciptaan seni seperti dalam bentuk video tarian, e-book, dan seni lukis dengan Hak Cipta. Namun dalam proses pendaftaran masih banyak yang mengalami kesulitan dalam perlindungan karya ciptaannya. Fokus pembahasan adalah bagaimana mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar ?. Tujuan penelitian: mengoptimalisasikan dan membangun kesadaran menjadi sebuah budaya untuk melindungi ciptaan para seniman akademik di Institut Seni Indonesia Denpasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif, yuridis empiris dengan sumber data dari Undang - undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 dan jurnal. Pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan: perlu adanya sosialisasi, seminar workshop terkait dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI ) bidang Hak Cipta.
Kajian Mitos Kartun Politik Koran Jawa Pos I Wayan Nuriarta; Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 2 (2020): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.501 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i2.1174

Abstract

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam bentuk kajian akademis terhadap kartun politik Koran Jawa Pos dan tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan makna denotasi, makna konotasi dan mitos kartun politik Koran Jawa Pos Minggu pada rubrik sketsa. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Segala hal yang berhubungan dengan kartun politik Koran Jawa Pos tahun 2019 akan dideskripsikan secara kualitatif. Langkah kualitatif yang dilakukan adalah mengumpulkan, menyaring dan menganalisis data untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan-catatan yang berhubungan dengan makna. Sampel penelitiannya adalah kartun politik Koran Jawa Pos edisi 24 Februari dan 10 Maret 2019. Hasil penelitian menunjukan Mitos kartun politik Koran Jawa Pos adalah kesejahteraan rakyat. Secara skematis, makna tersebut dapat dilukiskan: form (gambar kartun politik Koran Jawa Pos), concept (hadirnya para politisi mendatangi pemilih untuk menyampaikan visi misi/ kehadiran sesungguhnya) dan signification (seluruh sistem tanda tentang kampanye para politisi dan kesejahteraan). Jika Barthes mendefinisikan mitos sebagai “a type of speech”, gambar kartun Koran Jawa Pos ini dapat disebut sebagai mitos dalam arti bahwa gambar kartun itu merupakan cara berbicara kesejahteraan masyarakat dalam kampanye politik para politisi.
Musical Composition "Sedimentasi" | Komposisi Karawitan "Sedimentasi" Gede Risa Sutra Gita; Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 1 No 1 (2021): Maret
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sedimentation is the process of formation of sedimentary rock originating from the deposition of chemical solutions and the deposition of certain organisms activities, sedimentary rocks are also formed from the deposition of several abiotic components in the environment such as soil and sand. Sedimentation undergoes three processes, those processes are actualized into a structure consisting of three parts in the sedimentation karawitan musical artwork. Sedimentation karawitan musical artwork used barungan gamelan Gong Kebyar as the media to express it, including Pemade pengumbang, Pemade pengisep, Kantil pengumbang, and some of the Joged Bumbung gamelan, namely Rindik pengumbang, Rindik pengisep, and Kantil pengumbang made from bamboo. This artwork refers to musical elements such as melody, rhythm, tempo, dynamics, and harmony. Sedimentation karawitan musical artworks are presented in a concert, supported by 3 musicians including the composer, performed at Siwer Manis studio, located in Banjar Samu, Singapadu Kaler, Sukawati, Gianyar. The  Penabuh (musicians) or players are divided according to their expertise, the first musician played the Pemade Pengumbang Instrument and the Pengumbang Rindik Instrument alternately, the second musician played the pemade pengisep and rindik pengisep instruments, and the third musician played the kantil pengumbang and bamboo kantil pengumbang instruments.
Adapting Copy-Paste Phenomenon Into a New Music l Menyadur Fenomena "Copy-Paste" ke dalam Musik Baru I Wayan Dibya Adi Guna; Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 1 No 4 (2021): Desember
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

As a director, the stylist captures an interesting phenomenon that is often done among students and students are choose something instant like Copas (copy paste). Moving on from this phenomenon, the organizers reviewed the bright side of copas to change one's mindset that copas not only copy and paste raw, but copas is a bright spot from the dead end of inspiration to find references as reference material to compose a work that suits the character of the tenant himself. This film aims to awaken people's love for karawitan art through innovative karawitan works. The stylists use the method of making "Panca Sthiti Ngawi Sani". The implementation of the stages of the method in the implementation of a work can bring out the characteristics of the work itself so as to give birth to a new musical work with its own originality. The work is realized into three parts, namely introduction, situation, and resolution. In this structure the shape of the directed will resemble the pyramid pattern which in the middle as the climax of this work. The result of this work is a work with the concept of copy paste for originality, whose context in music as a work that "roughly" copies a song form from the original instrument is pasted into a different instrument raw, which has the effect of causing differences in the color of the sound when listening to the instrument. It is hoped that this work can benefit young kaula and art connoisseurs.  
New Technique of Playing Reong into Musical Composition “Sekunder” | Teknik Baru Memainkan Reong Dalam Komposisi Karawitan “Sekunder” Gede Prabudinatha Gautama; Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan Vol 2 No 2 (2022): Juni
Publisher : Pusat Penerbitan LPPMPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekunder is a musical composition inspired by the process of cleaning gamelan. The process of cleaning gamelan is not the main activity but an additional activity in gamelan maintenance. Departing from this, the stylist sees a new perspective in composing Karawitan. The use of sandpaper as a means of exploring the sound of the gamelan reong instrument and the role outside of the musician, the soundman, is the object of the creation of the Sekunder composition. The purpose of creating this composition is a new way of playing reong so that later it can become a new technique for playing the reong instrument in the future. The Sekunder work creation method is structured through three stages of creation, namely the assessment, trial, and formation stages. From these three stages, Sekunder is formed into 3 parts where each part describes each of the stages of creation and also the implementation of the process of cleaning the gamelan into a new technique where how to play the reong instrument using sandpaper. The conclusion of this composition is that this composition uses a new technique in playing it, namely using sandpaper where this technique is inspired by the process of cleaning gamelan. In addition, the role of the soundman is very important here as a dynamic regulator. It is hoped that this composition will become the basis for future works and also that new ways of playing reong in this composition can be used continuously.
Peranan Moral Dalam Mengapresiasi Hasil Karya Seni Ni Wayan Masyuni Sujayanthi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 2 (2020): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i2.1053

Abstract

Hasil karya khususnya dalam bidang seni merupakan hasil buah pikir dari manusia dengan mengolah rasa, cipta, dan karsa yang diwujudkan dalam bentuk karya seni, baik seni tari, seni karawitan, seni pedalangan dan seni musik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, namun dalam mengapresiasi hasil karya seni seseorang seringkali dilakukan dengan memperbanyak hasil karya seni tanpa ijin dari pencipta. Berdasarkan fenomena tersebut maka fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana pentingnya peranan moral dalam mengapresiasi hasil karya seni ? dengan tujuan mampu memotivasi para seniman untuk menghasilkan karya seni yang kreatif dan inovatif tanpa terbebani dengan tindakan plagiat yang sering terjadi dalam masyarakat. Metode penelitan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggambarkan berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat terkait dengan tindakan plagiat yang sering dilakukan terhadap hasil karya seni seseorang, sumber data diperoleh melalui observasi, dan wawancara kepada para seniman akademik khususnya di lingkungan Institut Seni Indonesia Denpasar. Hasil temuan adalah memberikan sosialisasi, seminar atau workshop kepada masyarakat tentang perlindungan hasil karya seni dan pentingnya peranan moral sehingga masyarakat dapat menyadari bahwa hasil karya seni seseorang patut dihargai sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang - undangan.