Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemberdayaan Guru Sekolah dalam Deteksi Dini dan Screening Tuberkulosis pada Anak Sekolah di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Sri Hendrawati; Ikeu Nurhidayah; Ai Mardhiyah; Wiwi Mardiah; Fanny Adistie
Media Karya Kesehatan Vol 1, No 1 (2018): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.963 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v1i1.17113

Abstract

Saat ini angka kejadian tuberkulosis (TB) dewasa di Indonesia meningkat. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan penularan tuberkulosis pada anak, karena anak merupakan kelompok usia yang sangat rawan tertular TB dan hanya akan mendapatkan tuberkulosis dari orang dewasa. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM) ini bertujuan untuk memberdayakan guru sekolah dalam melakukan deteksi dini dan penemuan kasus tuberkulosis pada anak sekolah. Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah guru Sekolah Dasar (SD) dan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Luaran kegiatan ini adalah modul deteksi dini tuberkulosis pada anak sekolah, yang dapat dipakai oleh guru sekolah untuk melakukan deteksi dini rutin tuberkulosis pada anak sekolah, teridentifikasinya penemuan kasus baru tuberkulosis pada anak sekolah melalui deteksi dini, dan sekolah percontohan untuk deteksi tuberkulosis pada anak. Metode kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu panel expert untuk pembuatan modul deteksi dini, pelatihan deteksi dini tuberkulosis, simulasi deteksi dini dan screening TB, simulasi penemuan dan pelaporan kasus tuberkulosis, dan pelaksanaan penemuan kasus TB pada anak SD di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan mitra dari SD Negeri Cileles dan MI Al-Falah Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Pelaksanaan kegiatan ini juga melibatkan mitra dari kader kesehatan Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan guru sekolah dan kader kesehatan sebelum dilakukan kegiatan pemberdayaan adalah 63,33 (SD = 20,90); rata-rata skor pengetahuan guru sekolah dan kader kesehatan setelah dilakukan kegiatan adalah 81,00 (SD = 12,96) dengan rata-rata peningkatan skor 17,67 (SD = 20,96); dan kemampuan psikomotor peserta 100% lulus dalam kegiatan praktikum. Hasil kegiatan ini merekomendasikan agar pelaksanaan screening TB pada anak sekolah dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan capaian deteksi dini TB pada anak sekolah.Kata kunci: Anak sekolah, deteksi dini, guru, kader kesehatan, pemberdayaan, screening, tuberkulosis
Pengembangan Kapasitas Kader Kesehatan dalam Penemuan Kasus Tuberkulosis pada Anak di Tengah Pandemi Covid-19 Windy Rakhmawati; Siti Yuyun Rahayu Fitri; Aat Sriati; Sri Hendrawati
Media Karya Kesehatan Vol 4, No 1 (2021): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v4i1.29710

Abstract

Tingginya angka kejadian tuberkulosis (TB) di Indonesia berpotensi dalam penularan TB pada anak yang tinggal serumah dengan pasien TB, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan kasus TB pada anak. Pada anak, bakteri TB biasanya menyerang sistem pernapasan (TB pulmonal), namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (TB ekstra pulmonal). Namun, saat ini masalah COVID-19 sedang melanda dunia termasuk Indonesia. Sehingga mengakibatkan penanggulangan dan target eliminasi TB pada anak di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama kegiatan penemuan kasus TB pada anak yang biasa dilakukan oleh kader kesehatan. Oleh karena itu, peran kader kesehatan sangat diperlukan saat ini untuk tetap mengoptimalkan perannya dalam penemuan kasus TB pada anak di tengah pandemi saat ini. Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan kapasitas kader kesehatan dalam penemuan kasus TB pada anak di tengah pandemi COVID-19. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Padjadjaran di 12 wilayah di Indonesia dengan melakukan pendidikan kesehatan dan membantu kader kesehatan dalam merancang dan melakukan skrining TB secara online untuk menemukan kasus TB pada anak. Total anak yang mengikuti skrining TB di 12 wilayah di Indonesia yaitu sebanyak 269 orang. Dari 269 orang anak tersebut, ditemukan  257 orang tidak berisiko TB, 10 orang berisiko TB, dan 2 orang dinyatakan suspek TB. Diharapkan pengembangan kapasitas kader kesehatan ini dapat terus berjalan secara optimal dan berkesinambungan sehingga hasil penemuan suspek kasus TB pada anak dapat ditindaklanjuti oleh tenaga kesehatan di Puskemas dalam upaya mencegah dan menurunkan angka kejadian TB pada anak. Kata kunci: Anak, COVID-19, kader kesehatan, penemuan kasus, tuberkulosis.
Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada Anak Usia 0 – 6 Tahun di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Sri Hendrawati; Ai Mardhiyah; Henny Suzana Mediani; Ikeu Nurhidayah; Wiwi Mardiah; Fanny Adistie; Nenden Nur Asriyani Maryam
Media Karya Kesehatan Vol 1, No 1 (2018): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.355 KB) | DOI: 10.24198/mkk.v1i1.17263

Abstract

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita tingkat Provinsi Jawa Barat masih jauh di bawah target yang ditetapkan yaitu 90%, termasuk untuk wilayah Kabupaten Sumedang, khususnya Desa Cileles Kecamatan Jatinangor, memiliki cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak masih rendah. Stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) yang dilakukan di Posyandu tidak lengkap, hanya penimbangan dan pengukuran tinggi badan saja. Kader posyandu belum mampu melakukan deteksi dini dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita secara komprehensif. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk memberdayakan kader posyandu dalam melakukan SDIDTK pada anak usia 0 – 6 tahun. Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah kader posyandu di Desa Cileles. Luaran dari kegiatan PKM ini yaitu tersusunnya modul SDIDTK pada anak usia 0 – 6 tahun yang aplikatif dan handbook praktikum deteksi dini tumbuh kembang anak. Metode kegiatan dilakukan dengan beberapa metode yaitu panel expert untuk pembuatan modul SDIDTK dan pelatihan SDIDTK yang terdiri dari kegiatan penyuluhan, small group discussion, praktikum serta simulasi. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan mitra dari 5 buah posyandu di Desa Cileles yang diikuti oleh 25 kader posyandu. Evaluasi dilaksanakan dengan evaluasi kognitif dan psikomotor. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kader posyandu sangat antusias dalam mengikuti rangkaian kegiatan PKM ini. Sejumlah 25 orang kader lulus mengikuti semua tahapan dalam kegiatan PKM ini dengan indikator terdapat peningkatan pengetahuan tentang SDIDTK dan tumbuh kembang pada anak dari nilai rata-rata pretest 41,6 (SD = 18,9) menjadi nilai rata-rata posttest 65,6 (SD = 17,6), dengan rata-rata peningkatan skor 24,0 (SD = 18,3); dan kemampuan psikomotor peserta 100% lulus dalam kegiatan praktikum. Hasil kegiatan ini merekomendasikan agar pelaksanaan pelatihan SDIDTK pada kader posyandu ini perlu dilanjutkan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan kader dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang, deteksi dini tumbuh kembang, dan intervensi dini tumbuh kembang.Kata kunci: Anak usia 0-6 tahun, deteksi, intervensi dini, kader posyandu, stimulasi, tumbuh kembang
PEMBERDAYAAN SOCIAL SUPPORT GROUP DALAM ADAPTASI NORMALISASI PADA ORANGTUA DENGAN ANAK KANKER DI KABUPATEN PANGANDARAN Ikeu Nurhidayah; Sri Hendrawati; Titin Sutini
Dharmakarya Vol 6, No 3 (2017): September
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.901 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v6i3.14881

Abstract

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan kronis pada anak yang semakin meningkat, termasuk di Kabupaten Pangandaran. Kanker anak memerlukan proses pengobatan yang panjang, yang akan berdampak bukan hanya pada anak, namun juga pada orangtua dan keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami sakit kanker akan mengalami berbagai perubahan yang dipandang sebagai situasi krisis yang dapat mengganggu keseimbangan kehidupan keluarga. Fokus grup diskusi dengan Yayasan Kanker Indonesia Cabang Pangandaran menunjukkan bahwa stres yang sangat luar biasa dirasakan semua orangtua pada saat mendapati kabar bahwa anaknya mengalami penyakit yang membutuhkan pengobatan sepanjang waktu, dan mengganggu keseimbangan keluarga, baik dari segi fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi. Orangtua harus dapat melakukan berbagai penyesuaian serta membantu anak untuk beradaptasi dengan penyakitnya. Normalisasi merupakan suatu proses dimana keluarga mencoba untuk menormalkan kehidupan sehari-hari walaupun memiliki anak dengan penyakit kronis, melalui proses adaptasi. Proses normalisasi keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dukungan melalui social support group yang bisa didapatkan oleh keluarga dari tenaga profesional dan kader kesehatan. Kader kesehatan merupakan relawan (volunteer) yang dipilih oleh masyarakat sebagai individu yang dipercaya untuk mendukung pencapaian kesehatan di wilayah setempat. Kader kesehatan merupakan individu yang diharapkan sebagai sumber dukungan bagi keluarga dengan kanker karena merupakan orang terdekat di lingkungan keluarga. Kegiatan ini berupa pemberdayaan kader kesehatan dalam adaptasi dan normalisasi keluarga dengan kanker di Kecamatan Pangandaran. Khalayak sasaran pada kegiatan ini adalah kader kesehatan di Kecamatan Pangandaran sejumlah 41 orang. Luaran kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor kader kesehatan dalam memberikan dukungan keluarga dengan kanker untuk melakukan adaptasi dan proses normalisasi. Metode kegiatan ini dilakukan dengan ceramah, simulasi, small group discussion dan praktikum. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan kader sebelum dilakukan kegiatan pemberdayaan adalah 74,46 (SD: 0,46), dan rata-rata skor pengetahuan setelah dilakukan kegiatan adalah 97,6 (SD: 0,21), dengan rata-rata peningkatan skor 20,92 (SD: 0,45), dan kemampuan psikomotor peserta 100% dalam kategori baik. Hasil kegiatan ini merekomendasikan puskesmas untuk melanjutkan pemberdayaan kader kesehatan dalam pembinaan kesehatan keluarga termasuk keluarga dengan kanker di Kabupaten Pangandaran. 
Kajian Kebutuhan Family Centered Care dalam Perawatan Bayi Sakit Kritis di Neonatal Intensive Care Unit Sri Hendrawati; Sari Fatimah; Siti Yuyun Rahayu Fitri; Ikeu Nurhidayah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1323.111 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i2.453

Abstract

Sistem perawatan bayi di NICU memberikan dampak negatif bagi bayi dan orang tua. Upaya yang dapat dikembangkan untuk meminimalkan dampak tersebut yaitu dengan mengaplikasikan family centered care (FCC). Langkah pertama upaya tersebut adalah mengidentifikasi kebutuhan orang tua. Dalam penelitian sebelumnya, kebutuhan orang tua sangat bervariasi. Penelitian bertujuan mengidentifikasi kebutuhan FCC dalam perawatan bayi sakit kritis di NICU. Metode penelitian menggunakan mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Penelitian kuantitatif dilakukan terhadap 45 responden dan menggunakan kuesioner NICU Family Need Inventory. Analisis data dilakukan dengan mean. Penelitian kualitatif dilakukan terhadap 7 partisipan dengan menggunakan pedoman wawancara. Analisis data menerapkan teknik content analysis. Penelitian dilaksanakan di NICU Rumah Sakit Pemerintah Wilayah Bandung Raya. Orang tua memiliki urutan prioritas kebutuhan terhadap kepastian (M = 3,90), informasi (M = 3,82), kedekatan (M = 3,76), dukungan (M = 3,49), dan kenyamanan (M = 3,37). Pada penelitian kualitatif didapatkan, orang tua lebih membutuhkan kepastian terkait jaminan bayinya mendapatkan perawatan terbaik; kebutuhan terhadap informasi jujur, jelas, dan rutin mengenai kondisi, perkembangan, dan tindakan yang dilakukan terhadap bayi; dan kebutuhan terhadap kedekatan untuk selalu dekat dan melakukan kontak dengan bayi. Kebutuhan orang tua lebih berfokus pada kesejahteraan bayi. Dalam melakukan asuhan keperawatan, selain meningkatkan pelayanan terhadap bayi, perawat harus memerhatikan kebutuhan orang tua terkait jaminan kepastian bayinya mendapatkan perawatan terbaik, penyampaian informasi dengan komunikasi terbuka, dan menjalin kontak dengan bayi. Dengan mengidentifikasi kebutuhan orang tua, dapat menuntun perawat mengintegrasikan kebutuhan orang tua kedalam FCC sehingga orang tua dapat memenuhi kebutuhannya, mendapatkan kepuasan, dan meningkatkan kualitas hidup bayi.Kata kunci: Bayi sakit kritis, kebutuhan orang tua, perawatan berpusat pada keluarga. Study of Family Centered Care Needs in Critically Ill Infants Care in the Neonatal Intensive Care UnitAbstractInfants hospitalization in the NICU adversely affect for infants and parents. Efforts can be developed to minimize this impact is by applying family centered care (FCC). The first step is identify needs of parents. In previous study examined the differences needs of parents. This study aimed to identify the FCC needs in critically ill infants care in the NICU. The research method was mixed method design with sequential explanatory strategy. The samples in quantitative research were 45 respondents and using questionnaires NICU Family Need Inventory. Data analysis was done by mean. Qualitative research using 7 participants and using interview guidelines. Data analysis used analysis content technique. This research has been carried out in the NICU Government Hospital of Bandung Raya. The quantitative result indicated that parents with critically ill infants in the NICU need assurance most (M = 3.90), followed by information (M = 3.82), proximity (M = 3.76), support (M = 3.49), and comfort (M = 3.37). The main themes from qualitative analysis demonstrated needs of parents in assurance associated with assured the best care possible is being given to infants; information is honest, clear, and routine regarding condition, prognosis, and procedures that performed to infants; and proximity to always close and make contact with the infants. Needs of parents are focused on the wellbeing of their infants. In doing nursing care, beside improving care to the infants, the nurses should pay attention to needs of parents related the assurance their infants get the best care, open communication, and close contact with their infants. By identifying the needs of parents in the NICU, it can allow nurses to integrate the needs of parents into FCC so that parents can meet these needs, get satisfaction, and can improve the quality of life infants.Keywords: Critically ill infants, family centered care, needs of parents.