Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

RELIGION GAP IN FAMILY (STUDY OF COMMUNITY OF SINGKAWANG CITY WEST KALIMANTAN) Amalia Irfani
Raheema Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : PSGA LP2M IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.994 KB) | DOI: 10.24260/raheema.v6i2.1516

Abstract

There are so many social impacts in marriages of different religions and cultures. For example, the problem of education, or the religiousness of children which can change at any time and can not be controlled when the child faces social problems. This paper illustrates how the family life of the multicultural society in West Kalimantan in Singkawang City which is married in different religion but until the end of life remains harmonious. Using the communication psychology approach and the Psychological Theory of Piaget's Cognitive Development . Data obtained through observation, interviews and documentation. According to the research, the differences are caused by cultures brought down from generation to generation, the existence of relentlessness and the ability to adapt to change when the child has decided to choose a religion, parents of different religions tend to be prepared for the consequences of being different religious families. There is also unique finding from this study, that interpersonal communication is effective in establishing intimate and harmonious relationships but has not been able to reduce the inner conflict experienced by child informants as children of couples of different religious parent. In addition, harmonious relationships do not guarantee the success and effectiveness of children in making decisions. Keywords: parents parenting, families of different religions, decision making Ada begitu banyak dampak sosial dalam pernikahan dari berbagai agama dan budaya. Misalnya, masalah pendidikan, atau religiusitas anak yang dapat berubah setiap saat dan tidak dapat dikendalikan ketika anak menghadapi masalah sosial. Makalah ini menggambarkan bagaimana kehidupan keluarga masyarakat multikultural di Kalimantan Barat di Kota Singkawang yang menikah di berbagai agama tetapi sampai akhir hayat tetap harmonis. Menggunakan pendekatan psikologi komunikasi dan Teori Psikologis Perkembangan Kognitif Piaget. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Menurut penelitian, perbedaan itu disebabkan oleh budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi, keberadaan tanpa belas kasihan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan ketika anak telah memutuskan untuk memilih agama, orang tua dari berbagai agama cenderung siap untuk konsekuensi. menjadi keluarga agama yang berbeda. Ada juga temuan unik dari penelitian ini, bahwa komunikasi interpersonal efektif dalam membangun hubungan yang intim dan harmonis tetapi belum mampu mengurangi konflik batin yang dialami oleh informan anak sebagai anak-anak dari pasangan pasangan orang tua yang berbeda agama. Selain itu, hubungan yang harmonis tidak menjamin kesuksesan dan efektivitas anak dalam membuat keputusan. Kata kunci: pengasuhan orang tua, keluarga dari berbagai agama, pengambilan keputusan
MENYIBAK “ISTANA DI ATAS LANGIT” DIANTARA RELUNG KEHIDUPAN PEREMPUAN Studi Problem dan Isyarat Feminisme hingga Krisis Identitas Perempuan di Batu Ampar Amalia Irfani
Raheema Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : PSGA LP2M IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/raheema.v7i2.1604

Abstract

Jika dulu di masa kejayaan industri-industri perkayuan, Teluk Air – Batu Ampar sangat dikenali sebagai “Singapurnya”-nya Kalimantan Barat. Keluar-masuk kapal domestik dan asing, seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas kesibukan kaum Adam maupun Hawa dalam mendulang rupiah. Kini kejayaan itu tinggal kenangan, tersisa hanya ‘nestapa’ seiring collaps-nya segenap perusahaan industri perkayuan, akibat kayu log sebagai bahan baku tidak lagi mampu menopang segenap aktivitas industri perkayuan tersebut. Krisis moneter yang melanda di tahun 1998 lalu, bukan hanya puncak ‘nestapa.’ Tapi, sekaligus tersibaknya problem dan isyarat feminisme yang semakin mendegradasi, bahkan mensubordinasi eksistensi perempuan yang sebelumnya terlihat samar-samar. Struktur patriarkhi yang semakin menjadi “terpaksa” harus ditebus dengan kerja keras kaum Hawa. Berikhtiar merengkuh “belas kasihan” alam demi esensi yang paling mereka jaga, yakni bertahan dan berlangsungnya kehidupan “Istana di Atas Langit” sebagai metafora berumah tangga, meski diantaranya mengalami kegagalan—terpaksa menjadi “kepala” rumah tangga. Sudah barang tentu, problem dan isyarat feminisme menjadi penting dijawab dalam mewujudkan proses masa depan yang sensitif gender, berikut kesetaraan perempuan dari keperkasaan struktur patriarkhi.
KOMUNKASI DOSEN PENASEHAT AKADEMIK DALAM PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS MAHASISWA DI STAIN PONTIANAK Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v7i2.64

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komunikasi-interaksi dosen STAIN Pontianak kepada mahasiswanya sebagai upaya untuk peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di STAIN Pontianak. Dalam proses pembelajaran, miss komunikasi menjadi bagian yang tidak mungkin terelakkan sehingga diperlukan upaya untuk meminimalisir perbedaan yang mungkin timbul dengan memaksimalkan komunikasi-interkasi kedua belah pihak (komunikasi dua arah) dilandasi saling pengertian. Komunikasi penting untuk dibangun sebab komunikasi pada hakikatnya adalah kunci semua kehidupan, terlebih pada proses belajar mengajar, komunikasi yang baik, terarah, teratur, terencana akan menghasilkan pembelajaran yang baik pula. Sebaliknya jika komunikasi yang dibangun oleh dosen terhadap mahasiswanya tidak terpola dengan baik, kaku, hasilnya tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Banyak kasus dalam instansi pendidikan dosen dalam melakukan interaksi dengan mahasiswa baik secara formal dan non formal lebih banyak menggunakan pendekatan pedagogy (anak-anak) dan bukannya andragogy (orang dewasa). Padahal seperti yang diketahui bahwa mahasiswa adalah orang dewasa yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak. Selain kurangnya pendekatan andragogy yang dilakukan dosen dalam berinteraksi dengan mahasiswa, faktor lain yang menyebabkan konflik antara dosen dengan mahasiswa adalah terabaikannya pertimbangan moral dan etika oleh masing-masing pihak baik dosen dan mahasiswa.
AMTSÂL AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL Hepni Putra; Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v14i1.1761

Abstract

الملخص التغيير الاجتماعي الذي يحدث في المجتمع هو نتيجة للتأثيرات الإيجابية والسلبية ، لذلك يجب أن يكون هناك دليل يمكن أن يوجه الناس لمتابعة التغيير الاجتماعي في اتجاه إيجابي. وفي القرآن الكريم هناك أساليب فى الأمثال لها دور كبير فعال في جعل الناس يميلون إلى فعل الخير ، ويبتعدوا عن الأشياء السلبية والتى تبين لنا أيضا ما حقيقة الهدف فى هذه الحياة الدنيا وكيفية التطبيق لهذه الأمثال على أرض الواقع ،وهذا الأسلوب أيضا أنسب طريقة ليمثل صورة عن حياة المجتمع ، سواء العادات الشخصية أو الأفكار أو الثقافة المتوفرة في المجتمع.بحيث يساهم هذا الأسلوب مساهمة كبيرة في توجيه الناس لمتابعة التغيرات الاجتماعية الصحيحة،والتي ترتبط بدورها بتفاعلاتهم فيما بينهم في المجتمع والبيئة الإجتماعية التي تقوم على الأخلاق النبيلة. الكلمات المفتاحية: الأمثال و الاجتماعية و المجتمعية Perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat merupakan konsekuensi dari pengaruh positif dan negatif,sehingga perlu adanya pertunjuk yang bisa mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan socialke arah yang positif.Sebagai bagian dari uslûb (gaya bahasa) al-Qur’an, amtsâl memilik peran strategis menjadikan manusia untuk selalu cenderung melakukan kebaikan,serta mencegah dari hal-hal negatif, dengan cara memvisualisasikan secara jelas materi yang dibicarakan, sekaligus meniscayakan hakikat atau realitas yang hendak dikemukakan mewujud secara nyata. Amtsâl juga merupakan cara yang paling tepat untuk memberikan gambaran kehidupan suatu masyarakat, baik tabiat, kebiasaan, pemikiran, serta budaya yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Sehingga amtsâl dengan berbagai bentuknya dalam al-Qur'an, mimiliki kontribusi yang cukup besar dalam mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan social yang bernilai positif, yang pada akhirnya berkorelasi pada interaksinya dengan sesama manusia dan alam sekitar yang berlandas pada akhlak mulia. Kata Kunci: Amtsâl, Sosial, Kemasyarakatan
Konsep Persaudaraan menurut Islam dan Budha (Sebuah Studi Komparatif) Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v11i2.853

Abstract

Indahnya persaudaraan adalah bagian terpenting dari semua ajaran agama-agama. Islam yang universal dan Budha yang toleran adalah contoh bahwa agama sebagai perekat persatuan atas nama kebajikan/kebaikan di muka bumi. Kedua agama ini jelas berbeda, tidak akan pernah sama, sebab lahir dan berkembang dengan proses yang berbeda pula. Islam bersumber dari pemilik alam semesta terkondisikan melalui sebuah keyakinan/iman terucap dari syahadat. Sedangkan Budha juga mengklaim bahwa ajaran mereka adalah ajaran yang bersumber pada keyakinan pada satu wujud yang memiliki welas asih dan kebijaksanaan sebab adanya hubungan kausal. Keyakinan dalam buddhis, bercirikan: Membuka pandangan; meliputi keterbukaan dan keingintahuan dan Praktik; meliputi ritual (puja) dan pelaksanaan moralitas (sila) yang benar. Tulisan singkat ini akan sedikit menggambarkan tentang makna persaudaraan ajaran Islam dan ajaran Budha dalam studi komparatif; sebagai bagian memahami perbedaan dalam konsep kebhinekaan; dengan pesan semoga konflik yang terjadi dibelahan dunia atas nama agama mayoritas dan minoritas tidak lagi bertambah dan menjadi.
DEMAM INDIA DI INDONESIA Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v9i1.90

Abstract

Industri perfilm-an dunia rasanya kurang lengkap jika tidak dimeriahkan oleh industri film berasal dari india. Walaupun tergolong negara miskin, India mampu menyihir dunia dengan seni peran klasik dan moderen serta seni tari yang begitu eksotik. Sehingga tidak mengherankan disetiap televisi dibelahan dunia, film bollywood menjadi salah satu tontonan terpilih, sangat diminati bahkan ditunggu. Salah satu negara peminat film India adalah Indonesia. Secara historis, ada hubungan yang sangat erat antara India dan Indonesia, mulai dari penyebaran agama, budaya, agama, bahasa dan pendidikan. Tulisannya ini secara singkat akan menggambarkannya hubungan tersebut serta sebab akibat dari televisi.
Nasionalisme Bangsa dan Melunturnya Semangat Bela Negara Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v10i2.613

Abstract

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”, demikian pesan yang pernah disampaikan oleh Presiden pertama RI sekaligus Proklamator kemerdekaan pada saat memperingati hari Pahlawan 10 November tahun 1961. Kata-kata yang sederhana namun mengandung makna sangat dalam. Sukarno sepertinya telah jauh berpikir ke depan tentang berbagai hal yang akan dilalui negeri ini nanti. Jika semangat nasionalisme mengusir penjajah berkobar dizamannya, sebaliknya semangat tersebut perlahan meredup seiring  kedewasaan kemerdekaan Indonesia. Kini Ibu Pertiwi berduka, dalam sebuah lantunan nada, Ismail Marzuki komposer Indonesia di era 1950-an dan 1960-an, pun telah membahasakannya dalam beberapa bait lirik yang menyentuh hati.Tulisan ini secara singkat mengulas semangat nasionalisme di Indonesia, sejarah dan prosesnya. Sebuah keprihatinan terhadap keadaan negeri yang telah kehilangan semangat membangun, yang katanya kaya, santun dan bermartabat.“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”, demikian pesan yang pernah disampaikan oleh Presiden pertama RI sekaligus Proklamator kemerdekaan pada saat memperingati hari Pahlawan 10 November tahun 1961. Kata-kata yang sederhana namun mengandung makna sangat dalam. Sukarno sepertinya telah jauh berpikir ke depan tentang berbagai hal yang akan dilalui negeri ini nanti. Jika semangat nasionalisme mengusir penjajah berkobar dizamannya, sebaliknya semangat tersebut perlahan meredup seiring  kedewasaan kemerdekaan Indonesia. Kini Ibu Pertiwi berduka, dalam sebuah lantunan nada, Ismail Marzuki komposer Indonesia di era 1950-an dan 1960-an, pun telah membahasakannya dalam beberapa bait lirik yang menyentuh hati.Tulisan ini secara singkat mengulas semangat nasionalisme di Indonesia, sejarah dan prosesnya. Sebuah keprihatinan terhadap keadaan negeri yang telah kehilangan semangat membangun, yang katanya kaya, santun dan bermartabat.
POLA KERUKUNAN MELAYU DAN TIONGHOA DI KOTA SINGKAWANG Amalia Irfani
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-hikmah.v12i1.906

Abstract

This paper briefly describes how the pattern of harmony between Malay and Chinese communities in Singkawang City, two major ethnicities and became political authorities alternately in the city; through sociological communication studies. The result of the study it was found that the harmony of the people in Singkawang City can be categorized as dynamic and harmonious. Tolerance is so high applied in the life of society and politics by the people. In terms of social relations, there are no significant differences between these two ethnicities, almost the same can be said to be no difference at all, there is no element of legal discrimination for every ethnic group in here. Constraints that arise in their social life are the use of language, as well as the Chinese community which seems more closed and more restricting the association with other ethnic groups. (Tulisan ini secara singkat memaparkan tentang bagaimana Pola Kerukunan masyarakat Melayu dan Tionghoa di Kota Singkawang, dua etnis besar dan menjadi penguasa politis secara bergantian di Kota tersebut; melalui kajian komunikasi-sosiologis. Hasil kajian sosiologis atas Kerukunan masyarakat di Kota Singkawang dapat dikategorikan dinamis dan harmonis. Toleransi yang begitu tinggi diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat maupun politik oleh masyarakat kota Singkawang. Kemudian, dari sisi hubungan sosial, tidak ada perbedaan yang signifikan antar dua etnis ini, hampir sama bahkan dapat dikatakan tidak ada perbedaan sama sekali, di mana tidak ada unsur diskriminasi hukum bagi setiap etnis di Kota Singkawang. Kendala yang muncul di kehidupan bermasyarakat mereka adalah yaitu pengunaan dalam berbahasa, seperti halnya masyarakat Tionghoa yang nampak lebih tertutup dan lebih membatasi pergaulan dengan etnis lain).
Layanan Konseling Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal dalam Perspektif Islam Siti Mauljannah; Hesty Nurrahmi; Amalia Irfani
Pamomong: Journal of Islamic Educational Counseling Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi BKPI IAIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/pamomong.v2i2.125-135

Abstract

This study aims to determine the effectiveness of group counseling to overcome interpersonal communication in the Islamic perspective of class XI IPS students at SMA Negeri 1 Sepauk, Sintang Regency. The approach and method used in this research are quantitative approach with the PTBK method. Subjects and locations in research this is a class XI IPS student at SMA Negeri 1 Sepauk, Sintang District have low interpersonal communication in Islamic perspective. Technique data collection used was a questionnaire technique, interview technique, observation technique. The conclusion of this study: 1) gained an overview of communication interpersonal in the Islamic perspective demonstrated by student at the calss XI IPS Negeri Sepauk of Sintang District before the implementation of counseling group. Data results show that group counseling services on students the Ccass XI IPS at SMA Negeri 1 Sepauk of Sintang District is very good, running smoothly so that it can overcome interpersonal communication in an Islamic perspective this can be seen from the results of a post-test cycle I score 86,40% and a cycle II score of 96,93%, from these results indicates that students are experiencing an improvement based on post-test results I and II can thus be said “Ho” rejected and “Ha” accepted. 
Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Peserta Didik Yang Membolos Puspita Nuriman; Amalia Irfani; Barriyati .
Counseling AS SYAMIL: Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Islam Vol 1 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : BKI IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.603 KB) | DOI: 10.24260/as-syamil.v1i2.436

Abstract

Abstract: Ditching is the act of students not attending school without a clear explanation. This study aims to reveal how the strategies, actions and the level of success of the strategies and actions taken by BK teachers against students skipping school. This research is a type of descriptive research with a qualitative approach. The data sources of this study consisted of primary sources, namely 1 BK teacher, and secondary sources of 5 students. The technique of collecting data is direct communication to both primary and secondary sources with interview guidelines, then using observation and documentation techniques. The analysis of the discussion is that the BK teacher makes a strategy by making a letter of agreement or a contract of punishment, by providing individual or group counseling services as well as providing punishment in accordance with the contract agreement. The success of these strategies and actions provides a deterrent effect to students, so that students do not take truant action again.