Chairun Nisa’
Bagian Anatomi Histologi Dan Embriologi, Departemen Anatomi Fisiologi Dan Embriologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Tinjauan Makroskopik Organ Reproduksi Jantan Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) Savitri Novelina; Shandy Maha Putra; Chairun Nisa’; Heru Setijanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 1 (2014): Januari 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.256 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.1.26-30

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan musang luak(Paradoxurus hermaphroditus). Pengamatan morfometri meliputi pengukuran panjang, diameter,dan bobot dari organ reproduksi. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkanpanjang, diameter, dan bobot testis tanpa scrotum berturut-turut adalah 2,14 cm, 1,55 cm, dan 2,85 cm.Epididimis terdiri atas kaput, korpus, dan kauda epididimis. Kelenjar prostat mempunyai panjang 3,14cm, lebar 1,82 cm dan berat 4,21 g. Penis musang luak bertipe muskulo-kavernosus dengan panjang 7,77cm dan mempunyai penis spine. Secara umum, gambaran makroanatomi organ reproduksi musang luakjantan mirip dengan hewan karnivora lain seperti anjing dan kucing.
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Trenggiling (Manis javanica) Yusrizal Akmal; Chairun Nisa’; Savitri Novelina
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 2 No. 2 (2014): Juli 2014
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.997 KB) | DOI: 10.29244/avi.2.2.74-81

Abstract

Organ reproduksi trenggiling merupakan hal yang penting dalam menunjang upaya konservasi, karena trenggiling termasuk dalam kategori endangered species oleh IUCN dan dilindungi pemerintah berdasarkan UU No. 5/1990 serta PP No. 7/1999, meskipun menurut CITES termasuk appendix II. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari makroanatomi organ reproduksi jantan trenggiling (M. javanica). Organ reproduksi jantan dari lima ekor trenggiling digunakan pada penelitian ini. Pengamatan dilakukan terhadap posisi in situ, morfologi dan morfometri, yang meliputi pengukuran panjang, lebar atau diameter, tebal, dan dari masing-masing bagian organ reproduksi jantan trenggiling dengan menggunakan kaliper dalam satuan cm, serta bobot dalam satuan gr. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa trenggiling memiliki sepasang organ reproduksi yang terdiri atas testes, epididymis dan ductus deferens yang selanjutnya bermuara ke urethra.Testes terletak di subcutanea daerah inguinales, serta tidak terbungkus oleh scrotum. Testis dexter dan sinister memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama. Ukuran rata-rata testis adalah panjang 3,78 ± 0,12 cm, lebar 1,24 ± 0,02 cm, tebal 0,90 ± 0,03 cm, dan bobot 5,64 ± 0,04 g. Epididymis membentuk caput, corpus dan cauda dengan panjang rata-rata 4,78 ± 0,02 cm, sedangkan panjang rata-rata ductus deferens adalah 8,98 ± 0,31 cm. Penis berukuran kecil dan pendek, bertipe muscolocavernosus dengan rata-rata panjang dan diameter adalah 5,39 ± 1,63 cm, dan 0,64 ± 0,03 cm. Ditemukannya testes ascrotalis di subcutanea daerah inguinales merupakan hasil yang menarik dari penelitian ini yang diduga terkait dengan perilaku trenggiling menggulung tubuh.Kata kunci: trenggiling (M. javanica), organ reproduksi jantan, testes ascrotalis
Anatomi Organ Reproduksi Jantan Biawak Air Asia, Varanus salvator (Reptil: Varanidae) . Mahfud; Chairun Nisa’; Adi Winarto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 3 No. 1 (2015): Januari 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.266 KB) | DOI: 10.29244/avi.3.1.1-7

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan tingkat eksploitasi biawak V. salvator terbesar di dunia yang sebagian besar untuk melayani permintaan perdagangan kulit. Tingginya permintaan kulit biawak di Indonesia mengkhawatirkan menyebabkan turunnya populasi satwa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari anatomi organ reproduksi jantan biawak air asia (Varanus salvator) (Reptil: Varanidae). Dua ekor biawak jantan dewasa digunakan dalam penelitian ini. Hewan dianestesi, dilakukan exanguinasi, dan difiksasi dengan larutan paraformaldehida 4% secara perfusi. Pengamatan dilakukan terhadap situs viscerum, morfologi, dan morfometri organ reproduksi mulai testis sampai hemipenis. Secara makroskopis, organ reproduksi jantan V. salvator terdiri atas testis, ductus epididymidis, ductus deferens dan hemipenis yang masing-masing berjumlah sepasang. Posisi testis menggantung di dinding dorsal coelom melalui mesorchium. Dari bagian dorsal testis terdapat ductus epididymidis yang panjangsampai di ujung kaudal ginjal. Ductus deferens, berupa saluran kecil, lurus dan berakhir di ujung hemipenis yang terletak di dalam pangkal ekor. Pada bagian kranial hemipenis ditutupi oleh papillae berbentuk konikal. Di kaudal dari hemipenis ditemukan otot retraktor yang memanjang ke arah ekor, dan diduga berperan menarik hemipenis ke dalam setelah kopulasi. Organ reproduksi jantan biawak secara umum mirip dengan reptilia lain khususnya ular dan kadal, dengan karakteristik adanya sepasang hemipenis.Kata kunci: Varanidae, Varanus salvator, organ reproduksi jantan, hemipenis, otot retraktor. (Anatomy of The Male Reproductive Organ of Water Monitor, Varanus salvator (Reptil: Varanidae))Indonesia is a country with high levels of exploitation of Varanus salvator that mainly serve the demand of leather trade. The high demand of lizard leather in Indonesian was alarming, cause a decline population of these animals. To improve our understanding on reproduction organs of the animal, we conduct this anatomical study. The study was used two adult male lizards. The animals were anesthetized, exanguinated and fixated in 4% paraformaldehyde by tissue perfusion method. Observations were performed to the visceral site, morphological and morphometrical of the male reproductive organs, from testes to hemipenes. Macroscopically, male reproductive organs of V. salvator were a pair of testes, epididymidis ducts, deferens ducts and hemipenes. The testis attached to dorsal wall of the coelom and fixed by the mesorchium. The epididymidis duct was long tubes that located in the dorsal of testes, winding up at the caudal end of the kidney. The deferens duct was a small duct, running straight and last at the end of each hemipenis, located at the base of the tail. The cranial part of each hemipenis was covered by conical shaped papillae. Furthermore, at the caudal of each hemipenis was found the retractor muscle that extends toward the tail, and is thought to contribute to the retracting hemipenis after copulation. The male reproductive organs of V. salvator are generally similar to the other reptiles, especially snakes and lizards, with peculiar a pair of hemipenes.Keywords: Varanidae, Varanus salvator, male reproductive organs, hemipenes, retractor muscles.
Morfofisiologi dan Profil Biokimia Darah Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) dari Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Danang Dwi Cahyadi; . Nurhidayat; Chairun Nisa'; . Supratikno; Savitri Novelina; Heru Setijanto
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 6 No. 1 (2018): Januari 2018
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.316 KB) | DOI: 10.29244/avi.6.1.51-59

Abstract

Aktivitas terbang pada kelelawar membutuhkan energi paling banyak dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lainnya. Morfofisiologi dan profil biokimia darah diduga memiliki peranan penting terhadap kemampuan terbang hewan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfofisiologi eritrosit dan profil biokimia darah P. vampyrus. Penelitian ini menggunakan 15 ekor kelelawar dewasa dengan bobot badan antara 669,7 g sampai 1211,5 g (x̄ = 957,51 ± 177,52 g). Sampel darah diambil secara langsung melalui ventrikel kiri jantung. Pengamatan dan pengukuran terhadap preparat ulas darah menunjukkan bahwa morfologi eritrosit P. vampyrus mirip dengan mamalia secara umum dan mempunyai diameter rata-rata 7,15 ± 0,45 µm. Koefisien variasi ukuran eritrosit (RDWc) hewan ini sebesar 18,11 ± 1,16%.  Pemeriksaan hematologi yang dilakukan menggunakan automated counter menunjukkan bahwa total eritrosit (8,89 ± 1,36 106/µl),  konsentrasi hemoglobin (14,33 ± 2,38 g/dl), dan nilai hematokrit (42,13 ± 6,49%) P. vampyrus relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mamalia pada umumnya. Neutrofil dan limfosit merupakan komponen yang mendominasi jumlah leukosit. Adapun persentase jumlah neutrofil lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah limfosit. Penelitian ini memberikan informasi dasar yang dapat mendukung penelitian terkait dengan kemampuan terbang dari P. vampyrus.
Komparasi Morfologi Lambung Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) Berdasarkan Pola Pemberian Pakan Buah Kopi Andi Hiroyuki; Savitri Novelina; Chairun Nisa’
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 8 No. 2 (2020): Juli 2020
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.21 KB) | DOI: 10.29244/avi.8.2.1-8

Abstract

Musang luwak dikenal sebagai hewan yang menghasilkan biji kopi luwak dengan harga jual tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh konsumsi buah kopi terhadap morfologi lambung musang luwak. Sampel didapatkan dari lambung enam musang yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah musang luwak yang mengkonsumsi kopi (Mk) (n=3) dan kelompok yang tidak mengkonsumsi kopi (TMk) (n=3). Lambung yang telah terfiksasi kemudian diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dan ukuran dari lambung. Pengamatan mikroskopik dilakukan menggunakan teknik histokimia yaitu melalui pewarnaan hematoksilin eosin (HE), alcian blue (AB), dan periodic acid Schiff (PAS). Hasil pengamatan menunjukan kondisi lambung yang relatif berbeda. lambung kelompok Mk memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan lambung kelompok TMk namun memiliki lipatan mukosa yang lebih sedikit, terutama pada bagian proksimal lambung. Kelenjar fundus lambung kelompok Mk menunjukan jumlah sel parietal yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kelompok TMk. Pewarnaan AB dan PAS menunjukan sebaran karbohidrat netral yang lebih dominan pada permukaan kelenjar pilorus kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi karbohidrat asam yang tinggi juga ditemukan pada kelenjar fundus kedua kelompok perlakuan. Karakteristik lambung ini diduga berhubungan dengan diet dan proses pencernaan pada saluran pencernaan musang luwak.
AH-03 Anatomical Characteristic of Forelimb Skeleton of Sumatran Rhino (Dicerorhinus sumatrensis) Nurhidayat Nurhidayat; Eni Puji Lestari; Chairun Nisa'; Danang Dwi Cahyadi; Supratikno Supratikno
Media Veteriner Proceedings of The 5th Congress of Asian Association of Veterinary Anatomists (Asian AVA) 2015
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.671 KB)

Abstract

Anatomical Characteristic of Forelimb Skeleton of Sumatran Rhino        (Dicerorhinus sumatrensis)
AH-04 Anatomical Characteristic of the Pelvic and Thigh Region Muscles of Javan Pangolin, Manis javanica Chairun Nisa'; Singgih Pratiknyo Sundawa; Supratikno Supratikno; Danang Dwi Cahyadi
Media Veteriner Proceedings of The 5th Congress of Asian Association of Veterinary Anatomists (Asian AVA) 2015
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.206 KB)

Abstract

Anatomical Characteristic of the Pelvic and Thigh Region Muscles  of Javan Pangolin, Manis javanica