Simon Simon
Sekolah Tinggi Teologi Salatiga

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Tanggapan Alkitab Terhadap Wacana Hukuman Mati bagi Pelaku Korupsi Simon Simon
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 1 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i1.87

Abstract

Korupsi merupakan permasalahan di Indonesia yang sudah mengakar sejak dulu hingga kini, dan telah menyebabkan negara dan masyarakat menderita. Buruknya dampak akibat korupsi akhirnya memunculkan wacana pidana mati bagi pelaku korupsi. Wacana hukuman mati bagi koruptor menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat, dan kelompok yang mendukung wacana tersebut lebih banyak dibandingkan dengan pihak yang kontra terhadap hukuman mati. Tulisan ini membahas bagaimana tanggapan Alkitab terhadap hukuman mati bagi pelaku korupsi. Penelitian dalam tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan eksposisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beragam penafsiran Alkitab tentang hukuman mati terhadap kejahatan jenis apapun, termasuk korupsi. Perbuatan korupsi adalah kejahatan, karena korupsi melanggar hukum negara dan firman Tuhan.  Oleh karena  korupsi bagian dari kejahatan maka pelakunya pantas diganjar dengan hukuman yang berat. Pemerintah mempunyai otoritas untuk mempertimbangkan dan memutuskan hukuman yang setimpal, sebab pemerintahan adalah hamba Allah.
Rumah Tangga Gembala Sidang Menjadi Role Model Bagi Jemaat Lena Anjarsari Sembiring; Simon Simon
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i2.15

Abstract

ABSTRACTThis paper discusses the congregation pastor household being a role model for the congregation. The method used in this research is descriptive qualitative method with a literature approach. The result of this discussion is shepherd in Greek uses the word ποιμένας (poimenas) which means a feeder, protector and guide. God gives a pastor's ministry to a person for the purpose of carrying out the task of shepherding and educating His people so that they can live more properly and spiritually mature. Through the task God has delegated to the pastor to serve the congregation, his life and household should become a role model for the congregation. The pastor becomes a role model for the congregation starting from his marriage, has a good track record in life, is able to lead all members of his family, and the wife's lifestyle does not become a stumbling block. Why is the congregation pastor's household required to be a role model for the congregation, because the congregation pastor is closely related to the spiritual arrangement and arrangement of the church's household life. ABSTRAK Tulisan ini membahas mengenai Rumah Tangga Gembala Sidang Menjadi Role Model Bagi Jemaat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan. Hasil dari pembahasan ini adalah gembala dalam bahasa Yunani  menggunakan kata ποιμένας (poimenas) yang diartikan seorang pemberi makan, pelindung dan penuntun. Tuhan mengaruniakan jawatan gembala kepada seseorang tujuannya untuk mengemban tugas menggembalakan dan mendidik jemaat-Nya agar mereka makin hidup benar dan dewasa secara kerohanian. Melalui tugas yang didelegasikan oleh Allah kepada gembala sidang untuk melayani jemaat, maka kehidupan dan rumah tangganyapun sudah sepatutnya menjadi role model bagi jemaat. Gembala sidang menjadi role model bagi jemaat dimulai dari pernikahannya, memiliki track record hidup yang baik, mampu memimpin seluruh anggota keluarganya, serta gaya hidup istri tidak menjadi batu sandungan. Mengapa rumah tangga gembala sidang dituntut menjadi role model bagi jemaat, karena gembala sidang erat kaitannya dalam penataan kerohanian dan penataan kehidupan rumah tangga jemaat.
Peranan Gereja dalam Menghambat Laju Pertumbuhan Pemakai Narkoba Simon Simon
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) Vol 1 No 2 (2019): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37364/jireh.v1i2.15

Abstract

Indonesia is a country that is fertile ground for drug trafficking carried out by domestic dealers and drug dealers internationally. The rise of drugs today causes victims to die every day. President Jokowi came to state that Indonesia was on the verge of a "drug emergency", because every day 50 people died. If in just one year it could reach 18,000 people die each year. Seeing these facts, of course the government appealed through the National Narcotics Agency (BNN) that this should not be left unnoticed because it would have an increasingly bad impact. This research aims to give an idea to the churches that the spread of drugs and the number of users is alarming in the midst of this nation. The method that the author uses in writing this article uses a qualitative method with a literature study approach. The role that can be demonstrated by the church in drug prevention by preaching the dangers of drugs in the pulpits, partnering with BNN institutions as the frontline in eradicating drugs, conducting visits to rehabilitation sites and optimizing the role of families as supervisors. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi lahan subur dalam peredaran narkoba yang dilakukan oleh para bandar dalam negeri maupun bandar narkoba secara internasional. Maraknya narkoba di masa kini menyebabkan adanya korban yang meninggal setiap hari. Presiden Jokowi pun sampai menyatakan bahwa Indonesia telah berada pada ambang “darurat narkoba,” dikarenakan setiap harinya meninggal 50 orang. Bila dalam setahun saja dapat mencapai 18. 000 orang meninggal setiap tahunnya. Melihat fakta-fakta ini, tentunya pemerintah menghimbau melalui Badan Narkotika Nasional (BNN) mengemukan hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan semakin berdampak buruk. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada gereja-gereja bahwa penyebaran narkoba serta jumlah pemakainya sudah mengkuatirkan di tengah bangsa ini. Adapun metode yang penulis gunakan dalam penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Peranan yang dapat ditunjukkan oleh gereja dalam pencegahan narkoba dengan mengkhotbahkan bahaya narkoba di mimbar-mimbar, bermitra dengan lembaga BNN sebagai garda terdepan pemberantas naskoba, mengadakan kunjungan ketempat rehabilitasi dan mengoptimalkan peran keluarga sebagai pengawas.
Covid-19 Memudarkan Rasa Kemanusiaan Terhadap Sesama Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya Simon Simon; Lindin Anderson
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 1, No 2 (2020): Nopember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.202 KB) | DOI: 10.55097/sabda.v1i2.11

Abstract

ABSTRACTThis paper highlights the fading sense of humanity towards others due to the influence of Covid-19. The understanding of humanity as referred to in this paper, of course, departs from a Christian theological perspective. The meaning of humanity means empathy or concern in understanding the difficulties experienced by others, as well as being an active actor in overcoming the burdens of other people's lives without seeking profit. The method used in this paper is descriptive qualitative with a phenomenological approach. The results of this discussion obtained an explanation, that government policies in dealing with Covid-19 are sometimes not pro-people. Then those who were expose to Covid-19, received negative stereo types from others, then there were hospitals that took advantage of Covid-19 victims for an incentive. Paramedic services are not optimal for some patients, and there are still people who do not fully comply with health protocols. In a climate of social conditions that have begun to diminish the sense of humanity, it is fitting for believers (Christians) to become light and salt by practicing the universal truth of God's word through their deeds to others.ABSTRAKTulisan ini menyoroti mulai memudarnya rasa kemanusiaan terhadap sesama karena pengaruh Covid-19. Pengertian rasa kemanusiaan yang dimaksud dalam tulisan ini tentunya berangkat dari perspektif teologis Kristen. Adapun makna kemanusiaan yang dimaksud adanya empati atau kepedulian dalam memahami kesulitan yang dialami oleh orang lain, serta menjadi pelaku aktif dalam menanggulangi beban hidup orang lain tanpa mencari keuntungan. Metode yang dipakai dalam tulisan ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomologis. Hasil dari pembahasan ini didapatkan suatu pemaparan, kebijakan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 terkadang tidak bersifat pro ke-rakyat. Kemudian mereka yang terpapar Covid-19, menerima streo type negatif dari sesama, kemudian adanya rumah sakit yang mengambil keuntungan dari korban Covid-19 demi sebuah insentif. Pelayanan tenaga medis yang tidak maksimal ke-sebagian pasien, serta masih dijumpainya masyarakat yang tidak sepenuhnya patuh pada protokol kesehatan. Iklim kondisi sosial yang mulai memudarkan rasa kemanusiaan, sudah sepatutunya orang percaya (Kristen) menjadi terang dan garam dengan mengamalkan kebenaran firman Allah secara menguniversal melalui perbuatannya kepada sesama.
Mengkritisi Gerakan Zaman Baru secara Teologis Mardianus Waruwu; Simon Simon
Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2020): Agustus 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Hagiasmos Mission

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.454 KB)

Abstract

This article discusses how the New Age Movement (NAM) began, who the figures are, what are the points of the NAM teachings, and how is the Bible's perspective on this NAM. The New Age Movement is a religious movement that combines all religious beliefs and sects in the world. The emergence of NAM is suspected because formal religions cannot seem to provide an answer or a kind of inner peace when humans are faced with problems. Not to mention formal religions claiming each other whose religious teachings are superior and true. The method used in writing this article is descriptive and analytical methods. The ideology of the New Age Movement rejects the finality of the authority of the Scriptures, does not accept the claim of the Savior, penance as taught by formal religion including Christianity not trusted by NAM. The NAM doctrine lecturing that God is Pantheistic because it is based on the universe and humans there are supernatural divine elements. The New Age Movement must be watched by every Christian because what is taught by NAM is a contradiction to the principle of what the Bible teaches Abstrak Artikel ini membahas bagaimana awal munculnya Gerakan Zaman Baru (GZB), siapa saja tokoh-tokonya, apa yang menjadi butir-butir dari ajaran GZB serta bagaimana persfektif Alkitab mengenai GZB ini. Gerakan Zaman Baru adalah gerakan keagamaan yang menggabungkan semua kepercayaan agama dan sekte-skte di dunia ini. Kemunculan GZB ditenggarai karena agama-agama formal seakan tidak bisa langsung memberikan jawaban atau semacam perasaan ketenangan batin saat manusia diperhadapkan dengan masalah. Belum lagi agama formal saling mengklaim satu sama lain ajaran agama siapa yang lebih unggul dan benar. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode deskriptif dan analitis. Ideologi Gerakan Zaman Baru menolak finalitas otoritas Kitab Suci, tidak menerima pengklaiman juruselamat, penebusan dosa sebagaimana yang diajarkan oleh agama formal termasuk di dalamnya kekristenan tidak dipercayai oleh GZB. Doktrin GZB yang mengajarkan bahwa Allah itu bersifat Panteis karena didasarkan pada alam semesta dan manusia terdapat unsur-unsur ilahi yang supranatural. Gerakan Zaman Baru harus diwaspadai oleh setiap orang Kristen, karena apa yang diajarakn oleh GZB ini bertentangan dengan prinsip ajaran apa Allkitab.
Kerukunan Umat Beragama dalam Bingkai Iman Kristen di Era Disrupsi Simon Simon; Yonatan Alex Arifianto
Literasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : Pengelola Jurnal Politeknik Negeri Ketapang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.275 KB) | DOI: 10.58466/literasi.v1i1.28

Abstract

The Indonesian nation is facing an era where horizontal conflicts often occur. Especially in the era of digital progress and the era of disruption that forces people to use technology to communicate, do business and so on. So that in the era of disruption, many hate speech accessed in cyberspace can threaten unity in the real world. By using a literature study approach, this paper intends to explain how Christians have an impact and become agents of truth through living in harmony and being pioneers in harmony. It was concluded that for Christians, harmony must also be done in a real place in the community as well as in the social media community which is now called the era of globalization in the era of disruption. Through the era of disruption and challenges, Christians can understand that any situation and condition still contributes to the diversity of the nation. It is also in line with the Basic Christian Faith in the harmony which can then be actualized by Christians in society in an era of disruption.