Claim Missing Document
Check
Articles

Ideologi Seni Rupa Indonesia Era 1990-an Pada Karya Tisna Sanjaya Tornado, Anggiat; Suganda, H. Dadang; Sabana, Setiawan; D. Dienaputra, H. Reiza
PANGGUNG Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.111

Abstract

ABSTRACT The 1990s was the spirit of the New Art Movement undeniable as the embryo of the development of art in the 1990s. Fine art combining all the art that developed (sculpture, painting and printma- king and performance art) by some of the artists who eventually become aesthetic choice. This re- search used emic and etic, semiotic and hermeneutic approach. The research result describes Tisna Sanjaya ideology in the process of creative work tends to raise the issue in this case social critic.Tisna Sanjaya more knows from the source which was appointed to be the theme of his work. Installation art and performace art are an art form that is recognized by Tisna that can communicate directly with the people who were subjected to his art. Tisna Sanjaya as an artist who has the inclination and ideology, art as follows: a) Awareness of the problems though art can not reply on the matter then and there, because art takes time to find the answer. b) Representation of the things that happen to be reported continuously up through artpeople can catch from the issues that are and have happened. Keywords: Ideology,  Art in The 1990’s, Tisna Sanjaya  ABSTRAK Era 1990-an adalah semangat Gerakan Seni Rupa Baru yang tak dapat dipungkiri sebagai embrio dari perkembangan seni rupa 1990-an. Seni rupa yang memadukan seluruh seni yang berkembangh (antara seni patung, seni lukis dan seni grafis dan performance art) berkembang dan mendapat tem- pat oleh beberapa seniman yang akhirnya menjadi pilihan estetikanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik, semiotik dan etik dan emik.Hasil penelitian memaparkan ideology Tisna Sanjaya dalam proses kerja kreatifnya cenderung mengangkat persoalan kritik sosial.. Tisna Sanjaya sebagai seniman yang memiliki kecenderungan dan memiliki ideologi,  seni sebagai berikut: a) Penyadaran terhadap persoalan walaupun seni tidak dapat menjawab dari persoalan tersebut saat itu juga , karena seni membutuhkan waktu untuk me- nemukan jawabannya. b) Representasi dari hal yang terjadi yang harus dikabarkan terus menerus hingga lewat seni orang dapat menangkap dari persoalan yang sedang dan pernah terjadi. Kata kunci: Ideologi, Seni Era 1990-an, Tisna Sanjaya 
Rekonstruksi Sejarah Seni Dalam Konstruk Sejarah Visual Dienaputra, Reiza D
PANGGUNG Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v22i4.64

Abstract

ABSTRACTArt History is a category of history writing that is rich with research object. This is along withthe width of art definition scope. In the most current development, the work of art history iseasier to find in the form of scientific work at university, either essay of undergraduate (skripsi),thesis, or dissertation. Observing the encouraging development, some efforts to make the arthistory work either more qualified or more interesting to be enjoyed are needed. One of theefforts can be taken is by reconstructing art history in the visual history construct.Reconstruction of art history in visual art construct requires the using of visual source as themain source of writing and visual history research method as the chosen method. By using themethod, the produced art history will be rich with visual fact, either moving pictures or staticones.Keywords: art history, visual history, visual sourceABSTRAKSejarah seni adalah sebuah kategori penulisan sejarah yang kaya dengan obyekpenelitian. Hal ini seiring dengan luasnya ruang lingkup definisi seni. Dalamperkembangan terbaru, karya sejarah seni lebih mudah ditemukan dalam bentukkarya ilmiah di universitas, baik tulisan para sarjana (skripsi), tesis, ataupun disertasi. Dalam mencermati perkembangan yang menggembirakan tersebut, diperlukan upaya- upaya untuk membuat karya sejarah seni yang lebih berkualitas dan lebih menarikuntuk dinikmati. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah denganmerekonstruksi sejarah seni dalam konstruk sejarah visual. Rekonstruksi sejarah senidalam konstruk sejarah visual memerlukan penggunaan sumber visual sebagai sumberutama penulisan sejarah dan metode penelitian visual sebagai metode yang dipilih. Dengan menggunakan metode ini, sejarah seni yang dihasilkan menjadi kaya akanfakta visual, baik gambar-gambar bergerak maupun gambar-gambar statis. Kata kunci: sejarah seni, sejarah visual, sumber visual
COAST, LOWLAND, AND HIGHLAND: A GEOGRAPHICAL UNITY IN SUPPORTING THE ECONOMY OF CIREBON FROM XIX-XX CENTURY Arovah, Eva Nur; Lubis, Nina Herlina; Dienaputra, Reiza; Nugrahanto, Widyo
Paramita: Historical Studies Journal Vol 28, No 2 (2018): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v28i2.14663

Abstract

Since 14th and 15th century, the kingdoms located among the islands of archipelago, including Cirebon, have involved in trading activities among the islands of archipelago or even international. Started from the fall of Majapahit and Demak kingdoms, the northern coastal areas of Java mostly are dominated by the rulers and Moslem traders. In 17th century, by the equal disintegration of traditional politics and taking over of the power of Cirebon Palace by VOC and the system and direction of policy which are made by the Dutch government, the sector-based trade in the coastal area of Cirebon becomes increasingly advanced and widespread. Started from the coastal area, in its development, the developing center trade becomes in hand with the developing of agricultural sectors in the lowlands and plantation in the highlands. By the historical method and structural approach from Fernand Braudel, this research is trying to explain Cirebon’s Geography as a synthesis that plays a role in Cirebon economic activity. No less important, archaeological evidences will be included as an attempt to identify the historical fact. Because in reality, the three regions (coastal area, agriculture and plantation) are a unity of the mutually bounded and have a reciprocal relationship in its contribution to the economic progress of the Dutch. Semenjak abad ke-14 dan ke-15, kerajaan-kerajaan yang terletak di kawasan pesisir Nusantara, termasuk Cirebon, telah terlibat dalam perdagangan antarpulau Nusantara maupun perdagangan antarnegara. Dimulai semenjak runtuhnya Majapahit dan kejayaan Demak, kawasan pantai utara Jawa hampir seluruhnya dikuasai oleh para penguasa dan pedagang muslim. Memasuki abad ke-17, bersamaan dengan disintegrasi politik tradisional dan pengambil-alihan kekuasaan keraton Cirebon oleh VOC serta pola dan arah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda, sektor perdagangan yang berpusat di kawasan pesisir Cirebon menjadi semakin mengikat dan meluas. Dimulai dari kawasan pesisir, dalam perkembangannya pengembangan pusat perdagangan menjadi beriringan dengan perkembangan pertanian di dataran rendah dan perkebunan di dataran tinggi. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan struktur sebagaimana yang dilakukan Fernand Braudel, penelitian ini mencoba mendeskripsikan geografis Cirebon sebagai sebuah sintesa yang berperan besar dalam kegiatan ekonomi Cirebon. Karena dalam kenyataannya tiga kawasan di atas merupakan suatu kesatuan yang saling terikat dan memiliki hubungan timbal balik dalam sumbanganya terhadap perkembangan ekonomi Hindia Belanda. 
From Tarekat to Arab Community: the Islamization Process in Indramayu Tabroni, Roni; Muhsin Z, Mumuh; Dienaputra, Reiza D; Mulyadi, R M
Paramita: Historical Studies Journal Vol 30, No 1 (2020): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v30i1.19947

Abstract

This research talks about the process of Islamization in Indramayu. The Islamization in Indramayu raises three main questions. The first question is, where was the arrival of Islam in Indramayu. Second, when is the appearance of Islam. Third, who has a role in the Islamization process. This research uses the historical method, which consists of four stages: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. This method was then collaborated with Islamic social movement theory to analyze the ideology of leadership and movement mobility of the propagator group of Islam in Indramayu. The results showed that the arrival of Islam in Indramayu came from the port of Cimanuk. Then spread to various areas, including in the countryside. Second, Islam has been dating in Indramayu since the 15th century. Third, some communities play a role in Islamization in Indramayu. The communities were very influential until the 19th century. They consisted of the Arab community and the adherents of the tarekat, especially from Cirebon. The first order to develop was Syattariyah. Meanwhile, the Arabic community leader from Cirebon was Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. He is a figure who originated from the Hadramaut in the early seventeenth century.Penelitian ini berbicara tentang proses islamisasi di Indramayu. Proses islamisasi di Indramayu memunculkan tiga pertanyaan utama. Pertanyan pertama adalah dari mama dan di mana kedatangan islam. Kedua, kapan waktu kedatangan Islam. Ketiga, siapa yang berperan dalam proses islamisasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedatangan Islam di Indramayu berasal dari pelabuhan Cimanuk. Kemudian menyebar ke berbagai daerah, termasuk di pedesaan. Kedua, Islam telah dating di Indramayu sejak abad ke 15. Ketiga, terdapat komunitas yang berperan dalam Islamisasi di Indramayu. Komunitas tersebut sangat berpengaruh sampai abad ke 19. Mereka terdiri atas komunitas Arab dan para penganut tarekat, terutama dari Cirebon. Tarekat pertama yang berkembang adalah Syattariyah. Sementara itu, tokoh komunitas arab yang berasal dari Cirebon adalah Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad Basy-Syaiban. Ia merupakan tokoh yang berasal dari Hadramaut pada awal abad ketujuh belas.
The Visual Arts of Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon: Hybrid Culture Identity Kartika, Nyai; Piliang, Yasraf Amir; Santosa, Imam; Dienaputra, Reiza D.
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 20, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v20i1.17525

Abstract

Cultural hybrids complement the richness of the visual art of Masjid Agung Sang Cipta Rasa in Cirebon. The influence of diversity can be seen in the mosque including having strong local cultural characteristics, coupled with the influence of foreign cultures such as Arabic, India, and China. This study aims to find hybrid culture crosses in elements of Masjid Agung Sang Cipta Cipta. The method used is the historical method. The historical method is the process of critically testing and analyzing records and relics of the past. This method consists of several stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study describe various forms of hybridity that have influenced the development of Masjid Agung Sang Cipta Rasa. The elements are considered to represent the period before Islam entered, or the influence of Hindu Buddhism, Chinese, Arab, Javanese, and European that coexist in Cirebon. The elements of visual arts in the mosque which are part of the hybrid cultural cross-identity among which are represented on the roof that gets influence (Javanese, Hindu-Buddhist, Arabic/Islamic); gate (Hindu-Buddhist); maksurah (Arabic); mihrab (Arabic, Chinese); pillars (Javanese, Arabic). This shows that the greatest influence on the building of Masjid Agung Sang Cipta Rasa, starting from the earliest development until several centuries later, is the influence of culture from outside.
KAJIAN KONSEP EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PARIWISATA : SEBUAH STUDI LITERATUR Asy'ari, Rifqi; Dienaputra, Reiza D.; Nugraha, Awaludin; Tahir, Rusdin; Rakhman, Cecep Ucu; Putra, Rifki Rahmanda
PARIWISATA BUDAYA: JURNAL ILMIAH AGAMA DAN BUDAYA Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pba.v6i1.1969

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman, terminologi ekowisata terus berkembang tanpa menghilangkan esensial dasar yang ada dalam pengertian ekowisata itu sendiri, yaitu konservasi atau pelastarian baik untuk alam, budaya dan masyarakat itu sendiri. Konsep ekowisata berbasis masyarakat menjadi konsep yang berkembang di tahun 2000-an yang di mana terminologi dari konsep ini lebih menekan pada pelibatan masyarakat yang ada dalam perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Penelitian ini mengkaji terkait sejauh mana konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam menunjang pengembangan pariwisata dan hal apa saja yang masih menjadi hambatan dalam konsep ekowisata berbasis masyarakat tersebut untuk kemudian dapat menjadi rekomendasi bagi penelitian selanjutnya. Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif berupa studi literatur dari 20 artikel yang didapat. Alat bantu pencarian yang digunakan adalah harzing’s publish or perish. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode tinjauan pustaka dengan teknik traditional review. Konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata dapat diartikan sebagai wujud pengembangan dalam pemanfaatan sumberdaya dengan pelibatan masyarakat sebagai pemegang kunci. Konsep ekowisata berbasis masyarakat juga menjadi konsep yang masih baru dan membuka peluang untuk memperkaya kajian tersebut.  Indikator yang didapat dari hasil analisis bahwa indikator sumber daya, masyarakat dan wisatawan menjadi faktor dalam pengembangan pariwisata yang menggunakan konsep ekowisata berbasis masyarakat.
MULTIKULTURALISME DALAM NOVEL PULANG KARYA LEILA S. CHUDORI Farida, Pingkan D; Dienaputra, Reiza D
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 21, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v21i1.36666

Abstract

Artikel ini membahas bentuk-bentuk multikulturalisme yang digambarkan para tokoh dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori, Dimas Suryo. Pulang pertama kali diterbitkan pada tahun 2012 dan kini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Prancis. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mencari makna di balik bentuk-bentuk multikulturalisme yang terdapat dalam novel Pulang dengan menafsirkan  data dan menyajikannya dalam bentuk desktiptif. Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa Bentuk-bentuk multikulturalisme yang terdapat dalam  Pulang merupakan kebiasaan-kebiasaan dan perilaku-perilaku  yang dapat dilihat dan dilakukan sehari-hari. Meskipun berada di Paris, Dimas, Nugraha, Risjaf, dan Tjai tetap tidak meninggalkan budaya-budaya Indonesia.
STRATEGI KOMUNIKASI DAN PEMASARAN EFEKTIF DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA MIRAT Kunkun Kurniawan; Reiza D Dienaputra; Awaludin Nugraha
Jurnal Pariwisata Pesona Vol 6, No 1 (2021): Edisi Juni 2021
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jpp.v6i1.5381

Abstract

Unique and authentic landscapes attract tourists. Hanging Rock and Camping Ground Arya Kemuning and Sanghyang Dora are natural tourist attractions owned by Mirat Village. As a new tourist destination in Majalengka Regency, the tourism stakeholders of Mirat village play an important role in developing the existing tourism potential to increase the number of tourist visits. This study aims to determine the marketing communication strategy carried out by the village government and Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), the factors that support and hinder the marketing communication strategy in increasing tourist visits to the Mirat tourism village. This study uses a phenomenological method with a qualitative approach. The data source used is primary with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The results showed that the marketing communication strategy carried out by the village government and Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) had a positive impact on increasing the number of tourists. The success of the marketing communication strategy is supported by the unique appeal of tourist destinations in Mirat Village. Although there are obstacles in terms of accessibility and amenities, it is hoped that in the future there will be the right solution through alternative shuttle bus transportation to tourist locations and improving the quality of amenities to support tourist comfort.
PROSESI PERALIHAN KEKUASAAN DARI HABIBIE KE ABDURAHMAN WAHID : SEBUAH PENELITIAN AWAL Reiza D. Dienaputra; Agusmanon Yuniadi; Dwi Agusta
Sosiohumaniora Vol 3, No 3 (2001): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2001
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v3i3.5203

Abstract

Penelitian tentang Prosesi Peralihan Kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid bermaksud mengungkap jalannya proses peralihan kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid. Untuk memperoleh penjelasan genetis tentang jalannya proses peralihan kekuasaan tersebut, penelitian ono menggunakan metode sejarah. Berdasarkan hasil pengamatan awal ini, proses peralihan kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid berlangsung secara demokratis dan konstitusional. Setidaknya ada dua peristiwa penting yang menandai jalannyaproses peralihan kekuasaan. Pertama, pemilihan umum pada tanggal 7 Juni 1999. Kedua, proses pemungutan suara dalam pemilihan presiden pada tanggal 20 Oktober 1999. Kedua peristiwa penting dalam proses peralihan kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid membuat peralihan kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid menjadi peralihan kekuasaan pertama yang kesemua prosesnya berlangsung secara demokratis di dalam gedung MPR/DPR. Di sampling itu, peralihan kekuasaan ini membuat Abdurahman Wahid menjadi presiden pertama Republik Indonesia yang dipilih melalui proses pemungutan suara. Tegasnya, peralihan kekuasaan dari Habibie ke Abdurahman Wahid merupakan peralihan kekuasaan yang paling demokratis dan konstitusional di Indonesia sepanjang era kemerdekaan. Kata kunci : Prosesi, peralihan kekuasaan, demokratis, pemungutan suara, konstitusional.
STRATEGI PENGEMBANGAN SENI LUKIS KACA DI KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON SEBAGAI ATRAKSI WISATA Reiza D. Dienaputra; Susi Yuliawati; Agusmanon Yunaidi
Dharmakarya Vol 10, No 1 (2021): Maret, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i1.30858

Abstract

Seni lukis kaca merupakan salah satu seni tradisi khas yang ada di Kabupaten Cirebon. Seni lukis kaca di Kabupaten Cirebon memiliki akar sejarah yang panjang, jauh hingga masa-masa sebelum kemerdekaan. Dalam perkembangan kontemporer, seni lukis kaca banyak menghadapi tantangan untuk sekedar bisa bertahan, terlebih manakala Kabupaten Cirebon, sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dihadapkan oleh berbagai permasalahan sebagai akibat terjadinya pandemi Covid-19. Dalam kaitan itu semua, perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat agar seni lukis kaca mampu bertahan dan tetap hadir sebagai seni tradisi khas Kabupaten Cirebon. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan seni lukis kaca sebagai atraksi wisata di Kabupaten Cirebon. Strategi untuk mengembangkan seni lukis kaca Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan Gegesik, sebagai destinasi wisata ini antara lain peningkatan kreativitas pelukis kaca Cirebon untuk lebih adaptif dengan selera pasar dan perbaikan dan pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung upaya pengembangan ini.
Co-Authors Abdul Rasyad Agus Cahyana Agus S Suryadimulya Agus S. Suryadimulya Agus Suherman Suryadimulya Agusmanon Yunaidi Agusmanon Yunaidi Agusmanon Yuniadi Agustina Eka Putri Anggiat Tornado Anggiat Tornado Anggiat Tornado, Anggiat Arovah, Eva Nur Asy'ari, Rifqi Awaludin Nugraha Awaludin Nugraha Awaludin Nugraha Awaludin Nugraha Awaludin Nugraha Ayu Septiani Bucky Wibawa Karya Guna Budi Muljana Bukie Wikagoe Dadang Suganda Dadang Suganda Dadang Suganda Deni Yana Dida I. Abdurrahman Doni Wahidul Akbar Dwi Agusta Emmy Sundari Eva Mardiyana Evi Novianti Evi Novianti Evi Novianti Farid Asfari Rahman Farida, Pingkan D Fauziah Hanum H. Dadang Suganda H. Dadang Suganda, H. Dadang Hazmirullah Aminuddin Hendrayana, Dian I Syarief Hidayat Imam Santosa Indar Buana Pradipta Kunkun Kurniawan Mas Dadang Enjat Munajat Mohammad Refi Omar Ar Razy Muhamad Adji Muhammad Rinaldy Syarifulloh Mulyadi, R M Mumuh Muhsin Zakaria N. Kartika Nandang Rachmat Niknik Dewi Pramanik Nina Herlina Lubis Nugraha, Awaludin Nyai Kartika Peranciscus Aryanto Putra, Rifki Rahmanda R. M. Mulyadi Raden Muhammad Mulyadi Rakhman, Cecep Ucu Rifki Rahmanda Putra Rifqi Asy'ari Rifqi Asy’ari Roni Tabroni Roni Tabroni Rony Hidayat Sutisna Rusdin Tahir Rusdin Tahir Rusdin Tahir Sahabudin, Arfah Setiawan Sabana Setiawan Sabana Setiawan Sabana Sri R. Wardiani Sriwardani, Nani sugiarti kasiran Susi Machdalena Tahir, Rusdin Teddi Muhtadin Tita Juwita Titin Nurhati Ma'mun Titin Nurhayati Ma’mun U Sudjana Ute Lies Khadijah Uud Wahyudin Widyo Nugrahanto Yan Yan Sunarya Yasraf Amir Piliang Yuliawati, Ayu Krishna Yuliawati, Susi