Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Cultural Aspects on Child’s Development and Parenting in Manggarai, East Nusa Tenggara, Indonesia Lon, Yohanes Servatius; Widyawati, Fransiska
GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.931 KB) | DOI: 10.24127/gdn.v7i1.959

Abstract

This paper describes the influence of culture in defining the concept of a child, the stages of development and parenting of children in Manggarai, Flores, East Nusa Tenggara. The main questions are how do Manggaraian people define a child in their culture? How do people divide the stages of child development? What do parenting styles develop by the people to their children? How are these concepts different and similar to the general psychological concept about children? This paper was based on a qualitative research. The methods used were ethnography and grounded theory. Through these two mix approaches, the study is to explore and analyze the culture of Manggarai. The research found that: 1) the concept of a child in Manggarai depends on the way the people understand family and community rather than understand a child as just an individual. 2) There are three main stages of childhood development within the culture of Manggarai; 3) As a patriarchal community, the Manggarai people have unique parenting style to the son and daughter; 4). One unique parenting style within the culture of Manggarai was to educate a child to “fear of spirits and ancestors”.
Lingkaran Kekerasan terhadap Anak dalam Masyarakat Manggarai Lon, Yohanes Servasius; Widyawati, Fransiska
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 9 No 1 (2017): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian inimengeksplorasi lingkaran kekerasan terhadap anak di dalam masyarakat Manggarai dengan pertanyaan kunci,bagaimana kecenderungan fenomena kekerasan terhadap anak dan apakah akar masalah dari fenomena tersebut?Pertanyaan ini dijawab melalui penelitian mix method, kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa:secara kuantitatif angka kejadian kekerasan terhadap anak sangatlah tinggi pada setiap jenis kekerasan yang ada.Pelakunya adalah orang dewasa yang akrab dengan kehidupan anak. Pelaku umumnya pernah mengalami traumakekerasan di masa kecilnya. Karena itu ada mata rantai dan pewarisan kekerasan dari generasi ke generasi. Hal inimakin diperkuat oleh tradisi Manggarai yang memposisikan anak sebagai objek orang dewasa.
REVITALISASI TRADISI TOMBO TURUK DI DESA PERANG KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUT Widyawati, Fransiska
RANDANG TANA - Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tombo Turuk adalah tradisi bercerita orang Manggarai, Flores Provinsi NTT.Penutur cerita umumnya adalah orang tua yang menyampaikan ceritanya dalam bahasa daerah Manggarai.Bahasa yang dipakai biasanya halus, penuh makna kiasan, indah sekaligus filosofis.Isi cerita bermacam-macam, ada yang sifatnya religius, sosial, historis dan keseharian kehidupan manusia.Tradisi Tombo Turuk berfungsi sebagai media penyebaran pengetahuan dan kebijakan lokal serta pembentukan moral, keyakinan dan norma bagi generasi muda. Dari hasil survey awal ditemukan bahwa tradisi ini mulai tergerus oleh perubahan zaman. Kehilangan tradisi ini sangat berdampak buruk bagi orang muda dan bagi kebudayaan dan masyarakat orang Manggarai itu sendiri. Olehnya, perlu ada usaha untuk menghidupkan kembali kecintaan pada tradisi ini. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Revitalisasi Tradisi Tombo Turukditawarkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah makin hilangnya tradisi ini. PkM ini dilakukan bersama masyarakat di Desa Perang, Kecamatan Satar Mese Utara Kabupaten Manggarai. Tujuannya adalah menghidupkan kecintaan dan praktik Tombo Turuk bagi warga kampung. Hasilnya, setelah dilakukan upaya revitalisasi orang dewasa kembali mempelajari dongeng lokal, mempraktikkannya kepada generasi muda, terkumpulnya aneka dongeng lokal dan meningkatkan kecintaan anak dan generasi muda pada dongeng lokal. Dengan PkM ini maka pengetahuan, kebijakan dan tradisi lokal orang Manggarai dapat dipelihara dalam rangka membangun kebudayaan dan karakter orang Manggarai yang sejati.
Mission and Development in Manggarai, Flores Eastern Indonesia in 1920-1960s Widyawati, Fransiska; Lon, Yohanes S
Paramita: Historical Studies Journal Vol 29, No 2 (2019): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v29i2.16716

Abstract

This paper explores the mission and development in Manggarai Flores, Indonesia in 1920-1960s. These two activities were carried out by Catholic Church missionaries from Europe. Before this religion came to Manggarai, this region was in an isolated and backward condition. People lived in primitive way of life. The new development was carried out with the arrival of the Dutch colonists who worked closely with the Catholic Church missionaries beginning in the early 20th century. The Church utilized the support of the Dutch colonialists while running various development programs as important strategies to gain sympathy from the Manggarai people. As a result, the Church was accepted and became the dominant force in the community. This proves that missions that are in line with development or religion which at the same time pay attention to religious and secular aspects can win the hearts of the people. By using the historical approach, this paper aims to present a history of mission and development relations in Manggarai, Eastern Indonesia while providing a critical analysis of how religion, government and society are interwoven. Paper ini mengeksplorasi misi dan pembangunan di Manggarai Flores, Indonesia tahun 1920-1960s. Dua aktivitas ini dilakukan oleh misionaris Gereja Katolik yang berasal dari Eropa. Sebelum agama ini datang ke Manggarai, wilayah ini berada dalam kondisi terisolasi dan terkebelakang. Masyarakat tidak mengenal infrastruktur modern. Pembangunan baru dilakukan dengan datangnya penjajah Belanda yang bekerja sama erat dengan misionaris Gereja Katolik mulai pada awal abad 20. Gereja memanfaatkan dukungan Belanda sekaligus menjalankan aneka program pembangunan sebagai strategi penting untuk mendapatkan simpati orang Manggarai. Hasilnya Gereja diterima dan menjadi kekuatan dominan di dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa misi yang sejalan dengan pembangunan atau agama yang sekaligus memperhatikan aspek religius dan kultural dapat memenangkan hati masyarakatnya. Dengan menggunakan pendekatan historis, artikel ini bertujuan untuk menyajikan sejarah hubungan misi dan pembangunan di Manggarai, Indonesia Timur sambil memberikan analisis kritis tentang bagaimana agama, pemerintah dan otoritas masyarakat terjalin erat. 
Adaptasi dan Transformasi Lagu Adat dalam Liturgi Gereja Katolik di Manggarai Flores Lon, Yohanes S; Widyawati, Fransiska
Jurnal Kawistara Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Pascasarjana UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.45244

Abstract

Manggarai, a community in Flores, Eastern Indonesia is known for its rich culture of folk songs with unique rhythm and lyrics. There are various types of folk songs for different purposes such as traditional chants, harvest celebrations, lamentation of the dead, war anthems, children songs, and other  profane functions. When European missionaries started Catholic evangelization in Manggarai in the beginning of the 20th century, many of these folk songs were prohibited due to their use in rituals deemed idolatry. However, some missionaries saw the potential of folk songs for evangelization and empowered local artists to arrange Catholic liturgical songs based on these traditional songs. Eventually, many folk songs were adapted and transformed into Catholic hymns. This paper explores this irony through socio-historical research to understand the relationship dynamics between the Catholic Church and the Manggaraian culture. This research has discovered that there is a dialectical encounter between Catholicism and the Manggaraian culture which has shaped a unique identity of the Catholic Church in Manggarai
Adaptasi Dan Transformasi Lagu Adat Dalam Liturgi Gereja Katoli K Di Manggarai Flores Lon, Yohanes S.; Widyawati, Fransiska
Jurnal Kawistara Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.57645

Abstract

Manggarai, a community in Flores, Eastern Indonesia is known for its rich culture of folk songs with unique rhythm and lyrics. There are various types of folk songs for different purposes such as traditional chants, harvest celebrations, lamentation of the dead, war anthems, children songs, and other profane functions. When European missionaries started Catholic  vangelization in Manggarai in the beginning of the 20th century, many of these folk songs were prohibited due to their use in rituals deemed idolatry. However, some missionaries saw the potential of folk songs for evangelization and empowered local artists to arrange Catholic liturgical songs based on these traditional songs. Eventually, many folk songs were adapted and transformed into Catholic hymns. This paper explores this irony through socio-historical research to understand the relationship dynamics between the Catholic Church and the Manggaraianculture. This research has discovered that there is a dialectical encounter between Catholicism and the Manggaraian culture which has shaped a unique identity of the Catholic Church in Manggarai.
Adaptasi Dan Transformasi Lagu Adat Dalam Liturgi Gereja Katoli K Di Manggarai Flores Lon, Yohanes S.; Widyawati, Fransiska
Jurnal Kawistara Vol 10, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Pascasarjana UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/kawistara.57645

Abstract

Manggarai, a community in Flores, Eastern Indonesia is known for its rich culture of folk songs with unique rhythm and lyrics. There are various types of folk songs for different purposes such as traditional chants, harvest celebrations, lamentation of the dead, war anthems, children songs, and other profane functions. When European missionaries started Catholic  vangelization in Manggarai in the beginning of the 20th century, many of these folk songs were prohibited due to their use in rituals deemed idolatry. However, some missionaries saw the potential of folk songs for evangelization and empowered local artists to arrange Catholic liturgical songs based on these traditional songs. Eventually, many folk songs were adapted and transformed into Catholic hymns. This paper explores this irony through socio-historical research to understand the relationship dynamics between the Catholic Church and the Manggaraianculture. This research has discovered that there is a dialectical encounter between Catholicism and the Manggaraian culture which has shaped a unique identity of the Catholic Church in Manggarai.
Politik Pendidikan Agama di Indonesia dan Pelaksanaannya di Salah Satu Kampus Katolik di Flores Widyawati, Fransiska; Lon, Yohanes S
Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran Vol 6, No 1: Maret 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jk.v6i1.2227

Abstract

Religious education has been one of most controversial problems debated in the drafting of laws relation to education and religion in the history of Indonesia. Since the establishment of the nation, the position of religious education in school has been questioned. This debate arose in particular because many private schools organized by religious communities, institutions and foundations, especially the Christians/Catholics, only gave Christian/Catholic religious education to all the students, including to the Muslims. This research explores the social and political context of this issue and specifically looks at its practices in the contemporary era on one of the Catholic campuses in Flores. This study used a qualitative approach by combining text and context analysis. Specifically for field data obtained by in-depth interviews and FGDs on a number of Catholic school organizers, school principals, teachers and non-Catholic students who take part in Catholic religious studies. This study found that when the issue of religious instruction in schools was discussed, the debate should not only be directed at what religious lessons were given to students but rather on what religious lessons students should receive from any religion that could help students to be able to overcome the problems of society, nation and state specifically in the context of pluralism.
REVITALISASI TRADISI TOMBO TURUK DI DESA PERANG KABUPATEN MANGGARAI, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Fransiska Widyawati
Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36928/jrt.v2i1.278

Abstract

Revitalisasi Tradisi Tombo Turuk di Desa Perang Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tombo Turuk adalah tradisi bercerita orang Manggarai, Flores, Provinsi NTT. Penutur cerita umumnya adalah orang tua yang menyampaikan ceritanya dalam bahasa daerah Manggarai. Bahasa yang dipakai biasanya halus, penuh makna kiasan, indah sekaligus filosofis. Isi cerita bermacam-macam, ada yang sifatnya religius, sosial, historis dan keseharian kehidupan manusia. Tradisi Tombo Turuk berfungsi sebagai media penyebaran pengetahuan dan kebijakan lokal serta pembentukan moral, keyakinan dan norma bagi generasi muda. Dari hasil survei awal ditemukan bahwa tradisi ini mulai tergerus oleh perubahan zaman. Kehilangan tradisi ini sangat berdampak buruk bagi orang muda, kebudayaan, dan masyarakat Manggarai itu sendiri. Olehnya, perlu ada usaha untuk menghidupkan kembali kecintaan pada tradisi ini. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Revitalisasi Tradisi Tombo Turuk ditawarkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah makin hilangnya tradisi ini. PkM ini dilakukan bersama masyarakat di Desa Perang, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai. Tujuannya adalah untuk menghidupkan kecintaan dan praktik Tombo Turuk bagi warga kampung. Hasilnya, setelah dilakukan upaya revitalisasi orang dewasa kembali mempelajari dongeng lokal, mempraktikkannya kepada generasi muda, terkumpulnya aneka dongeng lokal dan meningkatkan kecintaan anak dan generasi muda pada dongeng lokal. Melalui PkM diharapkan bahwa pengetahuan, kebijakan, dan tradisi lokal orang Manggarai dapat dipelihara dalam rangka membangun kebudayaan dan karakter orang Manggarai yang sejati.
KATEKESE UMAT SEBAGAI PENDIDIKAN IMAN DALAM TAHUN PENGGEMBALAAN BAGI UMAT PAROKI ST. MARIA ASSUMTA, SITA KEUSKUPAN RUTENG Fransiska Widyawati; Afriana Jenita
Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2020): Randang Tana - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36928/jrt.v3i2.425

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh tim katekese Program Studi Pendidikan Teologi Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Katekese dilakukan sebagai pendidikan iman bagi umat pada Komunitas Basis Gerejawi dalam rangka Tahun Penggembalaan, Keuskupan Ruteng. PkM dilatarbelakangi oleh terbatasnya kegiatan pembinaan umat yang menjangkau seluruh umat di Paroki Santa Maria Assupta. Masalah ini terjadi karena minimnya tenaga pastoral dan keterbatasan sumber daya lainnya. Padahal, umat membutuhkan penyegaran iman, tambahan pengetahuan dan penguatan satu sama lain, khususnya dalam rangka mengisi Tahun Penggembalaan yang dicananangkan oleh Keuskupan Ruteng. Solusi yang ditawarkan oleh tim PkM adalah melaksanakan kegiatan katekese umat. Metode yang dipakai adalah metode “lonto leok” atau musyawarah tukar menukar pengalaman iman umat. Hasilnya umat memiliki peningkatan pengetahuan dan kesadaran mengenai Tuhan sebagai Gembala dan umat dapat saling menguatkan iman satu sama lain. Kesimpulannya PkM ini berhasil membantu mengatasi masalah umat setempat. Saran lanjutannya adalah agar kegiatan ini lebih sering dilakukan dan perlu adanya pembaharuan tema, pengetahuan dan metode demi memeroleh hasil yang lebih memuaskan.