Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Tingkat Kedinamisan Kelompok Wanita Tani dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Tanaman Obat Keluarga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Mirza Mirza; Siti Amanah; Dwi Sadono
Jurnal Penyuluhan Vol. 13 No. 2 (2017): Jurnal Penyuluhan
Publisher : Department of Communication and Community Development Sciences and PAPPI (Perhimpunan Ahli Penyuluh Pertanian Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.642 KB) | DOI: 10.22500/13201716090

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat dinamika kelompok mendukung keberlanjutan usaha tanaman obat keluarga dan menganalisis faktor-faktor kedinamisan kelompok yang berhubungan nyata dengan keberlanjutan usaha tanaman obat keluarga. Penelitian lapang dilakukan di Kelompok wanita tani Benteng Sejahtera dan Puring Desa Benteng Kecamatan Ciampea dan Kelompok wanita tani Anggrek Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor mulai Agustus sampai dengan Oktober 2016. Populasi penelitian yaitu 62 orang yang mengembangkan usaha tanaman obat keluarga. Hasil penelitian ini yaitu 1) kelompok dalam mendukung keberlanjutan usaha tanaman obat keluarga secara keseluruhan cukup dinamis. 2) faktor-faktor yang berhubungan dengan keberlanjutan usaha tanaman obat keluarga diantaranya  tingkat pendapatan keluarga berhubungan nyata negatif dengan aspek sosial, intensitas penyuluhan berhubungan nyata negatif dengan aspek sosial, keefektifan berhubungan nyata negatif dengan aspek sosial, maksud terselubung berhubungan nyata dengan  aspek ekonomi.Kata kunci: kelompok wanita tani, keberlanjutan usaha, tanaman obat keluarga
Kompetensi Penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian di Kabupaten Garut, Jawa Barat Herry Pramono; Anna Fatchiya; Dwi Sadono
Jurnal Penyuluhan Vol. 13 No. 2 (2017): Jurnal Penyuluhan
Publisher : Department of Communication and Community Development Sciences and PAPPI (Perhimpunan Ahli Penyuluh Pertanian Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.98 KB) | DOI: 10.25015/penyuluhan.v13i2.16128

Abstract

Pemerintah telah menetapkan target swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai yang harus dicapai pada tahun 2018. Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya untuk mencapai target tersebut. Salah satu kendala dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah jumlah tenaga penyuluh pertanian yang masih sangat kurang sehingga pemerintah merekrut penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP). Kompetensi penyuluh sangat dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan karena merupakan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang dilandasi pengetahuan dan keterampilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kompetensi penyuluh THL TBPP dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Data dikumpulkan secara sensus pada 119 penyuluh THL TBPP. Secara umum, kompetensi penyuluh THL TBPP berada dalam kategori rendah (57,80%)  memiliki nilai kompetensi rata-rata 32,49. Hasil analisis menggunakan model regresi menemukan bahwa pemahaman kebutuhan petani dipengaruhi oleh motivasi, pemahaman komunikasi yang efektif dipengaruhi oleh jumlah pelatihan, jumlah desa dan motivasi. Secara keseluruhan kompetensi penyuluh THL TBPP dipengaruhi oleh faktor jumlah kelompok tani binaan, jumlah desa binaan dan motivasi.Kata kunci: kelompok tani, kompetensi, motivasi, penyuluh THL TBPP
Hubungan Kapasitas Penyuluh dengan Kepuasan Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Indah Listiana; Sumardjo Sumardjo; Dwi Sadono; Prabowo Tjiptopranoto
Jurnal Penyuluhan Vol. 14 No. 2 (2018): Jurnal Penyuluhan
Publisher : Department of Communication and Community Development Sciences and PAPPI (Perhimpunan Ahli Penyuluh Pertanian Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.639 KB) | DOI: 10.25015/penyuluhan.v14i2.18673

Abstract

Termarginalkannya kelembagaan penyuluhan sejalan dengan diterbitkanya Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah berpotensi pada melemahnya kinerja penyuluh dan kapasitasnya. Kehandalan penyuluh berkaiatan erat dengan tingkat kapasitasnya. Masalah di lapangan adalah melemahnya kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian. Provinsi Lampung di era pembubaran kelembagaan penyuluhan ditingkat kabupaten dan provinsi, hal ini menyebabkan melemahnya penyuluh dan lemahnya komitmen terhadap pembiayaan penyuluhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan tingat kapasitas penyuluh dengan kepuasan petani. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung informasi kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Provinsi Lampung dengan responden sebanyak 355 penyuluh dan 355 petani binaan. Metode skoring digunakan untuk pengukuran tingkat kapasitas penyuluh dengan indikator berdasarkan fungsi penyuluhan yang tertuang dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006. Terdapat perbedaan yang nyata antara karekteritik penyuluh PNS dan penyuluh THL. Tingkat kapasitas penyuluh pertanian di Provinsi Lampung berada pada kategori sedang cenderung rendah demikian halnya dengan kepuasan petani akan kegiatan penyuluhan masih rendah. Tingkat kapasitas penyuluh berhubungan sangat nyata dengan kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan. Sejalan dengan hilangnya kelembagaan penyuluhan di tingkat kabupaten dan provinsi berarti melemahnya kapasitas penyuluh berdampak nyata pada melemahnya kepuasan petani.
Dukungan dan Peran Kelembagaan dalam Meningkatkan Kemandirian Petani Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah Andri Amaliel Managanta; Sumardjo Sumardjo; Dwi Sadono; Prabowo Tjitropranoto
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v6n2.2019.p51-60

Abstract

Indonesia is the third largest cocoa producer in the world after Ivory Coast and Ghana. Central Sulawesi is a center of Indonesian cocoa commodity, yet has low improvement. This is presumably due to the lack of support of farmer institutions that were formed not based on farmers' needs or the interests of farmers. The objectives of this study were to: (1) analyze the level of institutional support for cocoa farmers in Central Sulawesi Province, and (2) analyze the role and strategy of increasing institutional support for cocoa farmers in Central Sulawesi Province. The study was conducted in four districts in Central Sulawesi Province: Poso, Sigi, Morowali Utara and Donggala Regencies. The research sample was 380 farmers. To describe the research variables used descriptive statistical analysis in the frequency table and Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that most farmers (70.2%–98.7%) assessed that institutional support in the contexts of marketing, capital, processing, and technical guidance were relatively low so it tended to be less conducive to increasing farmers' independence. The institutional role of those four contexts was also low categoryzed (26.6–43.0) so that it needs serious attention in an effort to increase the weak independence of farmers.
Upgrading Peran dan Fungsi Kelompok Sebagai Strategi Pemberdayaan Berkelanjutan Mintarti Mintarti; Burhanuddin Burhanuddin; Dwi Sadono; Tjahja Muhandri
ABDIMAS DEWANTARA Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/ad.v4i2.11219

Abstract

Produksi ubikayu (Manihot Esculenta) di Desa Benteng, Kabupaten Bogor mencapai 200 ton/tahun yang menempatkan Desa Benteng sebagai salahsatu sentra penghasil ubikayu di Kabupaten Bogor. Namun, angka kemiskinan di desa tersebut masih tinggi yaitu 12 persen. Potensi desa belum dimanfaatkan untuk menurunkan angka kemiskinan karena para petani belum memiliki keterampilan budidaya yang berkelanjutan, keterampilan meningkatkan nilai jual ubikayu serta peran dan fungsi kelompok yang masih rendah dalam wirausaha desa berbasis ubikayu. Tujuan kegiatan: (1) meningkatkan perilaku positif kelompok (POKTAN dan KWT), (2) mengelompokkan poktan dan KWT dalam proses wirausaha ubikayu yaitu budidaya, produksi mocaf, pangan olahan, pasar dan promosi, dan (3) merintis embrio kampung tematik casava. Metode kegiatan adalah komunikasi persuasi untuk upgrading kelompok agar kelompok menjadi dinamis.. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kinerja kelompok meningkat dengan terbentuknya 2 KWT baru, tersusunnya program kerja POKTAN dan KWT, bertambahnya jumlah kegiatan rintisan desa wisata casava dan mulai berjalannya wirausaha berbasis ubikayu. Pengetahuan kelompok dalam pembuatan mocaf meningkat dari skor 70.2 ke 80.0, pangan olahan meningkat dari 69.8 ke 80.4, budidaya ubikayu meningkat dari 45.3 ke 45.9. sikap positif KWT tentang pentingnya bisnis, pemasaran, mocaf, pengemasan dan desa wisata meningkat dari 52,29 persen ke 58.8 persen. Kata kunci: upgrading, kelompok, wirausaha, ubikayu
PERBEDAAN POSITIVE YOUTH DEVELOPMENT (PYD) BERDASARKAN JUMLAH DAN TIPE EKSTRAKURIKULER YANG DIIKUTI REMAJA DI KOTA BOGOR Rama Adeyasa; Aida Vitayala S.Hubeis; Ninuk Purnaningsih; Dwi Sadono
Jurnal Kommunity Online Vol 2, No 2 (2021): Jurnal Kommunity Online
Publisher : Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/jko.v2i2.21855

Abstract

This study has attempted to analyze the Positive Youth Development (PYD) perspectives as a measuring instrument for adolescent. 324 adolescences from 12 Senior High School both General and Vocational from Bogor were analyzed using questionnaire of quantitative study. This study has shown that there based on the number of extracurricular activities joined by student, the more they joined, the higher the score of 5Cs PYD, except for them who joined three extracurricular activities. Based on the type of extracurricular activities, C1, C2, C4, and C5 was highest for sport extracurricular activities while C3 is from the art type. Based on combination if the extracurricular activities, the highest 5Cs PYD score was found in student joined all the sport combination type, and the lowest score found in all of academic combination type