Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Bahasa Sebagai Arena dan Instrumen Kekuasaan Anggi Afriansyah
Jurnal Penelitian Politik Vol 14, No 1 (2017): Transformasi Identitas Keindonesiaan
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v14i1.686

Abstract

AbstrakBuku ini menelaah politik penggunaan bahasa dari beragam aspek. Bahasa tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi tetapi lebih dari itu, bahasa dapat menjadi alat yang digunakan untuk memperoleh kekuasaan. Bahasa beroperasi sebagai piranti kekuasaan dan berhasil dimanfaatkan secara optimal oleh mereka yang memiliki niat berkuasa. Bahasa dapat digunakan untuk praktik dominasi, alat pergerakan, melanggengkan kekuasaan, mendulang suara dan memenangkan pemilihan, sampai meraih keuntungan materil.Kata kunci: bahasa, politik, kekuasaan, Indonesia
Potret Kesejahteraan dan Strategi Hidup Pekerja Kontrak dan Outsourcing Sektor Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi Anggi Afriansyah
Jurnal Aspirasi Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.88 KB) | DOI: 10.46807/aspirasi.v9i1.969

Abstract

The information and communication technology (ICT) industrial sector requires two preconditions for its workers: higher education and skills appropriate to the areas of expertise. The problem is, a high educational background owned does not necessarily correlate with the level of well-being, particularly for outsourcing and contract workers. Therefore, this paper examines the welfare of the workers on three aspects, (i) socio-economic conditions, (ii) the rights acquired, and (iii) social security. To get the portrait of welfare and fulfillment strategy for contract workers and outsourcing of ICT workers in Jakarta, in-depth interviews were conducted to ten workers, consisting of eight men and two women with the age range between twenty-three to forty years old. This paper describes the condition of contract and outsourcing workers in the ICT sector who held higher education degree that still have inadequate bargaining power and must work hard to sustain their livelihood. This condition causes them to devise strategies such as saving, selection of a place to stay, look for overtime, look for additional work, and try to live a healthy life. Given these findings, the government should actively collaborate with universities and industries so that workers who entered the industry have a better bargaining position.Sektor industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mensyaratkan dua prasyarat bagi pekerjanya, yaitu: jenjang pendidikan tinggi dan keterampilan sesuai bidang keahlian. Permasalahannya, latar pendidikan tinggi yang dimiliki tidak selalu berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan, utamanya bagi pekerja kontrak dan outsourcing (alih daya). Oleh karena itu, tulisan ini menelaah kesejahteraan pekerja dari tiga aspek: (i) kondisi sosial ekonomi, (ii) hak yang diperoleh, dan (iii) jaminan sosial. Untuk mendapat potret kesejahteraan dan strategi pemenuhan kebutuhan hidup pekerja kontrak dan alih daya bidang TIK di DKI Jakarta, dilakukan wawancara mendalam kepada sepuluh pekerja, terdiri dari delapan orang laki-laki dan dua orang perempuan dengan rentang usia dua puluh tiga tahun sampai empat puluh tahun. Tulisan ini menjelaskan kondisi pekerja kontrak dan alih daya di sektor TIK yang meskipun memiliki pendidikan tinggi tetapi tidak memiliki posisi tawar memadai. Seperti halnya pekerja sektor lain, mereka pun harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut menyebabkan mereka harus berstrategi mulai dari berhemat, menabung, pemilihan tempat tinggal, mencari lemburan, mencari tambahan pekerjaan, dan berusaha hidup sehat. Merujuk pada temuan tersebut, pemerintah harus secara aktif berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan industri agar pekerja yang masuk ke dunia industri memiliki posisi tawar yang lebih baik.