Goenadi Nitihaminoto
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

IDENTIFIKASI KEHIDUPAN MASA LAMPAU DI GUA SUMOPURO HUBUNGANNYA DENGAN ENDAPAN ALUVIAL Goenadi Nitihaminoto
Forum Arkeologi VOLUME 8, NOMOR 2, MARET 1995
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3532.848 KB) | DOI: 10.24832/fa.v8i2.359

Abstract

PEMBUATAN GERABAH TRADISIONAL DI PULAU BAWEAN: TINJAUAN TENTANG ASAL DAN HUBUNGAN SIMBIOTIK DENGAN BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 9 No 1 (1988)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3052.155 KB) | DOI: 10.30883/jba.v9i1.494

Abstract

Pembuatan gerabah di pulau Bawean merupakan salah satu bentuk budaya tradisional yang masih hidup hingga saat ini. Secara umum dapat diperkirakan bahwa pengaruh hubungan antarsuku dengan daerah-daerah di luar pulau mengakibatkan perubahan teknik pembuatan gerabah di daerah itu. Teknik pembuatan gerabah dapat juga tidak mengalami perubahan, walaupun hubungan dengan daerah lain sudah berlangsung sejak lama dan intensif. Untuk mengungkapkan ada tidaknya perubahan-perubahan itu, perlu diadakan perbandingan teknik pembuatan gerabah dengan daerah-daerah yang sering mengadakan kontak dengan Bawean. Dengan demikian akan dapat diketahui sifat hubungan yang terjalin antara Bawean dengan beberapa daerah tersebut di atas.
Gua Song Agung di Pacitan: Studi Pendahuluan Tentang Temuan dan Masa Huniannya Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 9 No 2 (1988)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1952.357 KB) | DOI: 10.30883/jba.v9i2.527

Abstract

Sebagian besar situs arkeologi di daerah Pacitan, Jawa Timur terletak di Kecamatan Punung. Di daerah ini ditemukan artefak-artefak yang hampir mewakili seluruh periodisasi prasejarah di Indonesia. Temuan alat-alat batu paleolitik ditemukan di Kali Baksoka, dan beberapa sungai di daerah Tabuhan. Temuan-temuan dari masa yang lebih muda di temukan pula di lembah Kali Baksoka, Ngrijangan, Teleng dan Gua Songterus di Tabuhan.
Temuan Lepas Beliung Persegi dan Cara-Cara Mencari Konteksnya Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 10 No 1 (1989)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1369.407 KB) | DOI: 10.30883/jba.v10i1.536

Abstract

Pada umumnya beliung persegi ditemukan oJeh penduduk atau oleh petugas, baik dalam penelitian intensif maupun sebagai temuan permukaan. Temuan penduduk dan temuan permukaan pada umumnya tidak diketahui konteksnya dengan temuan lain, sehingga dianggap sebagai temuan lepas. Temuan dalam penelitian intensif pun kadang-kadang menghadapi kenyataan semacam ini, tetapi pada umumnya konteks temuan itu dapat diketahui dengan baik.
Pertanggalan Relatif Situs Gunungwingko (Studi Pendahuluan) Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 10 No 1 (1989)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1812.429 KB) | DOI: 10.30883/jba.v10i1.537

Abstract

Situs Gunungwingko berupa dua deret bukit pasir. Deretan pertama terletak di sebelah utara, sedangkan deretan kedua terletak di sebelah selatannya. Deretan bukit pasir pertama selanjutnya disebut B 1, sedangkan deretan bukit pasir kedua disebut B2. Penelitian di B1 telah dilakukan sebanyak 7 kelompok, yaitu B1 A-G dan penelitian di B2 telah dilakukan sebanyak 5 kelompok, yaitu 82 H-L.
Bentuk-Bentuk Gerabah Kubur Peti Batu Sokoliman: Hubungannya Dengan Tahap Penguburan Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 10 No 2 (1989)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2192.993 KB) | DOI: 10.30883/jba.v10i2.544

Abstract

Kompleks kubur peti batu di Gunung Kidul tersebut telah diteliti oleh J.L. Moens pada tahun 1934, kemudian dilanjutkan oleh van der Hoop pada tahun berikutnya. Kompleks kubur peti batu tersebut antara lain terdapat di Kajar, Sokoliman, dan Bleberan. Pada kubur peti batu di Kajar ditemukan 35 individu bertumpukan pada kedalaman 80 cm dengan bekal kubur berupa beberapa alat dari besi, antara lain arit. Temuan lain berupa cincin perunggu, sebuah mangkuk terakota berbentuk tempurung, dan ratusan mutisalah. Pada salah satu kerangka ditemukan sebilah pedang besi yang telah patah, dipegang di tangan kiri, sedangkan pada pedang itu sendiri masih melekat bekas-bekas tenunan kasar. Kubur peti batu yang di temukan di Bleberan berisi tiga rangka manusia bertumpukan dalam posisi terlentang dengan kepala di sebelah utara. Tiga buah benda besi terletak di atas dada rangka yang paling atas. Cincin tembaga, pisau besi, dan beberapa manik -manik tersebar di antara rangka-rangka tersebut (R.P. Soejono, 1984).
Cara-Cara Menentukan Kekunaan Gerabah Dalam Penelitian Arkeologi: Analisis Eksternal Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 13 No 1 (1993)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1256.847 KB) | DOI: 10.30883/jba.v13i1.566

Abstract

Studi tentang keramik selama ini sangat menarik perhatian di kalangan para arkeolog Indonesia. Keramik merupakan data arkeologi yang terbuat dari tanah liat. Jenis-jenis keramik berdasarkan pcrbedaan tingkat pembakarannya dibedakan menjadi dua jenis yaitu porselin-batuan dan gerabah. Sedangkan berdasarkan fungsinya terbagi dari wadah dan non wadah. Dalam penulisan ini pembahasan akan dititikberatkan pada gerabah. Tanah liat sebagai bahan pembuatan gerabah mempunyai sifat plastis dan sifat ini akan hilang apabila dibakar sehtngga gerabah tidak mudah basah (Samidi, 1982:71). Pecahan gerabah disebut kereweng. Kedua istilah itu berasal dari Jawa yang sampat saat ini masih dipakai oleh beberapa peneliti. Selama ini dalam penyebutan istilah tersebut belum dibedakan tentang segi kekunaannya, sehingga dalam menganalisis tingkat kekunaannya masih sering tercampur antara gerabah kuna dengan gerabah baru.
Transformasi Fungsi Alat Batu Semu Situs Gunungwingko Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 15 No 2 (1995)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1047.864 KB) | DOI: 10.30883/jba.v15i2.656

Abstract

Gunungwingko Site stone tools consist of two types, namely pseudo stone tools and stone tools. Both types of tools were found in the context of burials. In relation to the context of the findings, the function of the two types of stone tools is thought to be a complementary function of the ceremony or as a ceremonial object that had previously served as a practical tool. As a practical tool, the Gunungwingko pseudo stone tool is characterized by several uses such as being used as a batting tool, an anvilĀ  tool, and as a scrubbing tool. Meanwhile, the non-pseudo stone tool consists of a proto adze, which is practically unused.
Permukiman Daerah Pedalaman Dan Daerah Pantai Situs Tempursari Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 16 No 2 (1996)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1106.801 KB) | DOI: 10.30883/jba.v16i2.749

Abstract

Permukiman di daerah pantai mengikuti pola memanjang di sepanjang pantai yang masih dapat dilihat pada lokasi desa-desa yang ada sekarang. Sementara itu, pola permukiman kuna di dalam suatu desa mempunyai unsur-unsur pola permukiman yang bersifat fungsional yaitu tempat tinggal, dan kuburan. Tempat pertahanan yang merupakan salah satu unsur permukiman, memanfaatkan sungai pegunungan, dan samudera, untuk kepentingan itu.
Artefak Terakota Berbentuk Unik Dari Situs Gunungwingko: Tinjauan Atas Bentuk Dan Fungsi Goenadi Nitihaminoto
Berkala Arkeologi Vol 17 No 2 (1997)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.206 KB) | DOI: 10.30883/jba.v17i1.759

Abstract

Artefak terakota berbentuk unik dari Situs Gunungwingko terdiri atas beberapa bentuk yang tidak dapat dinamakan dengan mudah. Untuk penamaannya digunakan identifikasi terhadap bentuk yang dimiliki dan penamaan lain diambil dari bentuk yang serupa dengan fauna atau bentuk geomerris tenentu. Untuk mengetahui fungsi artefak itu diadakan perbandingan secara kontekstual baik dengan temuan jenis lain dalam satu situs, maupun dengan temuan seienis di situs-situs lain baik di Indonesia maupun di luar Indonesia.