Shinta Mutiara Rezeky
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kerentanan Masyarakat dalam Pengelolan Rawa Lebak di Desa Tapus Kabupaten Ogan Komerin Ilir Shinta Mutiara Rezeky
Muqoddima Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi Vol 3 No 1 (2022): MUQODDIMA Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi
Publisher : Laboratorium Sosiologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/MJPRS.003.01.04

Abstract

Rawa lebak merupakan sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Perubahan iklim membuat masyarakat menjadi sulit untuk memprediksi datangnya musim hujan. Masyarakatnya menjadi rentan terhadap kejadian gagal panen. Selain itu, adanya peraturan daerah yang mengatur mengenai pengelolaan rawa lebak pada musim banjir semakin menekan masyarakat. Masyarakat pun menjadi rentan terhadap kondisi rawan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem pengelolaan rawa lebak dari dan kerentanan komunitas terhadap pengelolaan rawa lebak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data kualitatif didapatkan dengan tiga cara, yakni observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi yang dilakukan secara berkesinambungan. Hasil pelitian menunjukkan bahwa sistem pengelolaan rawa lebak di Desa Tapus mengalami perubahan dari masa pemerintahan marga yang dipimpin oleh kepala marga dengan sistem pemerintahan Kabupaten dan Kecamatan. Masyarakat yang memiliki hak akses untuk memnafaatkan rawa lebak pada masa pemerintahan Marga dan Kabupaten berada pada peserta atau masyarakat (pengemin) yang ditentukan oleh panitia saat proses pelelangan dengan nilai penawaran tertinggi. Namun, dalam akses pemanfaatan rawa lebak antara dua sistem pemerintahan terdapat pada pendekatan, yaitu akses penuh hanya hanya berlaku bagi masyarakat di wilayah Marga, sementara pada masa pemerintahan Kabupaten dan Kecamatan, semua masyarakat di Desa Tapus boleh memiliki akses untuk memanfaatkan rawa lebak, tetapi dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukan. Tingkat kerentanan komunitas sangat tinggi terhadap sistem lelang lebak lebung (L3) oleh pemerintah. Komunitas petani yang sebelumnya menjadikan lahan pertanian di rawa lebak sebagai mata pencaharian utama, harus menanggung resiko ekonomi ketika musim hujan dan kebijakan pengelolaan rawa lebak yang membuat mereka harus mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Dinamika Sosial Budaya Komunitas Pedagang Kelontong Madura di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Muhammad Wafiruddaroin; Shinta Mutiara Rezeky
Muqoddima Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi Vol 3 No 2 (2022): MUQODDIMA Jurnal Pemikiran dan Riset Sosiologi
Publisher : Laboratorium Sosiologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/10.47776/MJPRS.003.02.05

Abstract

Dinamika sosial budaya dalam aktifitas ekonomi pada komunitas pedagang kelontong Madura di Pamulang menunjukkan bahwa orang Madura dalam melakukan kegiatan atau aktifitas tertentu tidak lepas dari unsur keagamaan dan budaya yang mereka miliki. Pemahaman nilai tentang rezeki yang tidak akan tertukar dan sudah diatur oleh Tuhan nyatanya tidak lagi dipakai sebagai dogma dalam melakukan mobilitas. Sehingga munculnya dinamika yang terjadi dalam komunitas ini menjadi latar belakang penelitian ini. Fokus penelitian ini mengarah pada (1) dinamika sosial budaya dalam aktivitas ekonomi, (2) mekanisme-mekanisme untuk mempertahankan eksistensi dan solidaritas etnis di konteks kehidupan urban sekarang ini. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui 3 cara yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Teknik pengecekan penelitian menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pedagang kelontong Madura di Kecamatan Pamulang tetap menjaga nilai solidaritas etnis yang mereka miliki. Adanya aturan operasional warung kelontong yang berlaku tidak sampai mereduksi nilai solidaritas sebagai kesatuan etnis pedagang Madura. Resiko terhadap pedagang yang melanggar kesepakatan nilai yang berlaku membentuk hukum atas penghakiman pelanggar tersebut. Sebagaimana menurut Durkheim bahwa hukum yang berlaku dalam masyarakat mekanik dan organik adalah hukum represif dan restitutif. Namun realitasnya, kedua hukum tersebut sama-sama berlaku dalam komunitas pedagang kelontong Madura di Pamulang.