Darmawijaya Darmawijaya
Sriwijaya University, Palembang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Constructing Geometric Properties of Rectangle, Square, and Triangle in the Third Grade of Indonesian Primary Schools Rizkianto, Ilham; Zulkardi, Zulkardi; Darmawijaya, Darmawijaya
Journal on Mathematics Education Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : Department of Doctoral Program on Mathematics Education, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22342/jme.4.2.414.160-171

Abstract

Previous studies have provided that when learning shapes for the first time, young children tend to use the prototype as the reference point for comparisons, but often fail when doing so since they do not yet think about the defining attributes or the geometric properties of the shapes. Most of the time, elementary students learn geometric properties of shapes only as empty verbal statements to be memorized, without any chance to experience the contepts meaningfully. In the light of it, a sequence of instructional activities along with computer manipulative was designed to support Indonesian third graders in constructing geometric properties of square, rectangle, and triangle. The aim of the present study is to develop a loval instructional theory to support third graders in constructing geometric properties of rectangle, square, and triangle. Thirty seven students of one third grade classes in SD Pupuk Sriwijaya Palembang, along with their class teacher, were involved in the study. Our findings suggest that the combination of computer and non-computer activities suppots third graders in constructing geometric properties of square, rectangle, and triangle in that it provides opportunities to the students to experience and to develop the concepts meaningfully while using their real experiences as the bases to attain a higher geometric thinking level.Key concepts: Geometric properties, rectangle, square, triangle, design research, realistic mathematics education DOI: http://dx.doi.org/10.22342/jme.4.2.414.160-171
PENJELASAN SEJARAH ATAS KELUARNYA ARUNG PALAKKA DARI BARISAN SULTAN HASANUDDIN MENJELANG PERANG MAKASSAR Darmawijaya, Darmawijaya
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v8i1.103

Abstract

Sebagai pemimpin baru Makassar, Sultan Hasanuddin sedang menghadapi ancaman Kompeni Belanda yang semakin kuat. Dalam memperkuat kekuatan Makassar dari ancaman Kompeni Belanda, Sultan Hasanuddin memerintahkan orang Bugis Bone yang berstatus sebagai “budak” untuk bekerja menggali parit di sepanjang Pantai Makassar. Pekerjaan menggali parit itu telah mendorong Arung Palakka memimpin orang Bugis Bone keluar dari barisan Sultan Hasanuddin. Melalui Metode Sejarah dengan pendekatan nilai-nilai budaya danKepemimpinan Humanistik, kajian memperlihatkan, bahwa keluarnya Arung Palakka dari barisan Sultan Hasanuddin menjelang Perang Makassar adalah dipicu oleh implementasi kebijakan Sultan Hasanuddin dalam mempekerjakan Bugis Bone dalam menggali parit sudah di luar batas kemanusiaan. Mereka dipaksa untuk bekerja siang dan malam, tanpa diberikan istirahat dan perhatian yang memadai. Kebijakan seperti inilah yang membuat siri’ (harga diri) orang Bugis semakin terhina sehingga mendorong Arung Palakka memimpin orang Bugis Bone keluar dari barisan Sultan Hasanuddin agar orang Bugis Bone bisa merdeka dari kekuasaan Makassar. Dalam rangka mencapai tujuan itu, Arung Palakka meminta bantuan kepada Kompeni Belanda yang sudah lama mengincar Makassar. Bagi Sultan Hasanuddin berperang melawan Kompeni Belanda adalah perjuangan demi membela siri (harga diri) orang Makassar, karena Kompeni Belanda ingin menaklukkan Makassar. Arung Palakka dengan bantuan Kompeni Belanda berhasil memerdekakan orang Bone. Dari kekuasaan Makassar. Kompeni Belanda pun berhasil pula menaklukkan Makassar, sedangkan Sultan Hasanuddin sendiri berhasil pula membela siri (harga diri) orang Makassar secara terhormat sampai Makassar jatuh ke tangan Kompeni Belanda. Apabila Sultan Hasanuddin mampu memperlakukan orang Bone secara manusiawi dalam mengerjakan parit itu dan membangun komunikasi politik yang baik dengan para bangsawan Bugis, seperti Arung Palakka, maka Sultan Hasanuddin berpeluang menjadi seorang pemimpin yang tangguh di masa itu yang sulit untuk ditembus oleh Kompeni Belanda.