Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Sifat Organoleptik Daging Ayam Broiler yang Diberikan Pakan Terfermentasi Neurospora crassa Yusrizal Akmal; Suryani Suryani; Yulidar Yulidar
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 2 (2019): JITRO, Mei
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.406 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i2.5565

Abstract

ABSTRAK Ampas sagu dan tahu merupakan limbah industri yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan mengkaji sifat organoleptik daging ayam broiler yang diberi pakan fermentasi dari ampas sagu dan ampas tahu dengan Neurospora crassa sehingga dapat meningkatkan kualitas daging ayam. Penelitian dilakukan di peternakan ayam broiler milik masyarakat yang berada di Desa Keude Dua Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen selama 4 Minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dengan 4 ulangan. Tahapan pelaksanaan penelitian yaitu persiapan fermentasi ampas sagu dan ampas tahu dan persiapan kandang selajutnya pemeliharaan ayam broiler dengan pemberian pakan terfermentasi. Uji kesukaan pada daging ayam yang diolah secara dipanggang menggunakan uji organoleptik yang melibatkan 25 orang panelis yang tidak terlatih. Parameter yang dianalisis warna, aroma, rasa, dan tekstur. Perhitungan statistika dilakukan dengan sidik ragam satu arah dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan yang terfermentasi Neurospora crassa sampai pada tingkat 20% berpengaruh signifikan terhadap warna, aroma, rasa maupun tekstur daging broiler, artinya pemberian pakan fermentasi Neurospora crassa dari ampas sagu dan ampas tahu dengan sampai tingkat 20 persen dalam pakan ayam broiler dapat meningkatkan kualitas daging broiler baik warna, aroma, rasa dan tekstur daging.Kata kunci: ampas sagu, ampas tahu, Neurospora crassa, organoleptikABSTRACTSago pulp and tofu are industrial wastes that can be used as animal feeds. The study aims the organoleptic properties of broiler chicken fed fermented feed from sago pulp and tofu with Neurospora crassa so as improve the quality of meat. This research was conducted on broiler farms belonging to community in Juli Keude Dua Village, Juli, Bireuen District for 4 weeks. The design used was a complete randomized design with 4 treatments with 4 replications. The stages of the research are the preparation fermented sago pulp and tofu, cage, as well broiler maintenance chickens with fermented feed. The preference test for roasted chicken is processed using an organoleptic test involving 25 untrained panelists. Parameters analyzed for color, aroma, taste, and texture. Statistical calculations are performed with one-way variance and continued Duncan test. The results of this study indicate that Neurospora crassa fermented feeding to level 20% has a significant effect on the color, aroma, taste and texture, meaning that the provision of Neurospora crassa fermented feed from sago pulp and tofu up to level 20 percent in broiler chicken feed so as improve the quality of broiler meat both in color, aroma, taste, and texture of meat.Keyword: Neurospora crassa, organoleptic, sago pulp, tofu pulp
DISTRIBUSI DAN AKTIVITAS MENGGIGIT NYAMUK GENUS MANSONIA YANG BERPOTENSI SEBAGAI VEKTOR FILARIASIS DI WILAYAH ENDEMIS FILARIASIS DESA LIGAN DAN LHOK BOUT ACEH JAYA Yulidar Yulidar; Yasir M.Diah; Veny Wilya; Andi Zulhaida
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 5 No 2 (2018): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.599 KB) | DOI: 10.22435/sel.v5i2.1481

Abstract

Filariasis masih menjadi masalah pada masyarakat di desa Ligan dan desa Lhok Bout Kabupaten Aceh Jaya. Mansonia spp merupakan salah satu vektor filariasis di Indonesia. Penelitian ini bersifat cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Februari-Desember 2017 di desa Ligan dan Lhok Bout. Penangkapan nyamuk menggunakan metode umpan orang di dalam dan luar rumah. Umpan orang duduk dalam kelambu. Hasil penelitian didapatkan total jumlah nyamuk Mansonia spp tertangkap adalah 58 nyamuk terbagi atas 5 spesies yaitu 8 nyamuk Ma. bonnae, 5 Ma. uniformis, 38 Ma. annulata, 6 Ma. annulifera dan 1 Ma. indiana. Kepadatan masing-masing nyamuk hinggap dibadan orang perjam adalah Ma. bonnae 0,31, Ma. uniformis 0,25, Ma. annulata 1,94. Ma. annulifera 0,31 dan Ma. indiana 0,06. Sedangkan kepadatan nyamukhinggap dibadan orang permalam adalah Ma. bonnae 1,33, Ma. uniformis 0,83,Ma. annulata 6,33, Ma. annulifera 1,00 dan Ma. indiana 0,17. Kelimpahan nisbi masing-masing nyamuk tertangkap yaitu Ma. bonnae 1,60%, Ma. uniformis 1,00%,Ma. annulata 6,20%, Ma. annulifera 1,00% dan Ma. indiana 0,20%. Nyamuk Mansonia spp yang tertangkap bersifat endofagik. Berdasarkan kepadatan nyamuk tertinggi dan angka dominansi spesies mencapai 3,33% maka vektor filariasis potensial di desa Ligan dan Lhok Bout adalah Mansonia annulata Filariasis is still a problem for people in Ligan Village, Lhok Bout Village, Aceh Jaya District. Mansonia spp is one of the filariasis vectors in Indonesia. Research using a cross-sectional study conducted in February-December 2017 in Ligand and Lhok Bout Village. Catching mosquitoes using indoor and outdoor people bait. Methods people as a bait sitting in a net. The results showed that the total number of captured Mansonia spp mosquitoes was 58 mosquitoes divided into 5 species, The namely 8 Ma mosquitoes. bonnae, 5 Ma. uniformis, 38 Ma. annulata, 6 Ma. annulifera and 1 Ma. indiana. The density of each mosquito per person per hour was Ma. bonnae 0.31, Ma. uniformis 0.25, Ma. annulata 1.94. Ma. annulifera 0.31 and Ma. indiana 0.06. While the density of mosquitoes in the person of the night is Ma. bonnae 1.33, Ma. uniformis 0,83, Ma. annulata 6.33, Ma. annulifera 1.00 and Ma. indiana 0.17. The relative abundance of each mosquito caught was Ma. bonnae 1.60%, Ma. uniformis 1.00%, Ma. annulata 6.20%, Ma. annulifera 1.00% and Ma. indiana 0.20%. The captured Mansonia spp mosquito was endophagic. Based on the highest mosquito density and species dominance rate of 3.33%, the potential filariasis vectors in Ligan and Lhok Bout villages are Mansonia annulata.
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN FILARIASIS DARI ASPEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI KABUPATEN ACEH JAYA PROVINSI ACEH Yulidar Yulidar; Nelly Marissa; Veny Wilya; Rosdiana Rosdiana; Eka Fitria; Ulil Amri Manik; Eka Randiana; Ibnu Muhsi
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 6 No 2 (2019): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.735 KB) | DOI: 10.22435/sel.v6i2.2460

Abstract

Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit tular vektor yang masih endemis di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Program pengendalian filariasis merujuk pada kebijakan yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat. Pemberian obat pencegahan massal sudah dilakukan selama 5 putaran sampai tahun 2015. Pada tahun 2016 dilakukan survei evaluasi prevalensi mikrofilaria (pre-TAS) dan hasilnya adalah Kabupaten Aceh Jaya tidak lulus survei tersebut. Penelitian ini merupakan studi kualitatif yang dilakukan pada bulan oktober 2017 dengan metode indepth interview. Jumlah responden yang diwawancara adalah 4 orang. Keberhasilan atau kegagalan eliminasi filariasis dipengaruhi oleh aspek epidemiologi dan manajemen. Aspek manajemen yang ditelusuri dalam penelitian ini yaitu bagaimana implementasi kebijakan pelaksanaan program pengendalian filariasis. Data dianalisis secara tematik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pelaksanaan program pengendalian filariasis yaitu pemberian obat massal pencegahan berjalan dengan baik. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh data cakupan minum obat pada masyarakat setiap tahunnya selalu lebih dari standar nasional. Faktor kegagalan pre-TAS belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil evaluasis program dari aspek implementasi maka ketersediaan sumber daya manusia dan anggaran belum maksimal untuk pengendalian filariasis. Filariasis or elephantiasis still an endemic vector borne disease in Aceh Jaya district Province Aceh. Prevention program of filariasis in Aceh jaya district is refers to the government policy. Mass drug administration was done during the fifth round of 2015. The survey prevalence of microfilaria (pre-TAS) in Aceh Jaya district 2016 and the result show is failed. This study is a qualitative research and conducted in oktober 2017 with indepth interview methode. The number of respondents interviewed was 4 respondents. The success or failure of filariasis elimination is influenced by epidemiological and management aspects. The management aspect traced is the implementation of the policy for prevention program of filariasis. Data were analyzed thematically. The result showed that the implementation of the policy for prevention program of filariasis is mass drug administration goes well. This success is shown by the annual data on taking medicine in community is always more than the national standard. Pre-TAS failure factor is not known for certain. Based on the evaluation of the program from the implementation aspect, the availability of human resources and the budget is not optimal for filariasis control.
PENGETAHUAN KADER DAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP FILARIASIS DI KABUPATEN ACEH JAYA Yulidar Yulidar; Asmaul Husna; Ulil Amri Manik; Veny Wilya
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan Vol 7 No 2 (2020): SEL Jurnal Penelitian Kesehatan
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/sel.v7i2.4153

Abstract

Filariasis termasuk penyakit parasit tular vektor. Kabupaten Aceh Jaya merupakan satu dari beberapa kabupaten di Provinsi Aceh sebagai wilayah endemis filariasis. Pelaksanaan program pengendalian filariasis pemberian obat massal pencegahan sudah dilakukan dari tahun 2011. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pengetahuan kader dan tokoh masyarakat terhadap filariasis di Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian ini bersifat cross sectional yang pengumpulan data dilakukan pada Bulan Juli-Oktober 2017. Data dianalasis secara tematik kualitatif dan diinterpretasikan dalam bentuk narasi. Berdasarkan hasil analisis dari 5 pertanyaan yang diajukan tidak semua informan mampu menjelaskan dengan tepat. Dari 6 informan yang terlibat, semua informan tidak mengetahui istilah filariasis namun mengerti penyakitnya yang disebut barah atau entoet. Empat informan berpendapat bahwa filariasis adalah penyakit akibat di gigit nyamuk namun bukan penyakit menular, sedangkan 2 informan lainnya menyatakan filariasis adalah penyakit menular dan dapat ditularkan secara keturunan. Untuk infromasi bahwa filariasis tidak dapat di sembuhkan, 5 informan menyatakan tidak tahu. Namun, untuk informasi apakah filariasis berbahaya, ke 6 informan menyatakan berbahaya karena tidak bisa beraktivitas. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan kader dan tokoh masyarakat kurang baik tentang filariasis. Oleh karena itu, kader dan tokoh masyarakat diharapkan dapat diberikan pelatihan atau penyuluhan tentang filariasis agar kader dan tokoh masyarakat dapat mendukung keberhasilan program filariasis. Filariasis is a vector-borne parasitic disease. Aceh Jaya District is one of several districts in Aceh Province as a filariasis endemic area. The implementation of the filariasis control program for the provision of preventive mass drugs has been carried out since 2011. The purpose of this study was to obtain an overview of the knowledge of cadres and community leaders about filariasis in Aceh Jaya Regency. This study is a cross sectional study with data collection conducted in July-October 2017. Data analyzed thematic qualitatively and interpreted in a narrative form. Based on the results of the analysis of the 5 questions asked, not all informants were able to comment properly. Of the 6 informants involved, all informants did not know about filariasis but did know about a large and swollen foot disease called barrah or entoet. Four informants argued that filariasis is a disease caused by mosquito bites but not a contagious disease, while 2 other informants stated that filariasis is a contagious disease and can be transmitted by generations. For information that filariasis cannot be cured, 5 informants stated that they did not know. However, for information on whether filariasis is dangerous, the 6 informants stated that it is dangerous because they cannot do activities. Based on the results of the analysis, it can be said that the knowledge of cadres and community leaders is not good about filariasis. Therefore, cadres and community leaders are expected to be given training or counseling on filariasis so that cadres and community leaders can support the success of the filariasis program.
Analisis deskriptif potensi terinfeksi Filariasis pada masyarakat di Kabupaten Aceh Utara Yulidar Yulidar; Andi Zulhaida
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 2 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 2, Desember 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.12 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i2.653

Abstract

Analisis potensi terinfeksi filariasis pada masyarakat di Kabupaten Aceh Utara secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui besarnya peluang masyarakat terinfeksi oleh filariasis. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder secara deskriptif yang dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan September 2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peluang terbesar potensi terinfeksi filariasis dari 300 penduduk yang diperiksa adalah di Kecamatan Baktiya yaitu mencapai 7% (21 penduduk), di kecamatan Nisam yaitu 4,67% (14 penduduk), di Kecamatan Lhok Beuringin dan Lhoksokun yaitu 2,67% (8 penduduk), pada masyarakat di Kecamatan Seunudon yaitu 2,33% (7 penduduk) dan masyarakat di Kecamatan Kuta Makmur yaitu 2,00% (6 penduduk) sedangkan yang lainnya di bawah 2,00%.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA LAMCEU KUTA BARO ACEH BESAR TAHUN 2020 Raudhatun Nuzul ZA; Rahmayani Rahmayani; Yulidar Yulidar; Ainsyah Ainsyah
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1834

Abstract

Latar Belakang Masalah: Keluarga berencana merupakan upaya untuk meningkatkan keluarga kecil Bahagia dan sejahtera. Tujuan utama adalah mengatur kelahiran, menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian balita Keuntungan penggunaan IUD adalah tidak memerlukan kontrol yang berulang, tidak membuat kenaikan berat badan dan resiko hamil lebih kecil. Tujuan penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi Intra uterine Device (IUD) pada wanita pasangan usia subur (PUS) Di Desa Lamceu Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2020. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 165 orang dan sampel berjumlah 63 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020. Data diolah secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian: ada hubungan pengetahun (P value = 0,003), sikap (P value = 0,000) dan dukungan suami (P value = 0,000) dengan pemilihan metode kontrasepsi Intra uterine Device (IUD) pada wanita pasangan usia subur (PUS) Di Desa Lamceu Kuta Baro Aceh Besar Tahun 2020. Saran: Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang program KB guna meningkatkan pengetahuan terhadap pasangan suami istri yang ingin ber-KB. Pemberian paket edukasi tentang KB terutama IUD serta memberikan informasi melalui leaflet, brosur agar PUS tidak hanya sekedar menggunakan alat kontrasepsi saja tetapi dapat mengetahui pentingnya program KB dan mereka juga dapat mengetahui alat kontrasepsi yang baik, aman dan nyaman digunakan.Kata Kunci : Kontrasepsi IUD, Sikap, Pengetahuan, Dukungan Suami
Analysis of Hygiene and Sanitation in Junior High School Canteens in Banda Aceh Masyudi Masyudi; Ilhamuddin Ilhamuddin; Tika Indiraswari; Husna Husna; Yulidar Yulidar; Anita Noviyanti; Evi Dewi Yani; T M Rafsanjani
International Conference on Multidisciplinary Research Vol 3, No 2 (2020): ICMR
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/pic-mr.v3i2.2692

Abstract

This study aims to see the effect of coaching, supervision and actions given by Banda Aceh junior high school canteen managers on the hygiene and sanitation of the school canteen. A canteen with a low hygiene standard in its physical condition, its raw material for food, food processing and food presentation, can give negative impacts on a child’s health, growth, cognitive development, and nutritional status, which will eventually affect their academic achievement. This research, conducted from 2 to 5th of August 2017, is an analytical survey research with a cross-sectional design. Based on the results of statistical tests using chi-square technique, a positive and significant correlation was found between the canteen manager’s coaching and the canteen’s hygiene and sanitation (p-value = 0.001 0.05), particularly between the supervision, hygiene and sanitation variables (p-value = 0.001 0.05). There is also a strong and significant relationship between the level of canteen maintenance and the canteen’s hygiene and sanitation (p-value = 0.002 0.05). The canteen staff are reported to have complied with the applicable regulations and applied the knowledge they have about the standard hygiene and sanitation. They reported that they regularly maintain personal hygiene when processing the food by washing their hands and keep their work equipment clean. Besides, they maintain the cleanliness of the canteens by throwing waste into the dumping area when the bin is full, and by keeping food and kitchen wares clean. Keywords: Hygiene, Sanitation, Canteen