Claim Missing Document
Check
Articles

The growth and physiological responses of tambaqui Colossoma macropomum fed on the high dose of clove oil-supplemented diet Andi Tiara Eka Diana Puteri; Dedi Jusadi; Sri Nuryati
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3207.82 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.70.79

Abstract

ABSTRACT In this study, tambaqui Colossoma macropomum juvenile were given feed supplemented with clove oil Syzygium aromaticum at a dose of 0 and 100 mg/100 g diet. This study purposed to assessment the effect of clove oil supplementation at high dose (100 mg/100 g diet) on growth performance and health status of freshwater tambaqui. As many as 25 fishes with initial body weight 7.62±0.44 g maintained in 15 aquariums for 45 days. Each treatment consisted of three replications. Data were analyzed by t-test. The results showed that tambaqui growth performance on both treatments were not significantly different. However, supplementation of high doses 100 mg clove oil/100 g diet showed reduce on the blood parameters and declining the abundant of intestinal microflora in tambaqui gut, but the types seen more diverse. The observation of fish liver histology showed that hepatocyte cells in the treatment of 100 mg clove oil become smaller and dense compared with 0 mg clove oil treatment. The use of high doses of clove oil does not interfere with the tambaqui growth performance despite the downturn in the physiological responses were observed. Keywords: clove oil, Syzygium aromaticum, Colossoma macropomum, growth performance  ABSTRAK Di dalam penelitian ini, benih ikan bawal tawar Colossoma macropomum dipelihara dengan pemberian pakan yang ditambah minyak cengkeh Syzygium aromaticum pada kadar 0 dan 100 mg/100 g pakan. Tujuannya untuk melihat pengaruh penambahan minyak cengkeh di dalam pakan pada dosis tinggi (100 mg/100 g pakan) terhadap performa pertumbuhan dan respons fisiologis ikan bawal. Sebanyak 25 ekor ikan bawal dengan bobot individu awal 7,62 ± 0,44 g dipelihara pada 15 akuarium selama 45 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji komparasi t-test antar dua perlakuan dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari kedua perlakuan terhadap parameter pertumbuhan. Namun, pemberian pakan yang mengandung minyak cengkeh dosis tinggi 100 mg/100 g pakan mempengaruhi respons fisiologis berupa rendahnya kisaran nilai gambaran darah serta menurunnya jumlah mikroflora di usus ikan bawal, meski jenisnya lebih beragam. Hasil pengamatan histologi hati ikan pada perlakuan 100 mg minyak cengkeh menunjukkan bahwa sel hepatosit berukuran lebih kecil dan terlihat rapat dibandingkan dengan perlakuan 0 mg minyak cengkeh. Penggunaan minyak cengkeh dosis tinggi tidak menganggu performa pertumbuhan ikan bawal meskipun terjadi penurunan pada respons fisiologis yang diamati. Kata penting: minyak cengkeh, Syzygium aromaticum, Colossoma macropomum, performa pertumbuhan
Evaluasi pemberian ekstrak daun kayu manis Cinnamomum burmannii pada pakan terhadap kandungan lemak daging ikan patin Pangasianodon hypopthalmus Mia Setiawati; Dedi Jusadi; Febrina Rolin; Apriana Vinasyiam
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3150.053 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.2.132-138

Abstract

ABSTRACT This study aimed to evaluate the effects of cinnamon Cinnamomum burmannii leaves extract addition with different doses in diet for the lipid muscle content of catfish Pangsianodon hypophthalmus. The cinnamon leaves extract was mixed in to the diet with five doses i.e: 0 (control); 0.5; 1; 2; and 4 g/kg diet. Catfish (7.43±0.01 g) were reared in 15 aquariums (160 L volume) with density of 30 fishes in each aquarium for 60 days. Fish were fed until apparent satiation three times daily at 08.00, 12.00, 16.00 WIB. The addition of cinnamon leaves extract at 1 g/kg of diet showed the optimal dose because it could lower flesh fat content, cholesterol, and triglycerides of catfish. Keywords: Pangasianodon hypopthalmus, Cinnamomum burmannii, fat, flesh  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan ekstrak daun kayu manis Cinnamomum burmannii dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kandungan lemak daging ikan patin Pangsianodon hypopthalmus. Ekstrak daun kayu manis dicampurkan ke dalam pakan dengan lima dosis yaitu: 0 (kontrol); 0,5; 1; 2; dan 4 g/kg pakan. Ikan patin (7,43±0,01 g) dipelihara dalam 15 akuarium (volume 160 L) dengan kepadatan 30 ekor/akurium selama 60 hari. Ikan diberi pakan secara at satiation sebanyak tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun kayu manis sebanyak 1 g/kg pakan memberikan hasil yang optimal karena dapat menurunkan kandungan lemak daging, kolesterol, dan trigliserida ikan patin. Kata kunci: Pangasianodon hypopthalmus, Cinnamomum burmannii, lemak, daging 
Tingkat keragaman ukuran benih ikan lele Clarias sp. yang diberi Artemia dengan periode yang berbeda Dedi Jusadi; Farida Fitriani; Julie Ekasari; Apriana Vinasyiam
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3162.987 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.2.156-161

Abstract

ABSTRACT This research was conducted to evaluate the effect of different Artemia feeding period on the size variation of catfish Clarias sp. larvae. One thousand two days post hatched larvae with an average body length of 0.7±0.03 cm were randomly distributed into 25 L round plastic tanks. The treatment conducted for 13 days with four treatment; without Artemia, given Artemia 1, 2, or 3 days in the first culture period. The results showed that 15 days old fish has the same survival rate in all treatments; and has two size distribution i.e. the small size (S) and medium size (M). Increasingly the period of administration of Artemia, the percentage of the amount of M-size fish increases, thereby giving Artemia were able to increase growth of larvae. Feeding catfish with Artemia for two days has shown producing better growth. Keywords: catfish, Artemia, size variation, growth performance  ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh perbedaan periode pemberian pakan Artemia terhadap kinerja pertumbuhan larva ikan lele Clarias sp. Seribu ekor larva lele yang berumur dua hari dengan panjang rata-rata 0,7±0,03 cm ditebar dalam wadah dengan volume air 25 L. Budidaya ikan dilakukan selama 13 hari dengan empat perlakuan, yaitu perlakuan tanpa pemberian Artemia, pemberian Artemia selama satu, dua, atau tiga hari di awal masa budidaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan umur 15 hari memiliki sintasan yang sama di semua perlakuan, serta memiliki dua sebaran ukuran, yakni ukuran kecil (S) dan ukuran sedang (M). Semakin lama periode pemberian Artemia, persentase jumlah ikan ukuran M meningkat, sehingga pemberian Artemia pada larva ikan lele mampu meningkatkan pertumbuhan. Pemberian Artemia selama dua hari memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Kata kunci: ikan lele, Artemia, keragaman ukuran, kinerja pertumbuhan
Application of gamal Gliricidia sepium leaves compost as depuration agent of leads (Pb) in the body organ of red tilapia Oreochromis sp. , Robin; Kukuh Nirmala; Enang Harris; Ridwan Affandi; Dedi Jusadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3275.112 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.83-91

Abstract

ABSTRACT  This study was aimed to perform depuration of Pb contained in tilapia body. The experiments were conducted in aquarium using compost of Gliricidia sepium leaf at a concentration of 10g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, and 0 g/L (control). The result showed that Pb level in fish muscle immersed with compost of Gliricidia leaf at a dose of 30 g/L for five days successfully decreased to a safe limit for human consumption (<0.3 mg/kg). However, decrease of Pb level in fish liver and kidney to finally reach the safe limit required seven days. Decreasing level of lead in the organs of experimental fish along with the increasing level of Pb in compost and maintenance media indicated that Pb accumulated in fish were released into the maintenance media by compost through chelation process. To conclude, compost of G. sepium leaves can be used as the material for depuration of Pb in the body of tilapia Keywords: humic acid, fulvic acid, depuration, Gliricidia leaves, lead, red tilapia  ABSTRAK  Penelitian ini bertujuan untuk mendepurasi Pb yang terkandung di tubuh ikan nila. Percobaan dilakukan di dalam akuarium menggunakan kompos daun gamal pada konsentrasi 10 g/L, 20 g/L, 30 g/L, 40 g/L, dan 0 g/L (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pb di daging ikan yang direndam dengan kompos daun gamal pada konsentrasi 30 g/L selama lima hari, kadarnya menurun hingga batas aman untuk dikonsumsi manusia (<0,3 mg/ kg). Penurunan Pb di hati dan ginjal untuk mencapai kadar aman membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni tujuh hari. Seiring dengan menurunnya kadar Pb dalam organ ikan uji, kisaran Pb dalam kompos dan media budidaya meningkat, menunjukkan bahwa Pb dari tubuh ikan dilepaskan ke media budidaya dan terjadi proses khelat oleh kompos. Dengan demikian, kompos daun gamal bisa digunakan sebagai bahan pendepurasi Pb dari tubuh ikan nila. Kata kunci: asam humat, asam fulvik, depurasi, daun gamal, timbal, nila merah
Potential use of green algae Caulerpa lentillifera as feed ingredient in the diet of Nile tilapia Oreochromis niloticus Nadisa Theresia Putri; Dedi Jusadi; Mia Setiawati; Mas Tri Djoko Sunarno
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3341.699 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.184-192

Abstract

ABSTRACT The high composition of import raw material of fish diet in Indonesia causes feed price expensively and should be replaced using local materials such as green macro algae. It is, therefore, this study aimed to evaluate effect of diet containing the Caulerpa lentillifera, as feed ingredient in the diet of Nile tilapia Oreochromis niloticus. This study consisted of two experiments which were C. lentillifera digestibility test for raw material feed for tilapia and growth performance test of tilapia. C. lentillifera digestibility test was done by using Cr2O3 as indicators and analysis of faecal tilapia. The second experiment is growth performance test using a completely randomised design with four diets were formulated at variuos rates of C. lentillifera meal of 0 (control), 10, 20, and 30%. A number of 240 tilapia fingerlings of 3.41±0.10 g in mean weight were randomly stocked in 12 aquaria and fed on diet test for growth performanced of rearing period. C. lentillifera digestiility test result showed a good value as a raw material feed tilapia, the digestibility of C. lentiliifera and protein digestibility amounted to 68.81% and 86.31%. Growth performance parameters showed the use of 10% and 20% is not significantly different from the control (P>0.05), to the final body weight, protein efficiency ratio, protein retention, specific growth rate, and feed efficiency. But, the diet test at 30% performed the lowest growth performance and feed utilization as well of tilapia fingerlings. This study, therefore, concludes that C. lentillifera meal could be used up to 20% in the tilapia diet. Keywords: Caulerpa lentillifera, Nile tilapia, feed utilization, growth performance  ABSTRAK Tingginya jumlah bahan baku impor dalam pakan ikan di Indonesia menyebabkan harga pakan yang tinggi dan harus diganti menggunakan bahan alternatif lokal seperti makro alga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengunaan dari pakan yang mengandung Caulerpa lentillifera sebagai bahan baku pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Tahapan penelitian terdiri atas uji kecernaan C. lentillifera sebagai bahan baku dan uji kinerja pertumbuhan ikan nila. Metode uji kecernaan menggunakan Cr2O3 sebagai indikator pakan dan analisis feses ikan nila. Tahap penelitian kedua adalah kinerja pertumbuhan menggunakan rancangan acak lengkap dengan pakan diformulasikan dengan inklusi 0 (kontrol), 10, 20, dan 30% tepung C. lentillifera. Ikan nila sebanyak 240 ekor, dengan berat rata-rata 3,41±0,1g dibagi kedalam 12 akuarium dan diberi pakan perlakuan untuk melihat kinerja pertumbuhan. Hasil uji kecernaan C. lentillifera menunjukkan nilai yang baik sebagai bahan baku pakan ikan nila, yaitu kecernaan bahan sebesar 68,81% dan kecernaan protein sebesar 86,31%. Parameter kinerja pertumbuhan menunjukkan perlakuan penambahan 10% dan 20% tepung C. lentillifera tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol, yang terdiri atas: bobot tubuh akhir, pertumbuhan mutlak, protein efisiensi rasio, retensi protein, laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan. Namun, pakan perlakuan 30% menghasilkan kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih rendah pada ikan nila. Penelitian ini memberikan hasil, penggunaan tepung C. lentillifera dapat digunakan sampai 20% dalam pakan ikan nila.   Kata kunci: Caulerpa lentillifera, nila, pemanfaatan pakan, kinerja pertumbuhan
The population growth and the nutritional status of Moina macrocopa feed with rice bran and cassava bran suspensions Ahmad Shofy Mubarak; Dedi Jusadi; Muhammad Zairin Junior; Muhammad Agus Suprayudi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3490.003 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.223-233

Abstract

ABSTRACT Moina macrocopa culture density can be improved by optimizing the fecundity, and somatic growth through the regulation of quality and quantity of feed. The purpose of this study were to determined how to use effectively the rice bran and cassava bran Manihot utilisima suspension on Moina, based on population, neonates production, adult percentage, biomass, metabolisme and nutritional state. In this study, Moina were cultured for eighth days using four concentrations of rice bran suspension and three concentrations of cassava suspension. This research found that M. macrocopa culture with rice bran suspension has higher population, neonates production, adult percentage and biomass than its culture with cassava bran suspension (P<0.05). This study also found that Moina culture with rice bran suspension has higher total value of RNA, total value of DNA, the ratio RNA/ DNA, FCR, and concentration of protein and amino acid than Moina culture with cassava bran suspension. Treatment D with the initial rice bran suspension concentration was 0.3 mL/L  and was increased starting the second day and the end concentration on the eighth day was 1.2 mL/L has highest peak population of Moina 17,975 ind/L in seventh day, weight wet biomass 439 mg/L in eighth day and lower FCR 0.94. Keywords: suspension, rice bran, cassava, population, ratio RNA/DNA  ABSTRAK Kepadatan populasi dalam budidaya Moina macrocopa dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan fekunditas dan pertumbuhan somatik melalui pengaturan kualitas dan kuantitas pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas pengunaan pakan suspensi dedak dan tepung ketela pohon Manihot utilisima dalam budidaya M. macrocopa terhadap populasi, produksi anak per induk, persentase dewasa, biomasa, FCR, dan metabolismenya (asam amino, DNA, RNA, dan RNA/DNA). Di dalam penelitian ini, M. macrocopa dibudidayakan selama delapan hari  menggunakan empat konsentrasi suspensi dedak dan tiga konsentrasi suspensi tepung  ketela pohon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, budidaya M. macrocopa dengan pakan suspensi dedak menghasilkan populasi, produksi anak/induk, persentase dewasa dan biomasa yang lebih tinggi dibandingkan budidaya Moina dengan pakan suspensi ketela pohon (P<0,05). Budidaya M. macrocopa dengan pakan suspensi dedak juga menghasilkan total RNA, total DNA dan  nisbah  RNA/DNA, konsentrasi protein, dan asam amino yang lebih tinggi dibandingkan Moina dengan pakan suspensi ketela pohon. Perlakuan D dengan pakan suspensi dedak awal 0,2 mL/L dan meningkat mulai hari kedua dengan konsentrasi hari kedelapan 1,2 mL/L menghasilkan puncak populasi tertinggi pada hari ketujuh sebanyak 17.975 ind/L, berat basah biomasa hari kedelapan kultur 439 mg/L, dan FCR yang rendah yaitu 0,94.   Kata kunci: suspensi, dedak, ketela pohon, populasi, nisbah RNA/DNA
Stress responses of transportation on red tilapia which given feed containing chromium Rakhmawati, Rakhmawati; Muhammad Agus Suprayudi; Mia Setiawati; Widanarni, Widanarni; Muhammad Zairin Junior; Dedi Jusadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3422.17 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.16-25

Abstract

ABSTRACTThis study was conducted to evaluate stress responses of transportation on red tilapia Oreochromis sp. which given feed containing chromium. Three isonitrogenous and isocaloric experimental feeds were prepared, these diets were control (without chromium), CrPic 1 mg/kg, and CrYst 2 mg/kg supplementation in feed, all group were arranged triplicate. Satiation feeding was done three times a day. After a 60-day feeding experiment, the experimental fishes were fasted and distributed in polyethylene bags (N=60 fish/bag) containing 3 L of water, subjected to condition of transport simulation for 13 hours. Survival rate, levels of plasma cortisol, blood glucose, superoxide dismutase (SOD), and malondialdehyde (MDA) enzyme were observed at before transportation, after transportation, one day, and two days after transportation. The result showed that chromium supplementation reduced the levels of plasma cortisol before and after transportation, one day, and two days after transportation. Also, it decreased blood glucose compared with control significantly before transportation and one day after transportation. The SOD enzyme concentration increased significantly after fish was fed with feed containing chromium for 30 days, while the MDA enzyme concentration increased significantly after two days of transportation. However, there was no significant difference in the survival of red tilapia between treatments. The best result was obtained in the treatment of fish which fed with feed containing chromium. CrPic supplementation 1 mg/kg and CrYst 2 mg/kg increased the body resistance in red tilapia by decreasing the negative effect of stress while transportation. Keywords: stress, transportation, red tilapia, chromium  ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mengevaluasi respons stres transportasi ikan nila merah Oreochromis sp. yang diberikan pakan yang mengandung kromium. Pada penelitian ini digunakan tiga jenis pakan, terdiri atas pakan tanpa suplementasi kromium (kontrol), pakan bersuplementasi kromium pikolinat (CrPic 1 mg/kg), dan kromium yeast (CrYst 2 mg/kg), semua perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dan dilakukan secara at satiation. Setelah 30 hari pemeliharaan, ikan uji dipuasakan dan didistribusikan dalam plastik polietilen (N=60 ekor ikan/kantong plastik) yang berisi 3 L air, dilakukan dengan simulasi transportasi selama 13 jam. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kelangsungan hidup, kortisol, glukosa darah, enzim superoksida dismustase (SOD), dan malondialdehida (MDA) saat sebelum transportasi, sesaat setelah transportasi, sehari, dan dua hari setelah transportasi. Hasil yang didapatkan adalah suplementasi kromium menurunkan konsentrasi kortisol secara signifikan sebelum transportasi, sesaat, sehari, dan dua hari setelah transportasi. Suplementasi kromium menurunkan glukosa darah secara signifikan pada saat sebelum transportasi dan sehari setelah transportasi. Konsentrasi enzim SOD meningkat secara signifikan setelah pemberian pakan bersuplementasi kromium selama 30 hari, sedangkan konsentrasi enzim MDA meningkat secara signifikan setelah dua hari transportasi pada ikan yang diberi pakan bersuplementasi kromium. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelangsungan hidup ikan nila merah antarperlakuan. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan ikan dengan suplementasi kromium. Suplementasi 1 mg/kg CrPic dan 2 mg/kg CrYst dapat meningkatkan daya tahan tubuh pada budidaya ikan nila merah dengan menurunkan pengaruh negatif stres akibat transportasi. Kata kunci: stres, transportasi, nila merah, kromium
Enhancement of colour quality, growth, and health status of rainbow Kurumoi fish Melanotaenia parva through dietary synthetic carotenoids supplementation Nina Meilisza; Muhammad Agus Suprayudi; Dedi Jusadi; Muhammad Zairin Junior; I Made Artika; Nur Bambang Priyo Utomo
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3529.969 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.1.54-69

Abstract

ABSTRACT Carotenoids were known as pigment sources, the precursor of vitamin A, potential antioxidant and can improve the health status of fish. Furthermore, there are also studies that reveal the role of carotenoids in bone formation and metabolism. This study was conducted to determine the effect of different carotenoids at two different doses in the feed on growth, pigmentation, vitamin A conversion, blood profile, antioxidant activity, and calcium bone of the rainbow fish. Twenty-one aquariums with a volume of 20 L each stocked with 20 fish (1.08 ± 0.03 g of body weight and 4.56 ± 0.07 cm of body length). The experiment applied seven experimental diets (in triplicates) consisted of three types of carotenoids were astaxanthin (AS), canthaxanthin (CS), and lutein (LS) and two doses (130 and 260 mg/kg), i.e. AS-130, AS-260, CS-130, CS-260, LS-130, LS-260 and basal (without carotenoids) as the control. The fish were fed for 56 days of experimental period. The results showed that carotenoid diets were able to increase growth, total carotenoids, percentages of chromatophores, vitamin A conversion, erythrocyte, leukocytes, packed cell volume (PCV), neutrophils, and hemoglobin (Hb) compared to the control. Fish fed dietary astaxanthin at a level of 260 mg/kg was superior compared to other diets. Dietary carotenoids were also capable of decreasing the endogenous antioxidant activity of superoxide dismutase (SOD) and malonyl dialdehyde (MDA) and increased the calcium level in fish bone than basal diet. Keywords: carotenoids, growth, health status, Melanotaenia parva, pigmentation  ABSTRAK Karotenoid diketahui sebagai sumber pigmen, prekursor vitamin A, antioksidan potensial dan dapat meningkatkan status kesehatan ikan. Selain itu, karotenoid juga memiliki peran dalam formasi dan metabolism tulang. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh jenis dan dosis karotenoid yang berbeda terhadap pertumbuhan, pigmentasi, konversi vitamin A, gambaran darah, aktifitas antioksidan dan kalsium tulang ikan rainbow Kurumoi. Sebanyak 20 ekor ikan (bobot tubuh rata-rata 1,08 ± 0,03 g dan panjang total rata-rata 4,56 ± 0,07 cm) dan diberi makan pakan yang mengandung karotenoid. Pakan uji terdiri atas tiga jenis karotenoid dengan tiga ulangan yaitu astaksantin (AS), cantaksantin (CS), dan lutein (LS) dan dua dosis (130 dan 260 mg/kg) dikodekan dengan AS-130, AS-260, CS-130, CS-260, LS-130, LS-260 dan basal (tanpa karotenoid) sebagai kontrol. Ikan diberi makan selama 56 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karotenoid dapat meningkatkan pertumbuhan, total karotenoid, persentase kromatofora, konversi vitamin A, eritrosit, leukosit, hematokrit, neutrofil, dan hemoglobin dibandingkan dengan kontrol. Ikan yang diberi pakan mengandung astaksantin 200 mg/kg lebih baik dibandingkan denga pakan uji lainnya. Pakan yang mengandung karotenoid juga mampu menurunkan antioksidan endogenus superoxide dismutase (SOD) dan malonyl dialdehyde (MDA), serta meningkatkan kalsium tulang ikan dibandingkan pakan kontrol. Keywords: Melanotaenia parva, karotenoid, pertumbuhan, pigmentasi, status kesehatan. 
Interaction of dietary protein and energy-protein ratio on growth performance of snakehead Channa striata Hani Wijianti; Muhammad Agus Suprayudi; Nur Bambang Priyo Utomo; Dedi Jusadi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3451.682 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.1.70-79

Abstract

ABSTRACTThe study proposed to discover the optimum protein content and energy-protein ratio in practical diet for snakehead, Channa striata. The experiment applied complete randomized design, consisted of six treatments with four replications on each treatment. The treatments were: A (32.5%; 11.82 kcal GE/g), B (32.5%; 13.32 kcal GE/g), C (37.17%; 10.64 kcal GE/g), D (37.33%; 12.07 kcal GE/g), E (43.08%; 10.02 kcal GE/g), and F (42.88%; 10.66 kcal GE/g). Snakehead with average weight of 6.21 ± 0.03 g were reared for 8 weeks. The treatments showed significant results. Increased protein dietary level had increased the growth rate and treatment with high energy-protein ratio at the same protein dietary level provided better growth performance. However, increased energy-protein ratio at E and F treatments caused a decline in growth performance. The improvement of energy-protein dietary ratio had positive correlation with the level of lipid and protein content in fish body. Similar finding was found in liver and muscle glycogen. The results also showed that the increament of energy-protein dietary ratio was significantly and positively correlated with cholesterol, triglyceride, HDL, glucose, and albumin, yet it had no significant effect on LDL. It can be concluded that excellent growth performance was achieved by protein dietary level of 37.33% and energy-protein ratio of 12.07 kcal GE/g.Keywords: energy-protein ratio, growth, snakehead ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh kadar protein dan rasio energi-protein pakan buatan yang optimum bagi performa pertumbuhan ikan gabus. Penelitian ini mengaplikasikan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan, yaitu: A (32,78%;11,82  kkal GE/g), B (32,56%;13,32 kkal GE/g), C (37,17%:10,64 kkal GE/g), D (37,33%:12,07 kkal GE/g), E (43,08%:10,02 kkal GE/g), dan F (42,88%:10,66 kkal GE/g) dan masing-masing terdiri 4 ulangan. Bobot rata-rata ikan gabus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 6,21 ± 0,03 g dan dipelihara selama 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar protein pakan meningkatkan laju pertumbuhan, dan perlakuan dengan rasio energi-protein tinggi pada level protein pakan yang sama memberikan kinerja pertumbuhan yang lebih baik. Namun demikian, pada perlakuan E dan F, peningkatan rasio energi-protein menyebabkan penurunan kinerja pertumbuhan. Peningkatan rasio energi-protein pakan berkorelasi positif terhadap kadar lemak dan protein tubuh ikan. Hal yang sama juga terjadi pada glikogen hati dan otot. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan rasio energi-protein pakan berpengaruh nyata (P<0,05) dan  berkorelasi positif terhadap kolesterol, trigliserida, HDL, dan albumin, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap LDL  (P>0.05). Kesimpulan yang didapat adalah kinerja pertumbuhan optimal dihasilkan oleh kadar protein pakan 37,33% dan rasio energi protein pakan 12,07 kkal GE/g.Kata kunci: albumin, energi, ikan gabus, pertumbuhan, protein 
Profile of 17ß-estradiol, vitellogenin, and egg diameter during gonad maturation process of striped catfish Pangasianodon hypophthalmus Wahyu Pamungkas; Dedi Jusadi; Muhammad Zairin Junior; Mia Setiawati; Eddy Supriyono; Imron Imron
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4039.234 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.2.152-161

Abstract

ABSTRACT This study was conducted to evaluate the profile of 17ß-estradiol (E2) and vitellogenin (Vtg) in plasma and egg diameter during gonad maturity process of striped catfish Pangasianodon hypophthalmus. Blood samples were collected from immature striped catfish, male and female with different stage of gonad maturity (stage I, II, III, and IV) to measure the concentrations of E2 and Vtg. Gonad maturity development of striped catfish was observed based on egg diameter. Result showed that E2 concentrations were the highest (843.65 pg/mL) on female with maturity stage III, the lowest on the male (26.34 pg/mL), and immature female fish (29.37 pg/mL). The protein band of Vtg was obtained on the plasma of the mature female (stage I, II, III and IV) with a molecular weight (MW) between 140−180 kDa, but it was not obtained on immature female dan male striped catfish. The highest concentration of Vtg was found in the plasma of the female fish with maturity stage III (87.34 mg/mL), then on the stage II (74.83 mg/mL), I (68.58 mg/mL), and IV (33.45 mg/mL). It showed that egg yolk formation occurred in the female mature. The average egg diameter was 0.107 ± 0.052 mm, 0.318 ± 0.086 mm, 0.864 ± 0.099 mm, and 1.041 ± 0.058 mm on the maturity stage I, II, III, and IV respectively. The increase of egg diameter along with development of gonad maturity stage indicated that egg development occurred due to the process of vitellogenesis and the addition of egg yolk on oocyte. Keywords : egg diameter, gonad maturity, striped catfish , 17ß–estradiol, vitellogenin ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi profil estradiol-17β (E2), vitelogenin (Vtg) dalam plasma dan diameter telur pada proses pematangan gonad ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus). Sampel darah untuk pengukuran konsentrasi E2 dan Vtg plasma diperoleh dari ikan patin siam betina yang belum matang gonad, ikan jantan, ikan betina dengan tahap kematangan gonad yang berbeda (tahap I, II, III dan IV). Perkembangan kematangan gonad ikan patin siam diamati berdasarkan diameter telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi E2 tertinggi (843,65 pg/mL) pada ikan betina dengan kematangan tahap III, terendah pada ikan jantan (26,34 pg/mL), dan ikan betina tidak matang gonad (29,37 pg/mL). Pita protein Vtg pada sampel plasma diperoleh dari betina matang gonad (tahap I, II, III dan IV) dengan berat molekul antara 140-180 kDa, tetapi tidak diperoleh pada ikan patin siam betina yang belum dewasa dan jantan. Nilai konsentrasi tertinggi Vtg ditemukan dalam plasma darah ikan betina dengan tingkat kematangan III (87,34 mg/mL) kemudian pada tahap II (74,83 mg/mL), I (68,58 mg/mL) dan IV (33,45 mg/mL). Hal ini menunjukkan bahwa pada ikan betina dewasa terjadi proses pembentukan kuning telur (vitelogenesis). Rata-rata diameter telur adalah 0,107 ± 0,052 mm, 0,318 ± 0,086 mm, 0,864 ± 0,099 mm dan 1,041 ± 0,058 mm pada tingkat kematangan I, II, III dan IV secara berurutan. Peningkatan nilai diameter telur seiring dengan perkembangan tahap kematangan gonad menunjukkan bahwa perkembangan telur terjadi karena proses vitelogenesis dan penambahan bahan kuning telur pada oosit. Kata kunci : diameter telur, 17ß-estradiol, kematangan gonad, patin siam, vitelogenin
Co-Authors , Robin , Sarmin , Sofian . Alimuddin . Syafiuddin A. Shofy Mubarak A.I. Nirwana Abidin Nur Achmad Noerkhaerin Putra Adang Saputra Ade Sunarma Agustinus Ngaddi Ahmad Ghufron Mustofa Alimuddin Alimuddin Aliyah Sakinah Andi Tiara Eka Diana Puteri Anny Hary Ayu Apriana Vinasyiam, Apriana Asda Laining Ayi Rahmat Azis Kurniansyah B.A. Hasyim Dadang Syafruddin Darina Putri Darsiani Darsiani Deddy Yaniharto Deddy Yaniharto Dedy Yaniharto Dewi Sulasingkin Diamahesa, Wastu Ayu Didi Humaedi Yusuf Dinamella Wahjuningrum Dini Harianto Dodi Hermawan E. Gandara Eddy Supriyono Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Enang Harris Endang Purnama Sari Farida Fitriani Febrina Rolin Febrina Rolin Hani Wijianti Hasan Abidin I Kadek Sumiana I Made Artika I MADE ARTIKA I Nyoman Adi Asmara Giri I. Mokoginta Ichsan Achmad Fauzi Ika Wahyuni Putri Imron Imron Ing Mokoginta Ing Mokoginta ING MOKOGINTA Ing Mokoginta Ing Mokoginta ING MOKOGINTA Ing Mokoginta Irzal Effendi Ismail Rahmat Ismarica Ismarica Iwan Sumantri Jefry Jefry Juli Ekasari Julie Ekasari Jullie Ekasari Ketut Sugama Ketut Sugama Kukuh Nirmala M. Zairin Junior Mas Bayu Syamsunarno Mas Tri Djoko Sunarno Mas Tri Djoko Sunarno Mas Tri Djoko Sunarno Mia Setiawati Mia Setiawati Mohamad Amin MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Zairin Jr. Muhammad Zairin Jr. Muhammad Zairin Jr. MUHAMMAD ZAIRIN Jr. Mujizat Kawaroe Munti Yuhana Nadisa Theresia Putri Neltje Nobertine Palinggi Neltje Nobertine Palinggi nFN Safratilofa Nina Meilisza Nina Meilisza Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Nur Bambang Priyo Utomo Nur Hikma Mahasu NurBambang Priyono Utomo Nurina Pratiwi O.D. Subakti Hasan Odang Carman Rakhmawati, Rakhmawati Rasidi Rasidi Rasidi Rasidi Ria Septy Anggraini Ricky Ramadhan RIDWAN AFFANDI Ridwan Affandi Rina Hirnawati Riska Diana Rizkan Fahmi Shella Marlinda Siti Komariyah Siti Murniasih Sri Nuryati Suardi Laheng Syarifah Ruchyani T.L. Pelawi Taufik Shidik Adi Nugroho Shidik Thoy Batun Citra Rahmadani Tira Silvianti Titin Kurniasih Toshiro Masumoto Totok Hestirianoto Triana Retno Palupi Tulas Aprilia Ucu Cahyadi Usman Usman Usman Usman Usman Usman Uttari Dewi Wahyu Pamungkas Wahyu Pamungkas Wasjan Wasjan Wasjan Widanarni Widanarni Widya Puspitasari Wiwik Hildayanti Yulfiperius, Yulfiperius Yulintine Yulintine YULISMAN Yuni Puji Hastuti Yutaka Haga Zuraida .