. Nurjanah
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Quality Changes of Tilapia Fish (O. niloticus) by Killing Techniques and Gutting during Low Storage Temperature Aris Munandar; . Nurjanah; Mala Nurilmala
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 12 No 2 (2009): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.658 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v12i2.850

Abstract

Killing and gutting treatment at low storage temperature (0-5 oC) on tilapia fish (O. niloticus) showed significant results on the subjective test (organoleptic) and objectives (TPC/Total Plate Count, pH, and TVB/Total Volatile Base). The A1B2 treatment (dead pricker, gutting) gare the best quality, and this could he maintained for 10 days. Tilapia fish could be consumed up to-10 days because the number of bacteria at the end of the storage prevent reached 9.7x105 colonies/g. TVB value generated at the end of the storage period reached 20.45 mg N/g with some fluctuation of pH value during the storage. The quality of tilapia fish could maintain with the combination of treatment and storage at low temperature (0-5 oC).Keywords: chilling, fish quality, tilapia
Quality Changes of Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) by Killing Techniques During Chilling Temperature Storage Mala Nurilmala; . Nurjanah; Rahadian Hardja Utama
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 12 No 1 (2009): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.341 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v12i1.883

Abstract

The time of prerigor, rigor mortis, initial postrigor, and the end postrigor phase of catfish killed instantly in 0, 9, 57, and 144 hours was investigated. In addition, the time of prerigor, rigor mortis, initial postrigor, and the end of postrigor phase of catfish killed after 12 hours without water media were 0, 6, 42, and 120 hours. Freshness declination of catfish killed instantly slower than killed after 12 hours without water media. Fish killed instantly had 5.1x105 colonies/g TPC (Total Plate Count) value and 24.36 mg N/100 TVB (Total Volatile Base) value. The sensory value for eyes, gills, mucus of body surface, meats, odor, and texture at the end of storage (the sixth day) was 3.95, 4.05, 4.30, 4.45, 4.45 and 3.45 respectively. On the other hand the fish killed after 12 hours without water media had 1,2x106 colonies /g, TPC value and 25,2 mg N/100 g TVB value. The sensory value for eyes, gills, mucus of body surface, meats, odor, and texture at the end of storage (the sixth day) was 2.3, 2.2, 2.8, 3.9, 3.7 and 2.85, respectively.Keywords: catfish, fish quality, low temperature
Composition Changes of Chemical And Vitamin of Ronggeng Shrimp (Harpiosquilla raphidea) Meat by Boiling Agoes M. Jacoeb; Muchamad Hamdani; . Nurjanah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 11 No 2 (2008): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.87 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v11i2.903

Abstract

Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan penting dalam gizi manusia. Ketersediaan vitamin dalam makanan berkaitan dengan kelarutannya dalam air atau lemak. Vitamin biasanya dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu vitamin larut air dan vitamin larut lemak. Beberapa vitamin tidak stabil terhadap pemerosesan dan penyimpanan sehingga kandungannya dalam makanan dapat menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perebusan terhadap komposisi kimia dan vitamin A, B12, dan B6 daging udang ronggeng.Udang ronggeng segar memiliki nilai rendemen, yaitu 41,13 % daging; 54,25 % cangkang; dan 4,62 % jeroan. Komposisi kimia, yaitu kadar air (bb) 76,55 %; abu (bk) 5,41 %; protein (bk) 87,09 %, dan lemak (bk) 6,57 %. Kadar vitamin, yaitu vitamin A 81,77 μg/100 g; vitamin B6 0,15 μg/100 g; dan vitamin B12 1,29 μg/100 g. Udang ronggeng rebus memiliki nilai rendemen, yaitu 20,08 % daging; 45,32 % cangkang; dan 1,69 % jeroan dengan nilai rendemen yang hilang sebesar 32,9 %. Komposisi kimia, yaitu kadar air (bb) 73,1 %; abu (bk) 5,37 %; protein (bk) 86,36 %; dan lemak (bk) 3,20 %. Kadar vitamin, yaitu vitamin A 62,42 μg/100 g; vitamin B6 0,11 mg/100 g; dan vitamin B12 0,77 μg/100 g. Perebusan dapat menurunkan nilai rendemen cangkang, jeroan, daging kadar air, lemak, protein, abu serta kandungan vitamin A, B6, dan B12 udang ronggeng. Kata kunci: perebusan, udang ronggeng, vitamin A, B12, B6  
Composition Alteration of Protein and Amino Acid of Ronggeng Shrimp (Harpiosquilla raphidea) Meat by Boiling Agoes M. Jacoeb; Narendra Wisnu Cakti; . Nurjanah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 11 No 1 (2008): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1258.663 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v11i1.922

Abstract

Udang Ronggeng merupakan salah satu jenis krustase yang cukup diminati untuk dikonsumsi, terutama oleh masyarakat mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal, klasifikasi, berat dan ukuran udang, rendemen, uji sensori, serta komposisi kimia (proksimat), protein larut garam, protein larut air dan kandungan asam amino udang ronggeng dalam keadaan segar dan setelah perebusan. Protein larut air yang terdapat pada udang ronggeng segar yakni sebesar 8,90 %, sedangkan pada udang ronggeng setelah perebusan yakni sebesar 9,11 Protein larut garam yang terdapat pada udang ronggeng segar yakni 9,40 %, sedangkan pada udang ronggeng setelah perebusan yakni sebesar 10,17 %. Udang ronggeng segar mengandung 17 asam amino, 9 asam amino esensial dan 8 asam amino non esensial. Komposisi asam amino pada udang ronggeng segar (per 100 g) berturut-turut dari yang paling tinggi adalah asam glutamat (3306 mg), asam aspartat (1555 mg), alanin (1504 mg), glisin (1370 mg), valin (1016 mg), treonin (1002 mg), leusin (983 mg), lisin (857 mg), tirosin (787 mg), serin (674 mg), histidin (627 mg), arginin (624 mg), prolin (613 mg), fenilalanin (606 mg), isoleusin (599 mg), metionin (561 mg) dan sistin (300 mg),setelah perebusan kandungan asam amino daging udang ronggeng mengalami penurunan rata-rata sebesar                   (20,62 + 7,90)%.Kata kunci: asam amino, perebusan, udang ronggeng
Shelf Applications in Storage Container for Freshwater Prawn (Cherax quadricarinatus) Transportation without Water Media Ruddy Suwandi; Anggi Novriani; . Nurjanah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 11 No 1 (2008): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.951 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v11i1.926

Abstract

Lobster air tawar yang dipasarkan dalam keadaan mati, meskipun masih dalam keadaan segar,harganya turun hingga 50 % sehingga diperlukan suatu teknik transportasi khusus agar lobster air tawartetap hidup hingga ke tangan konsumen. Transportasi tanpa media air dapat menjadi pilihan untukdistribusi lobster air tawar dengan waktu yang lebih lama, khususnya untuk tujuan ekspor. Kapasitaspengangkutan dalam transportasi, khususnya ekspor, memiliki peranan penting. Penambahan rak dalamwadah pengemasan diharapkan dapat meningkatkan kepadatan tanpa mempengaruhi mortalitas komoditashidup yang diangkut. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, penelitian tahap pertama bertujuan untukmengetahui kualitas media air akuarium. Tahap kedua bertujuan untuk mengamati aktivitas lobster airtawar dan perubahan suhu media serbuk gergaji selama pengemasan. Tahap ketiga bertujuan untukmempelajari efektivitas penggunaan rak untuk meningkatkan kepadatan lobster air tawar dalamkemasan.Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa analisis rata-rata kualitas air akuarium sudahmemenuhi persyaratan kelayakan kualitas air untuk lobster air tawar. Hasil penelitian tahap keduadiperoleh hasil bahwa lobster air tawar menunjukkan aktivitas pada saat suhu media mencapai 5 °C.Lobster bergerak mundur menaiki serbuk gergaji. Suhu media kemasan akan menurun hingga jam ke-4 dankembali naik hingga akhir penyimpanan pada jam ke-34. Hasil penelitian tahap ketiga menunjukkan bahwarak akrilik terbukti efektif sebagai bahan dasar pembuatan rak dengan kapasitas muat 7-8 ekor/rak dandapat meningkatkan kepadatan hingga 54 %. Penggunaan rak akrilik mampu menghasilkan kelulusanhidup lobster air tawar sebesar 100 % hingga 50 jam penyimpanan. Perlakuan durasi penyimpanan berbedapada penelitian ini tidak mempengaruhi tingkat kelulusan hidup lobster air tawar. Rak akrilik tidakberperan secara langsung dalam usaha untuk mempertahankan dormansi lobster air tawar namun dapatmengurangi pergerakan lobster air tawar dalam media pengemasan.Kata kunci: lobster air tawar, penyimpanan, rak
Pembuatan Tepung Puding Instan Karaginan . Nurjanah; Pipih Suptijah; Lila Rani
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 10 No 1 (2007): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.467 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v10i1.971

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan bagian telur ayam (utuh, putih, dan kuning) terhadap mutu puding instan karaginan dan menentukan jumlah air yang harus ditambahkan untuk memperoleh puding instan karaginan terbaik. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap I adalah pembuatan tepung karaginan, tahap II penentuan bagian telur ayam (utuh, putih dan kuning) masing-masing 15 %. Tahap III adalah penentuan perbandingan tepung puding instan dengan air yang harus ditambahkan (1:4, 1:5, 1:6, dan 1:7). Tepung puding instan terpilih adalah perlakuan kuning telur dengan penambahan air 1:4. Karakteristik dari produk terpilih adalah dengan nilai sensori warna 4,87 (putih susu), tekstur 4,07 (ukuran partikel kurang seragam, agak halus), bau 3,83 (bau spesifik karaginan dan sedikit bau telur), penerimaan 4 (suka), rendemen 25,28 %, kekuatan gel 171,50 g/cm2, suhu pembentukan gel 34,50 oC, suhu pelelehan gel 66,00 oC dan derajat putih 77,30 %. Nilai proksimat dari puding instan adalah sebagai berikut: kadar protein 0,50 %; air 78,52 %; abu 0,45 %; lemak 0,33 %; karbohidrat 20,20 % dan serat pangan 5,23 %.Kata kunci : puding instan, nilai sensori, gel
Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2) dalam Mempertahankan Waktu Hidup Ikan Kerapu Lumpur . Nurjanah; . Komari; E. Susanto
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 9 No 2 (2006): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.143 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v9i2.976

Abstract

Penambahan hidrogen peroksida pada media air untuk mempertahankan hidup ikan kerapu lumpur (Epinephelus suillus) telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh hidrogen peroksida terhadap kualitas air media ikan kerapu lumpur. Penelitian ini terdiri atas 2 tahap. Tahap 1 yaitu penggunaan berbagai konsentrasi hidrogen peroksida dengan volume 0,5 ml. Pada penelitian tahap 2 menggunakan konsentrasi hidrogen peroksida terpilih dengan perlakuan volume hidrogen peroksida. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan konsentrasi hidrogen peroksida terpilih adalah 13,6 %. Untuk ikan ukuran 60-80 gram yang mampu mempertahankan ikan hidup lebih lama adalah 1ml selama 953 menit, sedangkan untuk ikan ukuran 100-150 gram yang paling lama hidupnya pada volume 1,5 ml yaitu 3107 menit. Penambahan hidrogen peroksida pada berbagai konsentrasi dan volume tidak menyebabkan perubahan kualitas air secara bermakna, kecuali untuk oksigen terlarut yang semakin meningkat.Kata kunci: hidrogen peroksida, kerapu lumpur, kualitas air
Pemanfaatan Gelembung Renang Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) sebagai Bahan Baku Isinglass Wini Trilaksani; . Nurjanah; Herlan Widya Utama
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 9 No 1 (2006): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.337 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v9i1.998

Abstract

Isinglass merupakan produk berbasis protein kolagen yang dihasilkan dengan memanfaatkan bagian gelembung renang atau kulit ikan. Isinglass memiliki beberapa fungsi, salah satunya yaitu sebagai bahan pengklarifikasi pada produk minuman fermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan isinglass dengan memanfaatkan gelembung renang ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dan mengkaji karakteristik isinglass melalui peninjauan protein, protein larut air, kadar aw, pH dan efektivitasnya sebagai penjernih dengan pengukuran komponen warna dalam skala value yang diujikan pada produk jus/sari buah jeruk. Kandungan terbesar dari isinglass ini adalah protein sedangkan kandungan protein larut airnya rendah. Jumlah protein yang terkandung dalam sampel A (3 % larutan isinglass) sebesar 94,61 %, sampel B (1,5 % larutan isinglass) sebesar 94,38 %, dan sampel C (1 % larutan isinglass) sebesar 94,63 %. Jumlah protein larut air yang terkandung dalam sampel isinglass kering untuk sampel A sebesar 17,07 %, sampel B sebesar 15,01 %, dan sampel C sebesar 12,52 %. Semakin tinggi protein dan semakin rendah protein larut air yang dikandung oleh isinglass, semakin baik isinglass tersebut dalam aktvitasnya sebagai pengklarifikasi (fining agent).Kata kunci: Gelembung renang, protein kolagen, isinglass, ikan patin (Pangasius hypophthalmus),fining agent,
Kandungan Mineral dan Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa) yang Diambil dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo . Nurjanah; . Zulhamsyah; . Kustiyariyah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 8 No 2 (2005): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.152 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v8i2.1012

Abstract

Mineral kalsium sebagai pembentuk tulang dan mineral (Cu, Fe, Zn, dan Se) yang berfungsi sebagai antioksidan serta proksimat dari kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari Teluk Tomini Boalemo Gorontalo telah diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanganan dan pengolahan kerang darah di Boalemo serta menentukan komposisi kimia (proksimat, mineral Cu, Ca, Fe, dan Zn). Penentuan mineral dilakukan dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Kerang darah di Boalemo hanya dipanen jika ada pesanan dan pada saat nelayan tidak melaut untuk menangkap ikan. Kerang darah hanya sebagai substitusi ikan. Bentuk produk yang diperjual belikan adalah segar hidup, kupas rebus, dan sate. Hasil analisis mineral untuk kerang segar adalah: Cu 3,17 ppm, Ca 698, 49 ppm, Fe 93,91 ppm dan Zn 13,91 ppm. Sedangkan untuk kerang darah rebus diperoleh nilai Cu 3,15 ppm, Ca 1320,76 ppm, Fe 52,38 ppm dan Zn 12,99 ppm. Hasil proksimat kerang segar adalah: protein 19,48 %, lemak 2,50 %, air 74,37 % dan abu 2,24 %. Untuk kerang darah rebus diperoleh nilai proksimat sebagai berikut: protein 23,23 %, lemak 7,01 %, air 65,69 % dan abu 2,57 %.Kata kunci: AAS, antioksidan, kerang darah, mineral, proksimat
Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat terhadap Karakteristik Fisik Otak-Otak Ikan Sapu-Sapu . Nurjanah; RR Nitibaskara; E. Madiah
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 8 No 1 (2005): Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.783 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v8i1.1021

Abstract

Otak-otak merupakan modifikasi produk olahan antara baso dan kamaboko yang sudah populer di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi maizena dan formula yang terbaik pada pembuatan otak-otak dari ikan sapu-sapu. Jenis bahan pengikat yang digunakan adalah tepung terigu, tapioka, dan campuran dengan maizena dengan konsentrasi total 2,5 %. Karakteristik produk diuji secara indrawi dengan skala hedonik dan komposisi gizi. Konsentrasi maizena yang paling disukai adalah ¼ bagian dan formula yang dipilih adalah bahan pengikat tapioka yang dicampur maizena. Nilai uji proksimat formula terpilih adalah kadar protein 15,49 %; abu 3,11 %; lemak 0,34 % dan karbohidrat 10,665 %.Kata Kunci: ikan sapu-sapu, maizena, organoleptik, otak-otak, proksimat.