Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Skenario matriks perbandingan berpasangan dalam analisis risiko aliran piroklastik Gunung Api Semeru, Jawa Timur Novie N. Afatia; Albertus Deliar; Riantini Virtriana
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 3, No 3 (2012)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1294.026 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v3i3.46

Abstract

ABSTRAKPenduduk Indonesia yang bermukim di lingkungan gunung api disebabkan kawasan gunung api merupakan daerah subur untuk pertanian dan berpotensi bahan galian/tambang. Salah satunya adalah Gunung Semeru yang merupakan gunungapi tertinggi (3.676 m dpl.) di Pulau Jawa. Mahameru merupakan puncak tertinggi Gunung Semeru, dengan kawahnya yang disebut Jonggring Seloko yang terbuka ke arah tenggara. Pada saat terjadi erupsi salah satu produk yang dominannya adalah aliran piroklastik. Ancaman bahaya aliran piroklastik di gunung api berpotensi menimbulkan bencana berupa korban jiwa dan kerugian harta benda. Kerugian akibat bencana tersebut perlu dilakukan analisis risiko aliran piroklastik. Analisis ini dilakukan dengan melakukan pembobotan pada masing-masing kriterianya dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan dalam konteks Analytic Hierarchy Process. Analisis risiko ini memberikan beberapa macam alternatif skenario pada matriks perbandingan berpasangannya. Matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk membandingkan antara berbagai kriteria yang akan diberi bobot, untuk menunjukkan seberapa penting satu kriteria terhadap kriteria yang lain. Pembobotan pada subkriteria dari masing-masing kriteria dengan menggunakan ranking, yaitu metoda Rank Sum. Kriteria yang dibandingkan adalah bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Subkriteria dibagi menjadi indikator dan klasifikasi. Indikator dari kriteria bahaya berupa aliran piroklastik, indikator dari kriteria kerentanan berupa tataguna lahan, dan indikator dari kriteria kapasitas berupa alat pemantauan, akses jalan serta lembaga kebencanaan. Hasil penelitian ini adalah adanya beberapa alternatif pilihan yang akan dihasilkan dari lima skenario yang telah disusun. Semua desa memiliki daerah yang mempunyai nilai risiko paling tinggi, kecuali Desa Sidomulyo dan Desa Taman Ayu. Desa Oro Oro Ombo memiliki daerah yang paling luas dengan nilai risiko tertinggi, yaitu sebesar 187.993,7756 m2.Kata kunci: analisis risiko, ranking, perbandingan berpasangan, aliran piroklastik, bencana, Gunung Semeru ABSTRACTThe Indonesia’s population prefer to live in volcanic areas because of their fertile soil which is good for agriculture and it is potential in mineral deposits/mining. One of them is Mt. Semeru (3.676 m asl), the highest volcano in Java Island. Mahameru is the highest peak of Mt. Semeru, its crater is called Jonggring Seloko which open southeastward. Pyroclastic flow is the dominant product erupted during eruption. Pyroclastic flows are potential threat to cause loss of life and property. Due to loss of life and property a risk analysis of pyroclastic flows is required. This analysis is carried out by weighing on each criterion using pairwise comparison method in the context of Analytic Hierarchy Process. This risk analysis provides several kinds of alternative scenarios on its pairwise matrix comparison. Pairwise comparison matrix is used to compare between various criteria which will be weighed, to show how important a criterion to others. Weighing on subcriteria of each criterion by using ranking, namely Rank Sum method. The compared criteria are hazards, vulnerabilities and capacities. Subcriteria is divided into indicator and classification. Indicator of hazard criteria is pyroclastic flow, indicator of vulnerability criteria is land use, and indicator of capacity criteria is in the form of monitoring instruments, access roads and disaster management agencies. The results of this study that there are several options that would be resulted from five scenarios that had been prepared. All villages have the highest risk value areas, except Sidomulyo and Taman Ayu villages. Oro-oro Ombo has the most extensive area with the highest risk namely 187,993.7756 m2.Keywords: risk analysis, ranking, pairwise comparison, pyroclastic flows, disaster, Mount Semeru
Penyusunan Basis Data untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir Dikaitkan dengan Infrastruktur Data Spasial -, Indrianawati; Hakim, D. Muhally; Deliar, Albertus
JURNAL ITENAS REKAYASA Vol 17, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal ITENAS Rekayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.413 KB)

Abstract

ABSTRAKIdentifikasi daerah rawan banjir merupakan bagian dari mitigasi bencana yang dilaksanakan untukmengurangi kerugian atau dampak akibat banjir. Keberadaan daerah rawan banjir dapat diidentifikasi dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan data dasar spasial. Data dasar spasial yang diperlukan tersebut dapat didefinisikan dengan penyusunan model basis data. Namun permasalahan yang terjadi adalah tidak tersedianya informasi keberadaan data dasar tersebut sehingga menyulitkan pengguna dalam mengumpulkan dan menggunakan data. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka perlu didukung suatu Infrastrukur Data Spasial (IDS). Salah satu implementasi IDS adalah mengkaji keberadaan data dasar. Hal ini dikaji untuk mengetahui apakah data dasar yang diperlukan ini tersedia dan dapat digunakan untuk identifikasi daerah rawan banjir.Kata kunci: basis data, daerah rawan banjir, Infrastruktur Data SpasialABSTRACTIdentification of flood hazardous area is a part of disaster mitigation, which is conducted to reduce loss of flood impact. The existence of flood hazardous area could be identified using Geographic Information System (GIS) so that its implementation requires basic spatial data. Those basic spatial data could be defined through data base compilation model. The existing problem is unavailibility information of existence basic data so its complicate the user in collecting and applying data. To overcome this problem, the Spatial Data Infrastructure (SDI) support is needed. One of SDI implementation is to investigate the existence of basic data. It is investigated to know whether basic data is available and applicable to identify flood hazardous areaKeywords: data base, flood hazardous area, Spatial Data Infrastructure
Model Area Alur Laut Kepulauan Berdasarkan Pairwise Comparison di Selat Ombai dan Lety Kurniawan, Endro Sigit; Deliar, Albertus; Djunarsjah, Eka
REKA GEOMATIKA Vol 2016, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.02 KB) | DOI: 10.26760/rg.v2016i2.1851

Abstract

ABSTRAKPerubahan konstelasi geopolitik wilayah Timor-Timur sesuai pendapat rakyatnya lebih memilih mendirikan negara baru yaitu Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Perubahan ini berdampak terhadap penarikan garis batas maritimnya, yang semula berada di selatan Timor-Timur antara RI-Australia menjadi berada disebelah utara antara RI-RDTL di Selat Ombai dan di Selat Lety. Penelitian ini memodelkan skema Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang memasukkan perubahan geopolitik berdasarkan metode Pairwise Comparison (PC). Hasil penelitian menunjukkan empat skema konsisten yaitu skema 1,2,3,4. Kondisi skema tersebut adalah 1=AL>HI, AL>IN, HI>IN; 2=AL<HI,AL>IN, HI>IN; 3=AL<HI, AL<IN, HI>IN; and 4=AL<HI, AL<IN, HI<IN (AL: kritera Aspek Legal, HI: kriteria Hidrografi, AN: kriteria Aktivitas Navigasi). Proses gradasi dari keempat skema menghasilkan interval skor terbesar dan hasilnya menunjukkan perbedaan dalam unsur spasialnya. Skema satu membentuk lebih dari satu unsur spasial, sedangkan skema 2,3,4 membentuk satu unsur spasial saja. Berdasarkan hasil ini skema 2,3,4 tidak membentuk suatu area alur navigasi yang dapat menghubungkan satu wilayah perairan ke wilayah perairan yang lain, sementara unsur spasial skema 1 membentuk area alur navigasi yang menghubungkan satu wilayah perairan ke wilayah perairan yang lain. Skema satu menjadi rekomendasi sebagai model area untuk merivisi alur laut. Kata kunci: ALKI, Timor Leste, Pairwise Comparison, Selat Ombai, Selat LetyABSTRACTGeopolitical of Timor-Leste has changed after the Timorese voted for independence and built new country called DemocraticR epublic of Timor-Leste (RDTL). The change impacts maritime boundaries between RDTL and Republic of Indonesia (RI). Before independence the maritime boundary is in southern RDTL between the RI and Australia, and now the boundary is in north between RI-RDTL within Ombai and Lety straits. This research models the Archipelagic Sea Lanes of Indonesia (ALKI) scheme by including the geopolitical changed and using Pairwise Comparison (PC) method. Results show there are four consistent schemes (1 to 4 scheme) and the scheme conditions are 1=AL>HI, AL>IN, HI>IN; 2=AL<HI, AL>IN, HI>IN; 3=AL<HI ,AL<IN ,HI>IN; and 4=AL<HI, AL<IN, HI<IN (AL: Law criteria; HI: Hydrographic criteria, AN: Activity Navigation criteria). Scheme gradiation process results higher score and it shows spatial aspect differences. Scheme 1 has more than one spatial aspect, while scheme 2, 3, 4 has only one spatial aspect. Based on this result, scheme 2,3,4 do not forming sea line which connect one island to other island in Indonesia Archipelago. Meanwhile, scheme 1 forms sea line conecting islands in Indonesia Archipelago. In that matter, model recommendation for sea line revision is scheme 1. Keywords: ALKI, Timor Leste, Pairwise Comparison, Ombai Strait, Lety Strait
PEMODELAN TINGKAT LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT BERBASISKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (WILAYAH STUDI: KOTA BANDUNG) Virtriana, Riantini; Deliar, Albertus; Yati, Marlina Wandi
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Layanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan juga merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pembangunan suatu bangsa. Fasilitas ? fasilitas kesehatan memiliki peran penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi jumlah penduduk di suatu wilayah, maka kebutuhan akan ketersediaan fasilitas kesehatan pun akan semakin meningkat. Dalam memodelkan tingkat layanan kesehatan masyarakat, faktor aksesibilitas keruangan dan jumlah penduduk merupakan faktor pendukung dalam melakukan pertimbangan. Faktor ? faktor pendukung tersebut memberikan pengaruh dalam melakukan proses pengolahan data dan analisis. Wilayah studi kasus dalam melakukan penelitian ini adalah Kota Bandung. Metode analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode buffering dan pengukuran jarak lurus. Hasil akhir penelitian berupa peta cakupan pelayanan puskesmas dan peta cakupan pelayanan rumah sakit di Kota Bandung. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, banyak sekali fasilitas kesehatan di Kota Bandung yang belum memenuhi standardisasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, ditinjau dari segi pelayanan terhadap jumlah penduduk. Berdasarkan hasil akhir penelitian, terdapat wilayah ? wilayah yang tercakup dalam lebih dari 1(satu) fasilitas kesehatan.
POLA SPASIAL HARGA TANAH UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA) Alfita Puspa Handayani; Albertus Deliar; Rizqi Abdulharis
Jurnal Sosioteknologi Vol. 20 No. 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2021.20.1.10

Abstract

Sustainable development goals are expected to be achieved by 2030. One of the goals of sustainable development is to build cities and settlements that are inclusive, safe, and resilient. Bandung as one of the cities with very rapid development growth during the last 10 years has experienced changes in land prices, which are also very fast. Land prices are proven to have a relationship with development in an area. The more complete public facilities, social facilities, and accesses in an area, the higher the price is. This study has determined the spatial pattern of land prices in Bandung using four spatial cluster analysis methods. It is found that the spatial pattern of land prices in Indonesia is clustered. The results of this spatial pattern can be used as the basis for strategic planning for Bandung, especially to serve areas that can still be developed into new development centers supported by environmental planning and sustainable development.
Pemodelan Tingkat Layanan Kesehatan Masyarakat Berbasiskan Sistem Informasi Geografis (Wilayah Studi: Kota Bandung) Marlina Wandi Yati; Albertus Deliar; Riantini Virtriana
Indonesian Journal of Geospatial Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Journal of Geospatial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Layanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan juga merupakan salah satu aspek penting yang menunjang pembangunan suatu bangsa. Fasilitas "“ fasilitas kesehatan memiliki peran penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi jumlah penduduk di suatu wilayah, maka kebutuhan akan ketersediaan fasilitas kesehatan pun akan semakin meningkat. Dalam memodelkan tingkat layanan kesehatan masyarakat, faktor aksesibilitas keruangan dan jumlah penduduk merupakan faktor pendukung dalam melakukan pertimbangan. Faktor "“ faktor pendukung tersebut memberikan pengaruh dalam melakukan proses pengolahan data dan analisis. Wilayah studi kasus dalam melakukan penelitian ini adalah Kota Bandung. Metode analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode buffering dan pengukuran jarak lurus. Hasil akhir penelitian berupa peta cakupan pelayanan puskesmas dan peta cakupan pelayanan rumah sakit di Kota Bandung. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, banyak sekali fasilitas kesehatan di Kota Bandung yang belum memenuhi standardisasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, ditinjau dari segi pelayanan terhadap jumlah penduduk. Berdasarkan hasil akhir penelitian, terdapat wilayah "“ wilayah yang tercakup dalam lebih dari 1(satu) fasilitas kesehatan.