Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Konsep Kebangsaan pada Pertunjukan Kreasi Teater Tutur Aceh Karya PASUA PA FANI DILA SARI
Creativity And Research Theatre Journal Vol 3, No 2 (2021): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v3i2.2239

Abstract

PASUA PA (Papua, Sunda, Aceh Performing Art) is a performance art work inspired by three ethnic regions, namely Papua, Sunda and Aceh. The three regions are united in a research and creation of performing arts works that carry the indigenous of each region as a form of Indonesian multiculturalism. Aceh, which is echoed by speech theater in its performing arts, is one of the means for the abstraction of national values found in PASUA PA's works. The text that was present had the theme of locality from Papua, Sundanese and Aceh which reflected the diversity of Indonesian arts and culture. The creation of PASUA PA is a research assignment for RISTEK BRIN that focuses on qualitative research and a 4.0-based model of art creation with the aim of turning performance art into new media art content.AbstrakPASUA PA (Papua, Sunda, Aceh Performing Art) merupakan karya kreasi seni pertunjukan yang diilhami dari tiga wilayah suku bangsa yakni Papua, Sunda dan Aceh. Ketiga wilayah disatukan dalam sebuah riset dan penciptan karya seni pertunjukan yang mengusung indigenous masing-masing wilayah sebagai wujud multicultural Indonesia. Aceh yang digaungkan dengan teater tutur pada seni pertunjukannya menjadi salah satu wahana abstraksi nilai kebangsaan yang terdapat pada karya PASUA PA. Teks yang hadir bertemakan lokalitas dari Papua, Sunda dan Aceh yang mencerminkan keberagaman seni budaya bangsa Indonesia. Penciptaan PASUA PA merupakan sebuah riset penugasan RISTEK BRIN yang berfokus pada penelitian kualitatif dan model penciptaan karya seni berbasis 4.0 dengan tujuan menjadikan seni pertunjukan sebagai konten seni media baru. 
APLIKASI TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY DALAM KONSERVASI SITUS WARISAN BUDAYA DAN MITIGASI BENCANA GUNUNG GALUNGGUNG JAWA BARAT INDONESIA wanda listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 4 No 2 (2021): NUSANTARA & RUANG VIRTUAL
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol4.no2.a4054

Abstract

The name Galunggung is very well known to the people of Indonesia as the name of the mountain and the name of an Old Sundanese Manuscript. The ancient manuscript of Amanat Galunggung is a manuscript written in the 16th century and contains the teachings of life or local genius of the Sukapura or Tasikmalaya people. Mount Galunggung has experienced several eruptions from 1822 to 1983. The eruption of Mount Galunggung has had a catastrophic impact on the community and provided long term benefits for improving the soil fertility around the Mount Galunggung site such as the Indihiang site. Various disasters that have occurred due to volcanic eruptions in various regions have become a source of learning for the community to mitigate disasters from an early age. This research uses qualitative methods and digital augmented reality techniques. Augmented Reality can be used in visualizing and simulating mountain sites or other cultural heritage sites. The results of this study recommend the application of Augmented Realty technology in the conservation of cultural heritage sites and disaster mitigation as well as the planning program for the nomination of mountain sites in Indonesia for UNESCO’s world cultural heritage by the Indonesian government. Various efforts to develop site conservation with digital 4.0 technology and assistance for local communities involving universities, local governments, museum communities and the cultural arts tourism industry. The use of Augmented Reality can be useful for increasing understanding and learning experiences about cultural sites and heritage in tertiary, primary and secondary education.
Pelatihan Rias Pengantin dan Henna Art di SOS Children’s Village Banda Aceh Dwindy Putri Cufara; Fani Dila Sari; Rico Gusmanto
Jurnal Abdimas Mahakam Vol. 6 No. 02 (2022): Juli
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24903/jam.v6i02.1596

Abstract

SOS Children’s Village Banda Aceh merupakan suatu organisasi sosial yang yang mendedikasikan diri untuk pengasuhan anak-anak dan remaja yang telah atau beresiko kehilangan orang tua. Organisasi ini memfasilitasi peserta didik dalam berbagai aspek, salah satunya adalah pendidikan dan pelatihan. Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan diri peserta didik menuju kemandirian dan membangun peluang wirausaha. Minimnya tenaga pendidik dan kegiatan yang menunjang kewirausahaan di bidang seni/budaya menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi SOS Children’s Village Banda Aceh. Selama ini, bantuan dan dukungan yang diterima organisasi ini berasal dari kantor pusat SOS Children’s Village Indonesia dan BLK Banda Aceh, belum ada instansi perguruan tinggi yang mejadi mitra dalam pengembangan kewirausahaan, khususnya di bidang seni. Banyaknya peserta didik perempuan yang berkisar pada jenjang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi menjadi perhatian tim pengabdi untuk membekali mereka ilmu dan keahlian dalam menunjang peluang kewirausahaan di bidang seni, yaitu dengan mengadakan pelatihan tata rias dan henna art. Pelatihan ini berorientasi pada peluang profesi make up artist (MUA) dan henna artist (HA) yang sedang trend di masa kini serta memiliki prospek yang bagus di masa mendatang. Peluang ini tidak hanya berorientasi pada saat peserta didik telah menyelesaikan jenjang pendidikan (profesi utama), namun tetap berpeluang saat mereka masih dalam proses pendidikan (profesi sampingan). Ilmu tata rias dan henna art juga berpeluang bagi peserta didik untuk menghasilkan konten-konten kreatif yang dapat menghasilkan adsense di media sosial. Dengan demikian, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi peluang profesi utama maupun sampingan bagi peserta didik untuk menjadi seorang MUA dan HA.
Lake Toba Tradisional Musik Festival (LTTMF) dalam Ruang Kreatif Penciptaan Karya Komposisi Musik Rizki Mona Dwi Putra; Fani Dila Sari
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 12, No 1 (2023): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v12i1.45361

Abstract

Lake Toba Traditional Musik Festival (LTTMF) merupakan sebuah program dalam mewujudkan pemajuan seni budaya dan pariwisata sekitaran danau Toba di Sumatera Utara dengan memperkuat ekosistem seni pertunjukan khususnya musik tradisi. Program ini digagas pada tahun 2021 oleh Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek melalui Dit. Perfilman, Musik, dan Media serta UPT BPNB Aceh yang berkerjasama dengan Rumah Karya Indonesia. Dalam festival ini dua belas komposer musik tradisi telah mengaktualisasi karya mereka dalam bentukklip video, festival daring, serta perekaman lagu untuk kemudian ditayangkan dalam platform online. Lake Toba Musik Traditional Musik Festival (LTTMF) membuka ruang kolaboratif dengan 12 komposer di wilayah Nusantara memalui open call dan kurasi yang diharapkan dapat menjadi ruang ekpresi bermusik para seniman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses kreatif penciptaan karya komposisi musik pada Lake Toba Musik Tradisional Festival (LTTMF). Hasil dari penelitian ini berupa catatan tahapan proses kreatif Lake Toba Tradisional Musik Festival yang berbasis riset yang ditenggarai oleh Rumah Karya Indonesia dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mengilhami karya musik diantaranya workshop dari seniman lokal Toba, kolaborasi permainan musik tradisi, FGD panitia, komposer dan kurator memahami hasil pengenalan musik tradisi serta penentuan konsep musik / ide musik yang akan diangkat menjadi pijakan dalam membuat karya musik oleh masing-masing komposer.