Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

AKTIFITAS PENCARI PENSI PADA KARYA TARI KONTEMPORER BREATH IN Novalinda, Sherli; Rasmida, Rasmida; Susanti, Susi
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 21, No 2 (2019): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.37 KB) | DOI: 10.26887/ekspresi.v21i2.908

Abstract

Karya tari kontemporer memuatsumber gagasan penciptaan yang dapat merespon aktifitas di masyarakat.  Salah satu aktifitas tersebut yaitu bagaimana merespon aktifitas pencari pensi di danau Singkarak Sumatare Barat. Salahsatu persoalan yang dihadapi dan menarik untuk dijadikan sebagai emphasis penciptaan tersebut adalah dekompresi (gangguan tekanan oksigen) yang dihadapi oleh pencari pensi sewaktu menjalankan aktifitasnya di dalam air. pertunjukan tari ini secara dramaturgi  terhubung melalui hubungan antar material dan keseluruhan elemen. dramaturgi tari sebagai aspek dasar dalam kelengkapan penciptaan suatu karya tari kontemporer perlu dipahami sebagai suatu cara mendekati suatu gagasan dan melalukan proses perwujudannya. Aktifitas para pencari pensi ( sejenis kerang air tawar) di danau Singkarak Sumatera Barat diwujudkan dalam bentuk tari kontemporer berjudul Breath In. Pada proses dan penyajian penggunaan pendekatan ini terdapat upaya menemukan orisinalitas bentuk dan vocabulary ketubuhan berdasarkan observasi tentang aktifitas pencari pensi tersebut.
Wayang Sayur: Sebuah Alternatif Teater Boneka di Masa Pandemi Saaduddin Saaduddin; Dede Pramayoza; Sherli Novalinda
Creativity And Research Theatre Journal Vol 4, No 1 (2022): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v4i1.2499

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi potensi dalam penciptaan teater boneka Wayang Sayur. Suasana dan karakter  pada setiap adegan digarap  menggunakan konsep penciptaan dalam format pewayangan. Dalam penciptaan Wayang Sayur keindahan struktur lakon dan cerita  disajikan sebagai sebuah alternatif bentuk teater boneka. Melalui metode yang digunakan dalam penciptaan karya teater wayang inovatif ini yaitu Adapun untuk pada tahapan pemberian materi kepada mitra dapat dirincikan sebagai berikut yang mengacu pada metode yang digagas oleh Alhaq dan Agustin. (1) Riset penggalian data awal, (2) Riset disain (3) analisis target audiens (4) Analisis Kebutuhan Media dan Teknis Petunjukan (5) Analisis Konten Identitas Lokal Indonesia (6) Analisis Cerita (7) Desain Karakter (8) Boneka Karakter (9) Desain Environment (hand prop dan sett properti).
NAZIF BASIR: PELOPOR TEATER REALISME DI SUMATERA BARAT ERA 1950 HINGGA 1970 SAADUDDIN SAADUDDIN; SHERLI NOVALINDA; PUPUT RAHMADANTI
Jurnal Pembelajaran Seni & Budaya Vol 5, No 1 (2020): Juli 2020
Publisher : Universitas Halu oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpsb.v5i1.12654

Abstract

 Nazif Basir merupakan seorang pelopor realisme awal di dalam peta teater Sumatera Barat pasca kemerdekaan yang masih hidup saat ini. Sebagai satu-satunya putra Sumatera Barat yang menamatkan Akademi Seni Drama dan Film Yogyakarta (ASDRAFI) angkatan pertama tahun 1957. Semenjak beraktifitas di kota Padang pasca kemerdekaan, ia turut membidani lahirnya kelompok Teater Kota Padang dan mementaskan pertunjukan teater bergaya realisme semenjak tahun 1961 hingga tahun 1967.Semenjak hijrah ke kota Jakarta pada tahun 1971 hingga sekarang, kehidupan teater terus berlanjut oleh seniman teater di Sumatera Barat. Berdasarkan persoalan di atas, maka dilakukan penelitian sejarah terhadap terhadap sosok Nazif Basir sebagai salahsatu saksi sejarah teater Sumatera Barat untuk mengetahui bagaimanakah kehidupan teater Sumatera Barat pasca kemerdekaan hingga selama berdirinya kelompok Teater Kota Padang di Sumatera Barat pada kurun waktu 1950 s.d 1970. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa jejak realisme awal di Sumatera Barat dimulai oleh Nazif Basir dengan kontribusi selama berkiprah di kelompok Teater Kota Padang. Hal ini juga diperkuat dengan faktor pendidikan dan pengalaman empirik beliau selama studi.
MEREFLEKSIKAN SEJARAH BURUH PETIK PERKEBUNAN TEH MELALUI KOREOGRAFI “SANG PEMETIK” Sherly Novalinda
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 8, No 2 (2013)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.152 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v8i2.1113

Abstract

Pickers in a tea plantation present an interesting phenomenon, not only from a historical perspective but also from the point ofview of their anatomical experiences. Their hand movements are very fast, as though they are dancing on top of the tea leaves,and these movements are supported by formations that they unconsciously make in the wide expanse of the tea plantation.Based on a close observation of the tea pickers in Kayu Aro, Kerinci, Jambi, a new choreography entitled “Sang Pemetik” (ThePicker) was created, with the aim of reflecting on the history and daily experiences of the tea pickers. Using a ParticipatoryAction Research method, or PAR, the dance “Sang Pemetik” aims to make a statement that tea picking is a noble job and caneven provide inspiration for an attractive work of art.Keywords: Reflection, Tea Pickers, Choreography “Sang Pemetik”
Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak Sulaiman Sulaiman; Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda
PANGGUNG Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1576.91 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i2.908

Abstract

ABSTRACTOpera Batak is a “traditional” performance genre from the Toba Batak ethnic group. Opera Batak is staged based on oral tradition through acting, music and dance. The creation of works aims to preserve Sisingamangaraja XII's historical values. The method is carried out beginning with research through observation, interviews, literature studies with steps to work on the search phase, the stage of giving content, the development stage, and the stabilization stage.Transitions of performers and sections are accompanied musical instruments including gondang, suling, serunai, kedapi, hesek, odap and garantung. This mixture is intended to bring the drama to life and entertain the audience. The figures in Opera Batak are Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut and Panglima Amandopang. his episode tells how the war against the Dutch company in the Batak land for about 30 years. Arranged with a flow, dramatic, and conflicting conflict to show Sisingamangaraja's humanity and kinship side in the face of war.Key Word: Opera Batak, Theater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano BatakABSTRAKOpera Batak merupakan seni pertunjukan ‘tradisi’ dalam masyarakat Batak.Opera Batak ditampilkan melalui sastra lisan, pemeranan, musik, dan tarian. Penciptaan karya bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan Sisingamangaraja XII. Metode dilakukan diawali dengan riset melalui observasi, wawancara, studi pustaka dengan langkah garap; tahap pencarian, tahap memberi isi, tahap pengembangan, dan tahap pemantapan. Opera Batak dipandu pencerita dalam mengenalkan tema, menyapa penonton, menggambarkan kisah, dan menggenalkan pemain. Peralihan pemain dan bagian diiringi musik yang terdiri atas: gondang, suling, sarunai, kecapi, hesek, odap, dan garantung. Tokoh Opera Batak dalam episode Tongtang I Tano Batak adalah Sisingamangaraja XII, Patuan Anggi, Putri Lopian, Boru Sagala, Somaling, Panglima Sarbut, dan Panglima Amandopang. Episode ini menceritakan bagaimana perperangan melawan kompeni Belanda di tanah Batak yang kurang lebih 30 tahun lamanya. Disusun dengan alur, dramatik, dan konflik yang rapat untuk memperlihatkan sisi kemanusian dan kekeluargaan Sisingamangaraja dalam menghadapi perperangan.Kata Kunci: Opera Batak, Teater, Sisingamangaraja XII, Tongtang I Tano Batak 
TEATER BONEKA WAYANG SAYUR: PEMANFAATAN SAYURAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER DAN LITERASI KESEHATAN Saaduddin Saaduddin; Sherli Novalinda; Fresti Yuliza; Dede Pramayoza
Batoboh: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 4, No 2 (2019): BATOBOH : JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bt.v4i2.2500

Abstract

Pada tahun 2018 Kota Padang Panjang menggelar Festival Mendongeng 24jam untuk menyemarakkan “Hari Mendongeng Sedunia.” Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Padang Panjang bersama dengan Forum Penggiat Literasi (FPL) dan Kampung Literasi Gang Aster itu dilakukan dalam rangka menggalakkan gerakan literasi di Kota Padang Panjang sebagai bagian dari cita-cita menjadi kota literasi Indonesia dan selanjutnya kota literasi dunia. Salah satu permasalahan yang harus diatasi adalah menciptakan tontonan dan hiburan bagi para peserta yang tersebar di berbagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di kota Padangpanjang agar mereka tertarik menerima literasi melalui media-media yang kreatif, unik dan inovatif. Mencoba menyikapi hal tersebut Pelaksana Abdimas menciptakan satu bentuk pertunjukan baru bernama Wayang Sayur. Wayang Sayuradalah jenis Teater boneka baru yang memanfaatkan sayuran sebagai medium dalam menyampaikan literasi kepada para penonton. Hasil eksperimentasi kemudian didemonstrasikan secara langsung dihadapan para penonton yakni para peserta kegiatan.Demonstasi pembuatan bonek sayuran kemudian dilanjutkan dengan pelatihan singkat kepada para peserta untuk dapat mendorong mereka menciptakan sendiri karakter-karakter Wayang Sayurmereka, sebagai bentuk literasi seni pertunjukan, yakni pengembangan teater boneka baru di Kota Padang Panjang
KONSEP RITUAL DALAM PENCIPTAAN KARYA TARI GILO LUKAH Suaida Suaida; Sherli Novalinda; Syaiful Erman
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4, No 2 (2018): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v4i2.429

Abstract

Karya tari berjudul “Gilo Lukah” terinspirasi dari aktifitas ritual lukah gilo yang terdapat di Desa Baru, Kec. Muaro Sebo, Kab. Muaro Jambi. Untuk menggarap ide gagasan pengkarya menggunakan eksplorasi tubuh terhadap lukah (sejenis alat perangkap ikan)  sesuai dengan keunikan lukah gilo (bergoyang ke kiri-ke kanan, melambung ke atas-ke bawah, bergetar, dan tidak terkendali). Pengkarya juga menggunakan properti kerangka yang dibentuk kotak persegi empat yang diinterpretasi di dalam kotak sebagai aturan yang sewajarnya (adanya syarat-syarat untuk melakukan proses permainan ritual lukah gilo), sedangkan di luar kotak sebagai aturan yang tidak sewajarnya (adanya sesuatu yang di luar logika manusia, mengapa lukah bisa bergerak dan bergoyang sendiri tanpa ada yang memegangnya).
KONSEP GARAPAN ANDUNG HU: SEBUAH TAFSIR MUSIKAL ATAS RATAPAN KEMATIAN MASYARAKAT BATAK TOBA Della Rosa Panggabean; Fresti Yuliza; Sherli Novalinda; Hafif HR
Melayu Arts and Performance Journal Vol 5, No 1 (2022): Melayu Arts and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v5i1.2501

Abstract

This article discusses the musical concept of an orchestral piece entitled Andung Hu, which in Batak language means my lament. Andung Hu’s work departs from the reinterpretation of the Andung tradition, a lamentation of sorrow in the context of the death committed by the Toba Batak people. Applying the method of transformation, with the concept of transit and transition, this paper is intended as a form of elaboration of the concept of Andung Hu’s work. The data collected from the work process by Della Rosa Pangabean, which was analyzed critically-reflectively, by viewing the work process as a form of artistic research. The results of the analysis show that the transformation process from the Andung tradition in the Toba Batak society to the Andung Hu Orchestra takes three key stages, namely: interpretation; orchestration; and improvisation. The materials and tools used in the stages of the creation process are: scales; atonal technique; motive; development techniques; and taganing motifs. The result of the work is a composition in the form of a program music entitled Andung Hu.Keywords: lamentation; Toba Batak; musical concept; Andung Hu; orchestraAbstrakTulisan ini membicarakan tentang konsep musikal dari sebuah karya orkestra berjudul Andung Hu, yang dalam Bahasa Batak berarti ratapanku. Karya Andung Hu berangkat dari reinterpretasi atas tradisi Andung, sebuah ratapan kesedihan dalam konteks kematian yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba. Menerapkan metode transformasi atau alih wahana, dengan konsep transit dan transisi, tulisan ini dimaksudkan sebagai bentuk penjabaran konsep garapan dari karya Andung Hu. Data-data dihimpun dari proses berkarya oleh Della Rosa Pangabean, yang dianalisis secara kritis-reflektif, dengan memandang proses berkarya tersebut sebagai suatu bentuk penelitian artitik. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses transformasi dari tradisi Andung dalam masyarakat Batak Toba menjadi karya Orkestra Andung Hu, menempuh tiga tahapan kunci, yakni: interpretasi; orkestrasi; dan improvisasi. Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam tahapan proses penciptaan itu adalah: tangga nada; teknik atonal; motif; teknik pengembangan; dan motif taganing. Adapun hasil karya adalah sebuah komposisi dengan bentuk musik programa yang diberi judul Andung Hu.Kata Kunci: ratapan kematian; Batak Toba; konsep musikal; Andung Hu; orkestrasi
PERSPEKTIF OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII EPISODE BORU LOPIAN ULUPORANG TANO BATAK Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda; Sulaiman Juned
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 1 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i1.32473

Abstract

This creation research formulates the struggle of Boru Lopian son of Sisingamangaraja XII against Dutch colonialism. In addition to seeing as the figure of the son of King Sisingamangaraja XII, the research is also directed at the story of Boru Lopian who is famous for his courage when dealing with the invaders. Even though he comes from an honorable lineage, Boru Lopian is never arrogant and arrogant. Unfortunately, this humanist figure also died in the guerrilla against the Dutch colonialists. The final result of the research is a Batak opera performance with the title, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. The process of performing Batak opera begins with the creation of a Batak opera script obtained based on research on Boru Lopian. Then packed with some elements of modern theater without leaving the inherent traditional values. This combination was deliberately chosen as part of the stages towards the novelty of the arable concept (innovation). The research method of creation is done through observation, research and interviews with community leaders. The arrangement of the story of the Batak opera Sisingamangaraja XII episode of Boru Lopian, Uluporang Tano Batak is a reorganization of a history. Which of course undergoes several changes, from the actual story to a story that is 'spiced up' with the present context. This is done in order to become familiar with the audience. The authenticity of traditional Batak opera forms is combined with artistic elements of modern theater so that the atmosphere and setting of the event becomes contextual. The goal is to facilitate the presence of building elements, artifacts, past events that are impossible to present simultaneously on the current stage. The structure in the Batak opera Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak has similarities with the two previous Batak opera performances. Because it was designed for three opera performances of Batak Sisingamangaraja XII.Keywords: Boru Lopian, perspective, opera Batak. AbstrakPenelitian penciptaan ini merumuskan perjuangan Boru Lopian anak Sisingamangaraja XII dalam melawan penjajahan Belanda. Selain melihat sebagai sosok anak Raja Sisingamangaraja XII, penelitian juga diarahkan pada kisah Boru Lopian yang terkenal akan keberaniaannya saat berhadapan dengan para penjajah. Walaupun berasal dari keturunan terhormat, Boru Lopian tidak pernah sombong dan tinggi hati. Sayangnya sosok yang humanis ini turut tewas dalam gerilya melawan penjajah Belanda. Hasil akhir dari penelitian adalah, pertunjukan opera Batak dengan judul, Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak. Proses pertunjukan opera Batak didiawali dengan pembuatan naskah opera Batak yang didapatkan berdasarkan riset tentang Boru Lopian. Kemudian dikemas dengan beberapa unsur-unsur teater modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang melekat. Perpaduan ini sengaja dipilih sebagai bagian dari tahapan menuju kebaruan dari konsep garapan (inovasi). Metode penelitian penciptaan dilakukan melalui observasi, riset dan wawancara dengan tokoh masyarakat. Penataan cerita opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak ini merupakan penataan ulang sebuah sejarah. Yang didalamnya tentunya mengalami beberapa perubahan, dari cerita yang sebenarnya menjadi cerita yang ‘dibumbui’ dengan konteks kekinian. Hal ini dilakukan agar menjadi akrab dengan penonton. Keaslian bentuk opera Batak tradisi dipadukan dengan elemen-elemen artistik teater modern agar suasana dan latar peristiwa menjadi kontekstual. Tujuannya untuk mempermudah hadirnya unsur bangunan, artefak, peristiwa masa lalu yang tidak mungkin dihadirkan secara bersamaan diatas panggung saat ini. Struktur dalam opera Batak Sisingamangaraja XII episode Boru Lopian, Uluporang Tano Batak memiliki kesamaan dengan dua pertunjukan opera Batak sebelumnya. Karena dirancang untuk tiga pertunjukan opera Batak Sisingamangaraja XII.Kata Kunci: Boru Lopian, perspektif, opera Batak. Authors: Rosta Minawati : Institut Seni Indonesia PadangpanjangEnrico Alamo : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSherli Novalinda : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSulaiman Juned : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References: Alamo, E., Eliza,M., Syailillah, G. (2020). Makna dan Fungsi Ulos Pada Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar Di Pematang Siantar Sumatera Utara. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 94. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.24824Alamo, E., Minawati, R., Sulaiman, S., & Novalinda, S. (2020). Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer. Dance and Theatre Review. Jurnal Tari, Teater, dan Wayang, 3(2), 59.Alamo, E.,(2014). Sampuraga Penciptaan Opera Batak. Ekspresi Seni: Jurnal Pengetahuan dan Seni, 16(1),1.Guntur. (2016). Metode Penelitian Artistik. Surakarta: ISI Press.Hariwijaya, M. (2007). Metodologi dan Tehnik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Elmatera Publishing.Joel, M. Charon. Eighth Edition (2012) Ten Questions: A Sociological Perspective. USA: Cengage Learning.Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian  Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Martono, Nanang. (2012) Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pavis, Patrice. (1990). Theatre at The Crossroad of Culture. London and New York: Transl. Loren Kruger.Purba, Krismus. (2010). Opera Batak Tilhang Serindo: Pengikat Budaya Masyarakat Batak Toba di Jakarta.Yogyakarta: Kalika Bantul.Sulaiman, S., Minawati, R., Alamo, E., & Novalinda, S. (2019). Analisis Struktur Pertunjukan Opera Batak Sisingamangaraja XII: Episode Tongtang I Tano Batak. Panggung Bandung: Jurnal Seni Budaya, 29(2),160.Sumaatmadja dan Winardit. (1999). Perspektif Global. Jakarta: UT.Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan PerubahanKonvensi Seni Teater. Yogyakarta: Pustaka Gondo Suli.
OPERA BATAK SISINGAMANGARAJA XII: MENGGALI SENI DAN TEATER TRADISI sulaiman sulaiman; Rosta Minawati; Enrico Alamo; Sherli Novalinda
PROSIDING: SENI, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT No 3 (2018): Seni, Teknologi, dan Masyarakat #3
Publisher : LP2MP3M, INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batak Opera is a traditional performing art comes from Batak area and its surroundings. The existence of this art is increasingly lost due to the shift and the lack of activists who faithfully maintain this ancestral art. In fact, Batak Opera in the past represented triumphed arts among Batak people. Technological advances which later formed a new paradigm in society made this traditional of art increasingly abandoned and even forgotten by its supporters. The creation (revitalization) of Batak Opera was constructed by a heroiccaritoSisingamangaraja XII. This Batak Opera show is packed by combining several elements of the Batak tradition arts. Data is obtained by interview about Batak Opera, both to the descendants of Sisingamangaraja XII as well as Batak people. Sisingamangaraja XII represents a hero who succeeded in unifyingTapanuli and conquering the Dutch company. SisingamangajaBatak Opera is about heroism, compassion and sacrifice. It is a Dramatic story for the daughter of Lopian, his favorite child died on his huge penetrated by Dutch bullets. The heroic story of TanoBatak experienced rearrangement, both characterization and events using several structures of tradi-tional and modern Indonesian theater. SisingamangarajaBatak Opera becomes a field of revitalization of art. Batak operas are cultivated in order torevive the Batak Opera performances and raising the story of Sisimangaraja XII.