Iis Jubaedah
Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Komposisi dan Kelimpahan Plankton di Waduk Cirata Pigoselpi Anas; Iis Jubaedah; Lilis Supenti; Dinno Sudinno
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v11i2.90

Abstract

Penelitian tentang “Komposisi Dan Kelimpahan Plankton Di Waduk Cirata ” telah dilaksanakan pada bulan agustus 2017. tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan plankton di waduk Cirata . Sampel diambil dari 3 stasiun pengamatan dan pada setiap stasiun pengamatan pengambilan sampel dilakukan pada tiga kedalaman. Titik pengambilan sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel diambil dengan menggunakan plankton net. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium, Hasil penelitian didapatkan Genera fitoplankton yang ditemukan di Waduk Cirata sebanyak 19-26 genera yang mewakili 4-5 kelas, yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, Bacillariophyceae, Dinophyceae dan Euglenaphyceae. Genera zooplankton yang ditemukan di Waduk Cirata sebanyak 12-13 genera yang mewakili kelas, yaitu Rotifera, Rhizopoda, Ciliata dan Malacostraca. Kelimpahan fitoplankton berkisar 91.200 – 1,328.180 Sel/m3 dan kelimpahan Zooplankton berkisar 19.500 - 426.020 Sel/m3.
Populasi Moluska Pada Musim Kemarau dan Musim Hujan di Zona Intertidal Pantai Selatan Sumbawa Fredinan Yulianda; Iis Jubaedah
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 3, No 2 (2009)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v3i2.7

Abstract

Penelitian mengenai moluska di wilayah pesisir Sumbawa Barat bagian selatan telah dilakukan pada musim kemarau (April) dan musim hujan (September) tahun 2007 di lima lokasi, yaitu Pantai Maluk, Mangkun, Madasanger, Sejorong dan Puna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis, jumlah dan sebaran populasi moluska di zona intertidal pantai Selatan Sumbawa. Pengamatan biota dilakukan dengan metode transek kuadrat yang ditarik secara vertikal dari garis pantai. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan rata –rata dan kisaran populasi moluska di pantai Maluk pada ketiga stasiun, berturut-turut, adalah 9 ind/m2, 8-30 ind/m2, dan 8-40 ind/m2. Di pantai Mangkun, 20-30 ind/m2, 10-68 ind/m2, dan 23-100 ind/m2. Di pantai Madasanger 3-30 ind/m22, 5-65 ind/m2, dan 11-51 ind/m2. Di Pantai Sejorong 10-82 ind/m2, 12-60 ind/m2, dan 10-83 ind/m2, dan selanjutnya di Pantai Puna (Tongoloka) 20-180 ind/m2 , 25-75 ind/m2 dan 20-170 ind/m2. Kepadatan populasi moluska tertinggi dan relatif stabil terdapat di stasiun pasang tinggi pantai Puna yang bersubstrat berbatu, lebar flat sempit, dan curam. Kepadatan terendah terdapat di stasiun pasang rendah Pantai Maluk yang bersubstrat berbatu, pasir hingga pasir berkarang. Populasi moluska berfluktuasi dan sebaran meningkat pada musim hujan (September) dan menurun pada musim kemarau (April). Jenis populasi yang dominan adalah Oyster/Crassostrea dari kelas Pelecypoda dan Litorrina dari kelas Gastropoda.
Potensi Lestari Perikanan Tangkap sebagai Basis Pengelolaan Sumberdaya di Kabupaten Pangandaran Pigoselpi Anas; Iis Jubaedah; Dinno Sudinno
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v10i2.70

Abstract

Kajian potensi lestari perikanan tangkap dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2015 di kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa aspek penangkapan meliputi jumlah alat tangkap optimal, Catch per unit effort ( CPUE ) , potensi maksimum lestari (MSY) dan Total Allowable Catch ( TAC) serta Mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Pangandaran. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi lestari perikanan Tangkap di Perairan Pangandaran Provinsi Jawa Barat menggunakan formula model Schaefer diperoleh hasil sebagai berikut Jumlah alat tangkap optimal (Emsy) = 2006,4 unit, pada saat ini jumlah alat tangkap yang ada telah melebihi jumlah optimalnya.. Hasil tangkapan lestari (Cmsy) = 2415,4 ton ,dan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (Total Allowable Catch = TAC) sebesar 1932 ton sedangkan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan berdasarkan hasil tangkapan dan alat tangkap di perairan Kabupaten Pangandaran telah mencapai tangkapan lestari.  
Analisis Potensi Sumberdaya Ikan Pelagis di Pantai Ciparage Jaya Kabupaten Karawang Pigoselpi Anas; Iis Jubaedah; Sopiyan Danapraja
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v4i1.17

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat penangkapan maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield) dan tingkat penangkapan yang maksimum secara ekonomis (Maximum Economic Yield) sumberdaya ikan pelagis di Pantai Ciparage Jaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan wawancara. Satuan penelitian adalah unit penangkapan mini purse seine. Hasil penelitian menunjukkan tingkat penangkapan maximum lestari (MSY) ikan pelagis kecil di perairan Ciparage Jaya adalah 2.996.716,6 kg/th, dan tingkat penangkapan yang maximum secara ekonomis (MEY) adalah 2.876.299 kg/th. Tingkat penangkapan nelayan rata-rata 2.686.400 kg/th, berdasarkan potensi lestarinya (MSY) dan segi ekonomi (MEY) mendekati nilai optimum, sehingga tidak memungkinkan peningkatan upaya penangkapan dilakukan. Usaha (strategi) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan adalah perbaikan dan peningkatan kualitas alat tangkap, sistem pasar yang dapat menjaga kestabilan harga, pengolahan ikan yang memberikan nilai tambah pada produksi perikanan, dan alternatif usaha budidaya.
Analisis Kondisi Kualitas Air dan Produktivitas Budidaya Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Iis Jubaedah; Dinno Sudinno; Pigoselpi Anas
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v8i1.44

Abstract

Penelitian mengenai analisis kondisi kulitas air dan produktivitas budidaya ikan di keramba jaring apung (KJA) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan Waduk Cirata yang di gunakan untuk budidaya ikan di KJA, mengetahui beban pencemaran perairan, dan mengetahui kapasitas asimilasi perairan di Waduk Cirata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data primer yang di kumpulkan adalah data kualitas air (kimia, fisika, biologi) dan data produksi guna menghitung produktivitas (jumlah panen / luas areal KJA). Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data parameter kualitas air menggunakan analisis berdasarkan baku mutu air, dengan cara membandingkan nilai hasil pengukuran dari masing- masing parameter fisika, kimia dan biologi dengan Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Baku Mutu Air Tawar. Hasil analisis menunjukkan Status Kualitas Perairan Waduk Cirata memiliki nilai indeks pencemaran 14,4311 maka perairan Waduk Cirata tercemar berat, Beban pencemaran dari Parameter H2S, NH3, PO4, NO3, NO2, Hg, Pb, Cu lebih besar dibanding dengan kapasitas asimilasinya sehingga perairan waduk Cirata tercemar oleh parameter tersebut, Parameter kapasitas asimilasi perairan waduk Cirata yang nilainya lebih besar dari nilai beban pencemarannya adalah parameter TSS, BOD dan COD, Sedangkan produksi ikan mengalami penurunan yakni pada tahun 2004 sebanyak 13629 ton dan pada tahu 2011 sebanyak 5441 ton.
Kajian Budidaya Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) dalam Upaya Konservasi Sumberdaya Ikan (Studi di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat) Iis Jubaedah; Aan Hermawan
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v4i1.11

Abstract

Kajian tentang budidaya ikan nilem telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui present status dan teknologi pembenihan ikan nilem (Osteochilus hasselti) di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara pada aspek budidaya ikan nilem di BPBI Singaparna dan pembudidaya ikan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi lapangan, Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan budidaya ikan nilem. Luas areal budidaya ikan nilem 111,61 Ha atau 37,22 % ; Persentase nilai produksi ikan nilem pada tahun 2008 sebesar 42,13 % dari total produksi pembenihan ikan air tawar atau sejumlah 679.119.578 ekor; dan sebesar 37,62% dari total produksi pembesaran ikan air tawar atau sejumlah 6.910 ton. Teknologi budidaya khususnya pembenihan ikan nilem sudah berkembang baik dan diaplikasikan oleh pembudidaya. Pembenihan dilakukan secara semi intensif, pada kolam semi permanen dengan menerapkan seleksi induk sedangkan dalam kegiatan pendederan dilakukan secara polikultur pada kolam tanah. Kegiatan konservasi yang dilakukan adalah konservasi ex-situ, yang mencakup pemeliharaan populasi dalam bentuk wadah berupa kolam dan bak, dan konservasi in-situ dengan melakukan restocking di perairan umum. Intensifnya kegiatan budidaya ikan nilem, baik yang dilakukan oleh Balai Benih maupun pembudidaya turut mendukung kemantapan populasi ikan nilem.
Kualitas Air dan Komunitas Plankton Pada Tambak Pesisir Kabupaten Subang Jawa Barat Dinno Sudinno; Iis Jubaedah; Pigoselpi Anas
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v9i1.55

Abstract

Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah pesisir dengan luas 333,57 km2 atau sekitar 16% dari luas seluruh Kabupaten Subang, memiliki hutan mangrove dan sangat potensial untuk pengembangan usaha budidaya. Telah dilakukan penelitian di tambak silvofishery kawasan pesisir Kabupaten Subang pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana Kualitas air pada Tambak Silvofishery dan bagaimana komunitas plankton pada Tambak Silvofishery Pesisir Kabupaten Subang Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengamatan dilakukan pada 6 (Enam) stasiun pengamatan di Kecamatan Blanakan. Analisa Data terdiri dari analisis kualitas air dan indeks diversitas plankton. Hasil penelitian menunjukan Parameter kualitas air suhu, salinitas, pH, kecerahan, TSS, NO2, NO3, PO4 , DO, BOD dan COD nilainya di semua stasiun memenuhi nilai baku mutunya masing-masing. Sedangkan parameter NH3 dan NO3 di semua stasiun telah melebihi nilai baku mutunya masing masing. Komunitas plankton pada 6 (enam) stasiun pengambilan contoh di tambak Subang mendapatkan data plankton secara keseluruhan berjumlah 13 jenis, terdiri dari 10 jenis fitoplankton dan 3 jenis zooplankton. Pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa jumlah taksa berkisar antara 6 hingga 13 jenis, dengan kelimpahan total berkisar antara 400 hingga 2020 individu/liter. Hasil penghitungan indeks diversitas menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman komunitas plankton pada tambak yang bermangrove secara keseluruhan tergolong rendah yakni dari 1,2299 sampai 1,2731. Sedangkan pada tambak yang tidak bermangrove secara keseluruhan tergolong sangat rendah yakni dari 0,3509 sampai 0,7374. dan Fitoplankton yang mendominasi adalah divisi Chrysophyta.
Ujicoba Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Gelidium amansii ) dengan Metode Vertikal Longline Gusti Aries; Iis Jubaedah
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v5i1.25

Abstract

Rumput laut merupakan bahan baku bubur kertas (pulp) untuk pembuatan kertas. Jenis rumput laut yang dapat dijadikan bahan baku kertas adalah rumput laut yang mempunyai serat (fiber). Salah satu jenis rumput laut yang mempunyai serat tinggi dan baik adalah jenis Gelidium amansii. Rumput laut Gelidium amansii berasal dari perairan Negara Korea Selatan, yang diintroduksi ke perairan Indonesia untuk dikembangkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan uji pengembangan rumput laut Gelidium amansii dengan menggunakan metode apung sistem longline vertikal agar dibudidayakan di perairan Indonesia. Pertambahan bobot yang tinggi terjadi pada minggu ke-4 pengamatan yaitu antara 1 – 2 gram per titik sedangkan panjang thallus mencapai 7 – 9 cm. Ujicoba ini menggunakan metode apung sistem longline yang dimodifikasi yang dilakukan di perairan pantai selatan Pulau Lombok yaitu perairan Gerupuk Kecamatan Pujut Lombok Tengah Provinsi NTB. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010.
Karakteristik Organoleptik Ikan Patin Asap (Pangasius Pangasius) Tatty Yuniarti; Iis Jubaedah; Ganjar Wiryati; Romauli J Napitupulu
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v9i1.57

Abstract

Ikan asap adalah salah satu produk olahan tradisional di Indonesia. Berbagai jenis ikan dapat digunakan sebagai bahan baku ikan asap. Salah satunya adalah ikan patin (Pangasius-pangasius). Modifikasi pengasapan ikan digunakan untuk menghasilkan ikan asap yang disukai konsumen. Modifikasi ikan asap yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua (2) model ikan asap yaitu ikan patin tanpa disayat diasapi (A) dan ikan patin disayat (B) kemudian diasapi. Penyayatan daging pada salah satu model ikan asap diharapkan dapat memperluas permukaan kontak daging ikan dengan asap sehingga menghasilkan profil sensori yang berbeda. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji sensori skala rating hedonik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model ikan asap yang disukai oleh konsumen. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ikan asap dengan bahan baku ikan patin berat rata-rata 280-320 gr menghasilkan rendemen ikan asap sebanyak kurang lebih 60%. Dari hasil uji sensori diketahui bahwa panelis lebih memilih atribut penampakan dan tekstur untuk ikan asap yang disayat dan panelis memilih untuk atribut rasa dan bau pada ikan asap yang tanpa disayat. Komposisi ikan asap tanpa disayat adalah protein 13%, lemak 0,54%, air 73% dan mineral 1,77%, untuk ikan asap bersayat kadar protein 23%, lemak 0,44%, air 65% dan mineral 0,96%.
Kualitas Air dan Beban Limbah Karamba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur Jawa Barat Pigoselpi Anas; Iis Jubaedah; Dinno Sudinno
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 11, No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v11i1.84

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan mulai bulan April sampai Juli 2016 di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Tujuan Penelitian untuk mengetahui status kualitas perairan waduk Jatiluhur yang digunakan untuk budidaya Keramba Jaring Apung dan mengetahui beban limbah yang berasal dari keramba jarring apung. Diharapkan informasi ini dapat ditentukan kualitas perairan waduk jatiluhur dan apakah beban limbah yang berasal dari KJA sudah melampaui kapasitas asimilasi ekosistem waduk tersebut. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan sampel untuk kualitas air dilakukan pada beberapa stasiun yang mewakili daerah sekitarnya dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada beberapa stasiun yang mewakili daerah sekitarnya dan pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara in situ dan analisis di Laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kualitas perairan waduk jatiluhur berdasarkan “US-EPA” adalah tercemar sedang hampir mendekati tercemar berat dengan nilai -30 kelas C. Beban limbah yang berasal dari keramba jarring apung ketika jumlah keramba yang ada sebanyak 30.000 petak keramba maka limbah Nitrogen dan Fosfor terlarut berturut-turut adalah 2722,65 ton/tahun, 22,40 ton/tahun. Sedangkan partikel Nitrogen dan Fosfor berturut-turut sebesar 418,87 ton/tahun dan 145,65 ton/tahun.