Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STRATEGI PERCEPATAN TRANSFORMASI KELEMBAGAAN GAPOKTAN DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM MEMPERKUAT EKONOMI DI PERDESAAN Saptana Saptana; Sri Wahyuni; Sahat M. Pasaribu
Jurnal Manajemen & Agribisnis Vol. 10 No. 1 (2013): Vol. 10 No. 1, Maret 2013
Publisher : School of Business, Bogor Agricultural University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.732 KB) | DOI: 10.17358/jma.10.1.60-70

Abstract

ABSTRACTThe objective of this paper was to formulate institutional transformation strategies for rural economic institutions gapoktan and LKM-A (Micro Finance Institution-Agribusiness) in order to support agribusiness development in the rural areas. The method used is the institutional case study approach on gapoktan and LKM-A in Bojonegoro and Lumajang regencies. The performance of gapoktan and LKM-A’s lending and saving businesses in Bojonegoro and Lumajang regencies indicates a moderate level but open to opportunity on positive and higher trend if there are efforts to transform and improve toward progressive institutions. The performance of gapoktan and LKM-A in creating and assisting businesses in Bojonegoro and Lumajang was indicated at mid-level, but the chance to improve the performance were there if there is an attempt to transform and improve the institutions. Better gapoktan and LKM-A performance could be characterized by the support of complete organizational structure of these institutions along with strong role of each part enabling effective coordination system, the well development of the direct cash support of PUAP, and with the diversity of productive economic activities. The strategies to transform gapoktan and LKM-A institutions could be implemented through: 1) the addition of new structures following the integrated agribusiness system with the reliable support from LKM-A; 2) the focused expansion and/or the strengthening of clear economic objectives to be achieved; 3) the development of horizontal solid bond on economic activities; 4) the addition of new and familiar economic activities to the existing ones. The gapoktan institution is projected to have legal support as farmers-owned business entity, while the LKM-A could be transformed into cooperative institutions, such as lending and saving cooperative or various businesses cooperatives. Keywords: microfinance, gapoktan, LKM-A, rural areas, transformABSTRAKTujuan makalah ini adalah merumuskan strategi transformasi kelembagaan gapoktan dan Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis (LKM-A) mendukung pengembangan agribsinis di perdesaan.  Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan studi kasus melalui kajian kelembagaan gapoktan dan LKMA di Kabupaten Bojonegoro dan Lumajang. Kelembagaan gapoktan dan unit usaha simpan pinjam/LKM-A di Kabupaten Bojonegoro dan Lumajang menunjukkan kinerja pada level moderat dan berpeluang untuk berkembang jika ditranformasikan ke arah kelembagaan yang lebih maju. Kinerja Gapoktan dan LKM-A dalam menciptakan dan membantu usaha-usaha di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lumajang terindikasi pada level menengah namun ada kesempatan untuk membaik bila ada usaha untuk transformasi dan memperbaiki institusi tersebut. Kinerja kelembagaan gapoktan dan LKM-A yang baik ditunjukkan oleh terbangunnya struktur organisasi gapoktan dan LKM-A secara cukup lengkap, peran masing-masing bagian telah dimainkan dengan baik, sistem koordinasi berjalan cukup efektif, berkembangnya dana BLM PUAP, dan makin beragamnya kegiatan usaha ekonomi produktif. Strategi transformasi kelembagaan gapoktan dan LKM-A dapat dilakukan dengan: 1) penambahan struktur baru, mengikuti sistem dan usaha agribisnis terpadu yang didukung oleh kelembagaan LKM-A yang handal; 2) perluasan dan atau pendalaman tujuan yang ingin dicapai kelembagan gapoktan dan LKM-A; 3) pembentukan ikatan-ikatan horisontal secara lebih kuat; 4) penambahan dan pendalaman aktivitas ekonomi baru pada aktivitas yang telah ada. Perlu dilakukan transformasi kelembagaan gapoktan menjadi kelembagaan yang berbadan hukum dengan akta notaris seperti badan usaha milik petani.  Sementara itu, LKM-A dapat ditransformasikan menjadi koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha. Kata kunci: keuangan mikro, gapoktan, LKM-A, ekonomi perdesaan, transformasi
Tingkat Pencurahan Kerja Rumah Tangga di Pedesaan: Studi Kasus di Empat Desa Kabupaten Kudus dan Klaten, Jawa Tengah Tahlim Sudaryanto; Handewi Purwati Saliem; Sahat M. Pasaribu
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v1n1.1982.1-7

Abstract

IndonesianPenelitian-penelitian ketenagakerjaan di Indonesia sebagian besar mendasarkan diri pada konsep Labor Force yang mengelompokkan angkatan kerja ke dalam kategori bekerja atau menganggur. Pendekatan tersebut tidak menggambarkan tingkat penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Tulisan ini menyajikan analisa tingkat pencurahan kerja rumah tangga di pedesaan yang merupakan hasil studi kasus di Kabupaten Kudus dan Klaten Jawa Tengah. Dalam telaahan ini dinadingkan tingkat pencurahan kerja antar kelompok rumahtangga menurut luas garapan sawahnya. Hasil analisa menunjukkan bahwa petani kecil mempunya tingkat pencurahan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok petani yang mempunyai tanah lebih luas. Namun demikian, tingkat pendapatan yang diperoleh ternyata lebih kecil.
Beberapa Aspek Ekonomi Ubikayu di Propinsi Jawa Timur Achmad Suparman Hadimuslihat; Sahat M. Pasaribu
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v1n1.1982.44-54

Abstract

IndonesianDi Jawa Timur selama 10 tahun terakhir (1966-1977) luas tanam ubikayu dan sahamnya terhadap nilai total keluaran tanaman pangan menurun. Telaahan ini ingin mengetahui beberapa aspek ekonomi ubikayu di daerah ini, khususnya yang berkaitan dua hal penting yang menjadi penyebabnya yaitu (a) pendapatan per hektar usahatani ubikayu monokultur lebih rendah dibandingkan dengan usahatani ubikayu dengan tumpangsari dan usahatani tanaman pangan lainnya, (b) ubikayu merupakan bahan makanan pokok inferior pada golongan pendapatan tertentu, sehingga konsumsi ubikayu cenderung menurun dengan meningkatnya pendapatan. Telaahan ini menyimpulkan bahwa prospek pengembangan tanaman ubikayu di Jawa Timur tidak secerah alternatif pengembangan tanaman pangan lainnya.
Sistem Bagi Hasil dan Dampak Motorisasi Penangkapan Ikan Terhadap Pendapatan Nelayan di Langkat Sumatera Utara. Bambang Irawan; Achmad Suryana; Sahat M. Pasaribu; Mat Syukur
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.26-35

Abstract

IndonesianTulisan ini mencoba mengkaji sistem bagi hasil dan dampak motorisasi penangkapan ikan terhadap pendapatan nelayan di dua desa di Kabupaten Langkat. Hasil yang diperoleh menunjukkan pendapatan nelayan meningkat dengan semakin besarnya ukuran motor yang digunakan. Namun demikian kenaikan pendapatan tersebut ternyata cenderung lebih tinggi pada nelayan pemilik kapital daripada buruh nelayan (operator). Kecenderungan ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diterapkan cenderung menurunkan bagian pendapatan buruh nelayan dengan semakin besarnya ukuran motor. Secara umum buruh nelayan telah memperoleh imbalan yang sebanding dengan produktivitas tenaga kerja yang dicurahkan. Sedangkan pemilik kapital memperoleh bagian pendapatan yang sedikit lebih tinggi dari yang seharusnya diperoleh. Kurang berimbangnya jumlah kapal dan tenaga kerja yang tersedia mungkin merupakan penyebab dari kenyataan ini. Faktor ini pulalah yang menyebabkan sistem bagi hasil yang dianjurkan pemerintah tidak diterapkan nelayan di Langkat karena sistem tersebut cenderung menurunkan keuntungan pemilik kapital.
Analisa Biaya dan Keuntungan Usaha Penangkapan Ikan Skala Kecil di Langkat, Sumatera Utara Mat Syukur; Sahat M. Pasaribu; Bambang Irawan; Achmad Suryana
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 5, No 1-2 (1987): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v5n1-2.1987.9-14

Abstract

IndonesianTulisan ini menyajikan analisa biaya dan keuntungan usaha penangkapan ikan skala kecil di kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Analisa dilakukan berdasarkan jenis alat tangkap, dan ukuran kekuatan mesin (HP), dan musim ikan. Hasil analisa menunjukkan bahwa alat tangkap pukat Tuamang dan Belat memberikan penerimaan bersih yang relatif besar, dan Belat merupakan alat yang paling efisien jika ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan. Makin besar ukuran mesin kapal, makin besar penerimaan bersih dari usaha penangkapan ikan, naum kapal dengan mesin berukuran 5-7 HP memberikan efisiensi penggunaan biaya yang paling besar. Seperti diharapkan, pada musim sepi ikan, penerimaan nelayan dari usaha menangkap ikan relatif kecil.
MEMAHAMI PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA: KASUS DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT SAHAT M. PASARIBU; SUPENA FRIYATNO
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 8, No. 1 Februari 2008
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.079 KB)

Abstract

Land and forest fire have grabbed much concern and been considered as national issue. Theevent occurs repeatedly year by year, specifically in Sumatra and Kalimantan islands.Government institutions and local community, including farmers and estate enterprises have avery close linkage in such disaster. The smoke produced by the fire has been transformed intoa widespread of thick cloud and immediately affects health conditions of the community. Thesmoke also directly interfere river, land, and air transport systems, thus influencing basicsocio-economic life of human being. This paper is aimed at understanding about how forestfire occurs and its effect on agricultural sector. With rapid rural appraisal method, this papereventually comes to main results and findings as follows: (a) elaboration of five identifiedtypologies of land and forest fire, (b) analysis of direct and indirect impacts of the fire onagricultural sector, (c) identification of who and why land and forest fire occur, and (d)recommendation of programs to persuasively eliminate land and forest fire. Many partieshave its own share and proportion to contribute to land and forest fire. Imbalanced-natureoccurs and causes specific disaster with environment degradation. People have manydifficulties to recover from such situation. The successful to get rid of land and forest fire isheavily depending on how alternative applied technologies can easily be adopted and lawenforcement can widely be implemented.