Panggih Wahyu Nugroho
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Mengurangi Kenakalan Remaja Menggunakan Konseling Behavioral pada Peserta Didik di SMA Muhammad Arief Maulana; Panggih Wahyu Nugroho
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal) Vol 6, No 1 (2019): KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.304 KB) | DOI: 10.24042/kons.v6i1.4059

Abstract

juvenile delinquency is indeed a phenomenon that occurs at the developmental stage of adolescence. Phenomena that occur are behaviors that deviate from the norms that apply in the community such as ditching, bullying, smoking, drinking liquor, lying, and others. All behaviors carried out bby adolescents on the basis of wanting to try and be dominantly influenced by environmental factors. Juvenile delinquency reflects adolescents having difficulty finding their identity so that they experience an identity crisis. Researchers want to reduce juvenile delinquency using behavioral counseling approaches. The reason for using this counseling is because behavioral counseling is counseling which is a combination of approaches in cognitive psychotherapy therapy and behavior therapy. The type of research used is using experimental research. The design of the research in this study used was the prettest and post-test group. The pre-test results showed that students got ajuvenile delinquency score of 54.23% in the medium criteria, while the post test showed a score of 32.08 in low criteria. Based on the results of the calculation of the comparison of the pre-test and post-test scores, the average respondents experienced a decrease in juvenile delinquency by 22.15%. This proves that behavioral counseling can reduce the level of juvenile delinquency. While the wilcoxon test obtained z count of -1.82, because this value is an absolute value so that the negative sign is not taken into account. So that the calculated z value becomes 1.82, then the calculated z value is compared with the z table value with an error level of 0.05. The conclusion is that the juvenile delinquency of sma n 1 nguter can be reduced through counseling behavioral approaches.
PENGARUH KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU AGRESIF SISWA Vhiolita Rohma Yaudiatama; Indarti Endang Mulyaningsih; Panggih Wahyu Nugroho
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v1i1.285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok dengan pendekatan behaviour  terhadap perubahan perilaku agresif siswa. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen pre test-post test one group design yaitu pendekatan yang diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala psikologi (angket) yang disusun untuk mengungkap perilaku agresif. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis statistik Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan dari 68,62% menjadi 56,46% sehingga pada siswa yang belum diberi layanan konseling kelompok memiliki nilai agresif tinggi dibandingkan yang sudah diberi layanan. Berdasarkan penelitian tersebut, penulis menyimpulakn bahwa “Ada Pengaruh Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behaviour Terhadap Perubahan Perilaku Agresif Siswa”.
PENERAPAN STRATEGI SELF-MANAGEMENT DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK PEMANTAPAN PEMILIHAN KARIER PADA SISWA SMA Niken Anisa Putri; Bambang Susanto; Panggih Wahyu Nugroho
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v2i1.822

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk membuktikan peran guru BK SMA dalam meningkatkan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan. Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis, disertasi, peraturan-peraturan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis yang lain. Faktor pengaruh minat ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari hasil penelitian minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada peserta didik menunjukkan hasil yang cukup tinggi, dengan alasan pendidikan adalah hal yang penting bagi mereka dalam meraih cita-cita. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui mengenai keberhasilan bahwa peran guru BK SMA dapat meningkatkan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
PENGEMBANGAN MODUL KETRAMPILAN DASAR KONSELING Panggih Wahyu Nugroho
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v1i1.286

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan modul ketrampilan dasar konseling. Diharapkan hasil penelitian ini dapat secara efektif meningkatkan ketrampilan konseling mahasiswa Binbingan dan Konseling Universitas Veteran Bangun Nusantara. Produk dari penelitian ini berupa modul yang berisikan tentang ketrampilan dasar konseling. Dengan modul ini diharapkan mahasiswa menjadi lebih mudah dalam memahami ketrampilan dasar konseling. Penelitian ini menghasilkan Modul Ketrampilan Dasar Konseling Bagi Mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara. Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu penelitian awal, perencanaan, dan pengembangan produk awal, uji kelayakan dan revisi produk. Pertama dilakukan untuk merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan. Tahap pertama yang dilakukan adalah penelitian awal. Penelitian awal meliputi analisis kebutuhan, studi literatur, dan Merumuskan masalah yang akan dipecahkan. Tahap kedua adalah perencanaan produk. Dalam tahap ini dilakukan perancangan produk yang akan dijadikan modul ketrampilan dasar konseling bagi mahasiswa. Tahap ketiga adalah pengembangan produk awal. Dalam tahap ini, langkah yang dilakukan adalah menyediakan peta konsep produk terlebih dahulu sebagai kerangka atau gambaran hasil produk. Tahap keempat adalah melakukan uji kelayakan produk. Pada tahap ini produk awal diujikan kelayakannya melalui validasi ahli dan praktisi bimbingan dan konseling. Setelah dilakukan validasi kemudian diadakan analisis hasil validasi. Hasil analisis validasi tersebut kemudian menjadi landasan dalam revisi produk awal. Revisi produk awal dilakukan untuk memperbaiki produk berdasarkan masukan para ahli dan praktisi, sehingga produk siap untuk uji lapangan terbatas.
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA Lina Ria Tri Setyorini; Awik Hidayati; Panggih Wahyu Nugroho
Advice: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/advice.v1i1.288

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap interaksi sosial siswa kelas SMA Negeri 1 Nguter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen one group pre-test dan posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 1 Nguter Tahun 2017/2018 yang berjumlah 30 siswa. Selanjutnya dari hasil pengukuran angket interaksi sosial diperoleh 10 siswa yang menunjukkan kemampuan interaksi sosial rendah, 10 siswa inilah sebagai subjek penelitian dan akan diberikan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket, sedangkan metode analisis data menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan program SPSS versi 23. Data yang diperoleh dari skor rata-rata sebelum diberi layanan bimbingan kelompok teknik diskusi adalah 78,9 dan setelah diberi layanan bimbingan kelompok teknik diskusi adalah 103,1 artinya mengalami peningkatan sebesar 24,2. Hasil uji Wilcoxon diperoleh  Zhitung sebesar 2,810. Untuk mengetahui Zhitung signifikan atau tidak selanjutnya dikonsultasikan dengan Ztabel dengan taraf signifikasi 5% sebesar 1,645. Dengan demikian Zhitung = 2,810 > Ztabel = 1,645.
PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEBIASAAN BELAJARMAHASISWA Panggih Wahyu Nugroho
Edudikara: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 2 No. 2 (2017): June
Publisher : IPTPI Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/edudikara.v2i2.48

Abstract

Proses pendidikan di berbagai jenjang pendidikan tidak terlepas dari proses belajar. Dunia pendidikan belajar merupakan hal yang sangat penting, karena menyangkut proses belajar dan membelajarkan. Dalam proses belajar perlu adanya latihan, semakin dilatih maka dapat diprediksikan hasilnya akan lebih baik. Untuk mendapatkan hasil yang baik metode dan strategi belajar tidak hanya dilakukan sekali, akan tetapi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan belajar. Oleh karena itu perlu disusun suatu instrument yang dapat mengukur kebiasaan belajar mahasiswa. Instrument tersebut diharapkan dapat mendeteksi permasalahan-permasalahan mahasiswa terkait dengan kebiasaan belajar mereka. Dengan masalah yang telah terdeteksi maka dosen pembimbing akademik dapat membantu permasalahan mahasiswa tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan instrumen kebiasaan belajar. Produk dari penelitian ini berupa skala kebiasaan belajar mahasiswa. Penelitian ini menghasilkan skala kebiasaan belajar mahasiswa. Perancangan produk dilakukan melalui 4 tahap yaitu penelitian awal, perencanaan, dan pengembangan produk awal, uji kelayakan dan revisi produk. Hasil penelitian berupa alat ukur yang digunakan untuk melihat kebiasaan belajar siswa adalah alat ukur yang berisisi tentang merencanakan belajar, melaksanakan belajar, evaluasi hasil dan proses belajar dan kedisiplinan belajar. Instrumen ini terdiri dari 72 item yeng mewakili setiap indikator dari variable kebiasaan belajar.