Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR Yusma Yennie; Jovita Tri Murtini
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 12 No. 1 (2005): Juni 2005
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.267 KB)

Abstract

Pengamatan kandungan logam berat dilakukan di perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur pada bulan Mei, Juli dan Oktober 2002. Pengambilan contoh dilakukan pada jarak 1 mil dan jarak 2 mil dari garis pantai masing-masing pada 3 stasiun. Jenis contoh yang diambil dari tiap stasiun di lokasi perairan adalah air laut, sedimen dan kerang darah untuk dilakukan analisis kandungan logam berat dengan menggunakan metodeAtomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Selain itu pada lingkungan perairan dilakukan pengamatan terhadap kualitas air yang meliputi: pH, salinitas, DO dan COD serta kondisi fisik perairan pada saat pengambilan contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan merkuri air laut dan sedimen tertinggi diperoleh saat pengambilan contoh bulan Mei pada jarak 1 mil baik di perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur.Rata-rata kandungan merkuri air laut di perairan Tanjung Jabung Timur lebih tinggi (1.49 ppb) dibandingkan di perairan Mentok (1.12 ppb), untuk sedimen rata-rata kandungan merkuri lebih tinggi di perairan Tanjung Jabung Timur (4.95 ppb) dibandingkan di perairan Mentok (3.89 ppb). Rata-rata kandungan logam berat daging kerang darah (Anadara granosa) di perairan Tanjung Jabung Timur (Hg: 0.4 ppb, As: 12.6 ppb, Cd: 13ppb, Cu: 10.4 ppb, Pb: 0.1 ppb) lebih tinggi dibandingkan di perairan Mentok (Hg: 0.3 ppb, As: 11.6 ppb, Cd: 13 ppb, Cu: 6 ppb, Pb: 0.1 ppb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur belum terindikasi tercemar logam berat karena masih berada dibawah ambang batas aman.Kata kunci: logam berat, Anadara granosa, Perairan Mentok dan Tanjung Jabung Timur.
Kandungan Logam Berat pada Beberapa Lokasi Perairan Indonesia pada Tahun 2001 sampai dengan 2005 Tuti Hartati Siregar; Jovita Tri Murtini
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2008): June 2008
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v3i1.165

Abstract

Logam  berat merupakan  salah  satu  bahan  pencemar  yang  perlu  diwaspadai. Di  Indonesia, pencemaran  logam  berat  dapat berasal  dari  limbah  industri,    pertanian maupun  rumah  tangga. Oleh  karena  itu, Balai Besar Riset Pengolahan  Produk  dan Bioteknologi Kelautan dan  Perikanan telah melakukan penelitian monitoring residu logam berat pada biota maupun perairan di beberapa lokasi selama 5  tahun  yaitu dari  tahun 2001  sampai dengan 2005.  Tulisan  ini merupakan  review dari hasil penelitian  tersebut.   Pada tahun 2001, Perairan Dadap, Cilincing, Demak, dan Pasuruan telah  tercemar  oleh  logam Hg, sementara Perairan Tanjung  Pasir dan Blanakan belum  tercemar dengan residu Hg di bawah 2 ppb. Pada tahun 2002, perairan  laut di Sumatera yang diwakili oleh Perairan Mentok, Perairan Tanjung Balai, Perairan Tanjung  Jabung Timur, dan Perairan Bagan Siapi-api  terbukti masih  aman untuk  kebutuhan  perikanan dengan  residu Hg  kurang  dari  2  ppb. Kerang  yang  hidup  di  perairan  tersebut  juga masih  aman  untuk  dikonsumsi. Ambang  batas residu logam dalam produk perikanan adalah Hg 500 ppb, Cd 1.000 ppb,Pb 2.000 ppb, dan Cu 20.000 ppb. Pada  tahun  2002,  perairan Sidoarjo  juga masih dalam  batas  aman  dengan  residu Hg kurang dari 2 ppb,  tetapi Perairan Pasuruan  telah  tercemar oleh  logam Hg  dengan  residu Hg di atas 2 ppb. Pada  tahun 2002, kerang yang hidup di perairan Jawa dan Bali masih aman untuk dikonsumsi. Pada  tahun  2003,  perairan di Kalimantan  dan Sulawesi masih  dalam  batas  aman, begitu  juga  dengan  biota  yang  hidup  di  perairan  tersebut masih  aman  untuk  dikonsumsi. Pada tahun 2005, Muara Sungai Kahayan dan Muara Sungai Barito  telah  tercemar oleh  logam Cd dan Cu,  tetapi  ikan  yang  hidup  di  dalamnya masih  aman  untuk  dikonsumsi.  Pada  tahun  tersebut Waduk Saguling  telah  tercemar oleh  logam Pb, Cd, dan Cu sementara Waduk Cirata  tercemar oleh  logam Hg dan Waduk  Jatiluhur  tercemar  oleh  logam Cu dan Cd.  Ikan  yang  hidup di  ketiga waduk  tersebut masih  aman  untuk  dikonsumsi.