Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MUHAMMADIYAH DALAM PERSPEKTIF DOSEN JASA IKATAN PEMBINA MATA KULIAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Idris Mahmudi
Jurnal Penelitian IPTEKS Vol 1, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ipteks.v1i1.255

Abstract

Kemuhammadiyahan adalah ruh bagi terbentuknya Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Oleh karena itu Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini Dosen menjadi ujung tombak untuk tertanamnya ruh tersebut. Data yang peneliti dapatkan dari kepegawaian UNMUH Jember nampak bahwa para Dosen Jasa Ikatan yang mengampu/membina mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang baru direkrut tersebut adalah lulusan S2 Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi Islam, relatif masih muda, namun mayoritas bukan aktivis Muhammadiyah. Beberapa informasi yang peneliti dapatkan diantara mereka menyatakan tidak tahu tentang kemuhammadiyahan namun memiliki rasa ingin tahu tentang apa dan bagaimana Muhammadiyah itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski mereka baru, bukan aktivis organisasi, dan berangkat bukan dari kultur Muhammadiyah, namun pemahaman mereka tentang Muhammadiyah tidak ada yang salah, masih dalam koridor kaidah dasar organisasi. Meskipun terlalu simplistis dan terkesan reduktif, namun masih dimaklumi dan dikatakan wajar karena upaya memahami dan mendefinisikan sesuatu memanglah sulit apalagi berdasarkan perspektif personal. Dari mereka terlahir ide-ide brilian terkait bagaimana pengembangan Muhammadiyah ke depannya baik di tataran Kampus UNMUH Jember maupun di lingkungan masyarakat. Ide kreatif ini peneliti pandang layak untuk diapresiasi dan diberikan ruang aktualisasi dengan tetap melakukan pemantauan dan pembinaan ruh ideologi oleh tokoh Muhammadiyah maupun pemegang kebijakan di PTM sebagai AUM persyarikatan.
RESPON MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA TERHADAP PROGRAM SPIRITUALITAS Idris Mahmudi
Jurnal Penelitian IPTEKS Vol 3, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ipteks.v3i2.1887

Abstract

Saat kemajuan IPTEK makin tinggi, ternyata semakin tidak bermaknanya kehidupan dan hampanya nilai spiritual. Disaat itulah terjadi “tragedi manusia modern”. Oleh karena itu hakikatnya manusia saat ini membutuhkan Tuhan, membutuhkan agama, dan membutuhkan integralitas spiritualitas untuk menemukan makna hidup sejati yang mampu mengantarkan pada kesuksesan serta kebahagiaan. Kapasitas spiritual menjadi modal penting kesuksesan yang oleh Danah Zohar diistilahkan sebagai Spiritual Capital. Banyaknya mahasiswa TI di UM Jember yang merokok di area kampus, meninggalkan sholat, belum bisa membaca Al-Qur’an dengan benar, tidak pernah masuk kuliah sama sekali selama 1 semester karena masih tidur dan dirasa jam nya terlalu pagi, dan tampilan berbusana yang tidak sesuai Syari’at Islam, memberi kesan bahwa terjadi kekeringan nilai-nilai spiritualitas pada mereka. Akhlaq dan perilaku mahasiswa TI masih jauh dari harapan, tujuan, maupun visi mulia PRODI TI lebih-lebih visi AIK sebagai ruh Pendidikan Tinggi Muhammadiyah. Kondisi demikian memunculkan ide kreatif “rekayasa spiritual” dengan mewajibkan para mahasiswa mengikuti program sholat tahajud, mentoring baca Al-Qur’an, dan menghadiri Pengajian Ahad Pagi (PAP). Peneliti berharap dan berkeyakinan bahwa hal itu akan membentuk kepribadian mahasiswa secara holistik. Penelitian ini termasuk kategori penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan kualitatif, dan penggalian data dilakukan melalui pengisian kuesioner secara tertutup pada mahasiswa TI yang menempuh mata kuliah AIK bersama peneliti. Fokus masalah yang dikaji dalam penelitian ini ada 2, yaitu : 1. Bagaimana respon mahasiswa terkait program spiritualitas, dan 2. Sejauh mana program spiritualitas membentuk karakter bagi mahasiswa. Hasil yang didapatkan amat signifikan, bahwa semua Partisipan merespon positif akan kegiatan program spiritualitas yang meliputi sholat tahajud berjamaah, mentoring baca Al-Qur’an, dan menghadiri PAP. Program spiritualitas juga terbukti mampu memberikan warna dan membentuk karakter mahasiswa menjadi ber-akhlaqul karimah. Oleh karena itu rekayasa spiritual ini patut untuk didukung, diteruskan, bahkan dijadikan icon penciri bagi UM Jember.
ISLAM, BUDAYA GOTONG ROYONG DAN KEARIFAN LOKAL Idris Mahmudi
Jurnal Penelitian IPTEKS Vol 2, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/ipteks.v2i2.1897

Abstract

Pluralitas merupakan realitas yang empiris dan faktual. Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia melalui Al-Qur’an surat Al-Hujurot ayat 13 menegaskan dan mengakui akan adanya realitas plural itu. Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitas yang tinggi. Jumlah penduduk lebih dari 237.000.000 jiwa (BPS, 2010) yang mendiami di 17.508 pulau baik besar dan kecil. Ada 1.128 suku dengan lebih dari 700 bahasa Daerah, dan memiliki 5 agama (Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha) serta 1 keyakinan (Aliran/Keyakinan Kepada Tuhan yang Maha Esa) yang diakui resmi oleh Pemerintah (Tim MPR-RI, 2012).  Dibalik keragaman tersebut meniscayakan adanya berbagai budaya dan bentuk kearifan lokal yang berbeda, khas, dan unik pada tiap-tiap daerah. Namun keberagaman Suku Bangsa dan bahasa tersebut dapat disatukan dalam satu bangsa, bangsa Indonesia, dan satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dari Kitab Sutasoma warisan Mpu Tantular di abad XIV pun disepakati oleh founding father’s sebagai perekat bangsa. Tulisan ini bermaksud mengeksplorasi dan mengelaborasi tema besar Islam, budaya gotong royong dan kearifan lokal di Indonesia melalui pendekatan kepustakaan (library research) serta pengamatan lapangan pada masyarakat. Fokus masalah yang ditetapkan adalah : 1. Bagaimanakah budaya gotong royong dalam perspektif Islam. 2. Bagaimanakah kearifan lokal dalam perspektif Islam. 3. Bagaimanakah contoh nyata budaya gotong royong dan kearifan lokal pada masyarakat. Islam hadir bukan di ruang hampa. Ia hadir dalam realitas bahkan merespon budaya yang ada saat itu. Islam bukanlah anti budaya, justru Allah menurukan Islam dan Al-Qur’an sebagai kitab sucinya menggunakan pendekatan budaya (Sodiqin, 2008). Bahkan dalam kaidah Ushul Fiqh, budaya, kearifan lokal dan adat kebiasaan suatu masyarakat bisa menjadi sumber hukum Islam yang dikenal dengan Urf (Madjid, 2008). Jadi, dengan prinsip tahapan adopsi, adaptasi, dan integrasi, Islam dan Al-Qur’an bukan saja mengakui, bahkan mampu berdialektika dengan budaya maupun kearifan lokal yang ada.
METODOLOGI PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN HAZAIRIN Idris Mahmudi
AL-FIKRA Vol 5, No 2 (2006): Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/af.v5i2.3773

Abstract